Dianggap Biang Kerok, Proton Berniat Jual Lotus
A
A
A
KUALALUMPUR - Hindari kebangkrutan, Produsen automotif Malaysia yaitu Proton menjual Lotus dalam usaha untuk menstrukturkan bisnis mereka. DRB-HICOM, pemilik Proton Holdings menilai Lotus tidak lagi menjadi prioritas transfer teknologi karena beban keuangan sekarang tidak memungkinkan Proton dapat bersaing dengan kewajiban besar.
Seperti diAutomotive News Europe Sejak menguasai saham mayoritas Lotus pada 1996, Proton relatif tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya teknologi dari perusahaan Inggris tersebut.
Akses terhadap penelitian dan pengembangan juga sangat terbatas mengingat modul bisnis kedua perusahaan ini berbeda.
Proton memfokuskan produksi mobil massal sementara Lotus adalah bisnis filsafat Colin Chapman, tentang mobil sports kecil yang ringan dan penanganan jitu.
Pada hari ini Proton menghadapi tantangan yang sangat getir. Penguasaan pasarnya merosot drastis dengan hanya menjual 102,000 unit mobil tahun lalu. Proyeksi ekonomi yang melambat juga memaksa Proton meminta bantuan pemerintah.
Ini bukanlah pinjaman semata-mata, sebagai syarat Proton perlu mendapatkan mitra strategis sehingga model bisnis mereka dapat terus bertahan. Pernah menguasai pasar tertinggi 70 persen pada 90-an namun kini turun ke level 15 persen, DRB-HICOM akan terus rugi karena Proton beroperasi di bawah kemampuan sebenarnya.
Mereka memiliki fasilitas produksi di Tanjung Malim yang seharusnya merupakan investasi jangkapanjang yang positif dan dengan kapasitas produksi keseluruhan sebanyak 400.000 unit per tahun.
Namun demikian, sebuah bocoran yang berasal dari seorang sumber di Malaysia, menyatakan bahwa Proton sudah mengirim proposal ke hampir 20 produsen automotif global sejak awal 2016. Itu artinya, Proton memang telah mengalami kesulitan cukup lama mengingat proses pengajuan proposalnya sudah hampir 9 bulan yang lalu.
Seperti diAutomotive News Europe Sejak menguasai saham mayoritas Lotus pada 1996, Proton relatif tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya teknologi dari perusahaan Inggris tersebut.
Akses terhadap penelitian dan pengembangan juga sangat terbatas mengingat modul bisnis kedua perusahaan ini berbeda.
Proton memfokuskan produksi mobil massal sementara Lotus adalah bisnis filsafat Colin Chapman, tentang mobil sports kecil yang ringan dan penanganan jitu.
Pada hari ini Proton menghadapi tantangan yang sangat getir. Penguasaan pasarnya merosot drastis dengan hanya menjual 102,000 unit mobil tahun lalu. Proyeksi ekonomi yang melambat juga memaksa Proton meminta bantuan pemerintah.
Ini bukanlah pinjaman semata-mata, sebagai syarat Proton perlu mendapatkan mitra strategis sehingga model bisnis mereka dapat terus bertahan. Pernah menguasai pasar tertinggi 70 persen pada 90-an namun kini turun ke level 15 persen, DRB-HICOM akan terus rugi karena Proton beroperasi di bawah kemampuan sebenarnya.
Mereka memiliki fasilitas produksi di Tanjung Malim yang seharusnya merupakan investasi jangkapanjang yang positif dan dengan kapasitas produksi keseluruhan sebanyak 400.000 unit per tahun.
Namun demikian, sebuah bocoran yang berasal dari seorang sumber di Malaysia, menyatakan bahwa Proton sudah mengirim proposal ke hampir 20 produsen automotif global sejak awal 2016. Itu artinya, Proton memang telah mengalami kesulitan cukup lama mengingat proses pengajuan proposalnya sudah hampir 9 bulan yang lalu.
(wbs)