Perang Bikin Penjualan Mobil di Rusia Anjlok Hampir 60% pada 2022

Senin, 16 Januari 2023 - 15:13 WIB
loading...
Perang Bikin Penjualan Mobil di Rusia Anjlok Hampir 60% pada 2022
Perang Rusia Ukraina membuat angka penjualan mobil di negeri Beruang Merah anjlok sebesar 58,8% pada tahun 2022. Foto/Carscoops
A A A
MOSKOW - Perang Rusia Ukraina membuat angka penjualan mobil di negeri Beruang Merah anjlok sebesar 58,8% pada tahun 2022. Apalagi sebagian besar pabrikan mobil besar Barat di Rusia telah keluar, termasuk Renault yang menguasai 29 persen pangsa pasar mobil baru Rusia.

Sebanyak 687.370 kendaraan terjual di seluruh Rusia tahun 2022, atau turun dari lebih dari 1,6 juta dibandingkan pada tahun 2021. Meskipun angka ini tidak termasuk penjualan mobil BMW, Mercedes-Benz, dan Chery, angka tersebut menunjukkan seberapa besar pasar lokal sedang berjuang.

Badan industri besar mengharapkan penjualan mobil Rusia pulih 12% hingga 2023, setelah perang dengan Ukraina dan sanksi serta kontrol ekspor yang diberlakukan di negara tersebut. Dikutip dari laman Carscoops, Senin (16/1/2023), sejumlah pabrikan mobil lokal Rusia juga terpaksa menghentikan produksi selama 2022 karena kekurangan suku cadang.



Ini termasuk pabrikan Avtovaz yang sempat menjual model Lada tanpa airbag dan ABS karena kekurangan suku cadang. “Masalah sanksi dan tekanan di pasar Rusia pada semua lini, tentu saja, memengaruhi industri otomotif,” kata Kepala Komite Mobil Asosiasi Bisnis Eropa Alexey Kalitsev kepada Yahoo.

Kalitsev menambahkan bahwa harga mobil telah melonjak secara signifikan di Rusia dan ini juga berkontribusi pada penurunan penjualan yang dramatis. Seperti yang terbukti pada tahun 2022, pasar mobil Rusia diharapkan setidaknya sebagian bangkit kembali pada tahun 2023.
Perang Bikin Penjualan Mobil di Rusia Anjlok Hampir 60% pada 2022


Asosiasi Bisnis Eropa menunjukkan bahwa penjualan ritel dapat naik 12 persen tahun ini menjadi sekitar 770.000 kendaraan. Kalitsev juga menyebut 5-7 merek mobil baru bisa masuk pasar Rusia sepanjang tahun.



“Dengan kombinasi keadaan yang menguntungkan, pertumbuhan di atas 12% juga dimungkinkan. Tetapi tidak ada seorang pun di dunia yang dapat memprediksi apa pun dalam situasi saat ini,” katanya.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1579 seconds (0.1#10.140)