Chevrolet Blazer, Camaro Berzirah SUV
A
A
A
CHEVROLET meluncurkan model baru Chevrolet Blazer dengan wajah yang fantastis. Mobil ini tampil layaknya Chevrolet Camaro dengan zirah SUV.
Jika Chevrolet ingin kembali dilirik konsumen Indonesia lagi, sepertinya produk baru mereka yang telah dirilis di Amerika beberapa waktu lalu, Chevrolet Blazer, bisa menjadi opsi yang menarik.
Namun, jangan salah sangka dulu, Chevrolet Blazer bukanlah Chevrolet Trailblazer yang produknya memang masih ditawarkan di pasar Indonesia. Chevrolet Blazer jauh lebih dulu hadir dibandingkan Chevrolet Trailblazer yang eksis pada era 2000-an. Persamaannya, keduanya hadir dalam konsep bodi mobil ladder frame .
Tahun ini Chevrolet akhirnya memutuskan menghapus kesamaan itu dengan memberikan bodi monokok buat Chevrolet Blazer. Mereka pun mengubah genre mobil ini yang semula SUV murni dengan konfigurasi tujuh kursi menjadi crossover.
Penggemar setianya bisa jadi kecewa, tapi perubahan ini justru membuat Chevrolet Blazer lebih menarik. Tampilan mobil ini malah mengingatkan kita pada mobil Chevrolet yang sangat legendaris, yakni Chevrolet Camaro. Bagian gril besar plus dengan LED DRL yang sipit di sisi atas dan lampu di sisi bawah terlihat begitu mirip Chevrolet Camaro. Desain gril juga istimewa, yakni heksagonal dengan baluran hitam pekat. Alhasil, mobil ini terlihat begitu dominatif.
Mobil ini juga mendapatkan lampu di sisi bawah, seperti Hyundai Santa Fe. Untuk bagian kaki, Chevrolet Blazer 2019 menggunakan pelek dengan opsi dari 18-21 inci yang membuatnya semakin gagah. Unsur kekinian, floating roof, juga diaplikasikan di mobil ini. Bedanya, Chevrolet mencoba tampil berbeda dengan memberikan warna berbeda dari bagian badan mobil di pilar A, bukan di pilar C seperti floating roof mobil lain. Pintu bagasinya terlihat memiliki lekukan yang menonjol.
Desain seperti ini biasanya hadir di crossover bermerek premium. Empat buah knalpot di bagian belakang terkesan mengingatkan bahwa mobil ini tidak lagi ingin tampil di medan berat, tetapi juga kuat di jalan aspal. Masuk ke sisi dalam, interior Chevrolet Blazer 2019 terlihat modern dan macho dengan setir yang terlihat sedikit kaku. Bentuk dasbornya juga modern berkat penempatan tombol-tombol yang rapi dan minimalis serta sistem infotainment yang enak dilihat. Untuk fitur, Chevrolet Blazer 2019 akan mendapatkan adaptive cruise control dan rear camera mirror di dua trim tertinggi, serta pintu bagasi elektrik dengan iluminasi logo dan wireless charging .
Apple CarPlay dan Android Auto juga sudah menjadi standar di sistem infotainment -nya yang memiliki layar 8 inci. Chevrolet Blazer 2019 akan mendapatkan dua pilihan mesin, yaitu mesin 2.500 cc 4 silinder bertenaga 193 hp dan torsi 255 Nm, serta mesin 3.600cc V6 yang bertenaga 305hp dan torsi 365 Nm.
Sistem gerak twinclutch AWD juga akan hadir di varian RS dan Premiere yang akan dipasangkan dengan transmisi otomatis sembilan percepatan. Blazer sendiri akan hadir di US pada bulan pertama tahun 2019 dengan tiga varian, yaitu Basis, RS, dan Premier. Pasar Amerika memang masih menjadi pasar tetap bagi Chevrolet.
Setiap tahunnya mereka terus dibanjiri model-model baru yang menggoda, seperti Chevrolet Blazer. Semoga saja mereka melakukan hal yang sama untuk pasar Asia seperti Indonesia. Dari Underdog hingga Jadi Raja di Eropa DANIEL Georges Nacass,General Manager Public Relation Mitsubishi Motors Europe, punya cerita menarik soal Mitsubishi Outlander PHEV yang awalnya kurang begitu kuat di pasar Eropa. Daniel mengatakan, setelah pertama kali diluncurkan di Paris Motor Show 2012 , setahun kemudian Mitsubishi Outlander PHEV dipasarkan di kawasan Eropa. Awalnya mobil tersebut sama sekali tidak begitu dipandang oleh penduduk Benua Biru.
Apalagi pada saat yang bersamaan popularitas mobil listrik tengah menanjak. Mereka juga masih bingung dengan konsep mobil listrik yang masih menggendong mesin konvensional sebagai generator. Mitsubishi Outlander PHEV baru dilirik ketika pemerintah di berbagai negara di Eropa memberikan insentif yang menarik buat mobil plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) seperti Mitsubishi Outlander PHEV.
Insentif tersebut sukses membuat penjualan Mitsubishi Outlander PHEV seiring tahun merangkak naik. Dia malah berani mengklaim saat ini Mitsubishi Outlander PHEV adalah mobil plug-in hybrid electric vehicle nomor satu di Benua Biru.
Dia mengalahkan mobil sejenisnya seperti Volkswagen Passat GTE dan Mercedes-Benz GLC350e. “Yang menarik saat ini, mereka justru memilih Mitsubishi Outlander PHEV bukan karena tertarik memiliki insentif, tapi karena kemampuan yang dimiliki mobil tersebut,” ujarnya.
Beberapa kemampuan yang dimiliki mobil tersebut, contohnya seperti kemampuan penggerak roda empat yang baik, kemampuan towing barang hingga 1,5 ton, hingga kemampuan mesin konvensional yang bisa memberikan energi tambahan buat baterai listrik.
“Jadi, mereka bisa menggunakan mobil ini tidak hanya untuk kebutuhan di dalam kota tapi juga untuk bepergi jauh,” katanya. Toshinaga Kato, General Manager Indonesia Business Departement, ASEAN Division Mitsubishi Motors Corporation, mengatakan saat ini Eropa jadi pasar yang menarik karena penjualannya terus meningkat.
“Hingga Maret 2018 Outlander PHEV sudah terjual hingga 153.000 unit di 55 negara. Penjualan terbanyak masih di negara Jepang dan sejak 2013 Outlander PHEV selalu menguasai market share penjualan mobil listrik di Eropa,” ucap Kato.
“Di Jepang mencapai penjualan hingga 42.618 unit, Inggris mencapai 36.803 unit, Belanda mencapai 25.549 unit, Norwegia mencapai 14.387 unit, Swedia mencapai 10.599 unit, Jerman 7.211 unit, Prancis 2.762 unit, Australia 2.116 unit, Spanyol 2.252 unit, Swiss 1.418 unit, Italia 445 unit, dan penjualan Outlander PHEV di negara lainnya mencapai 10.756 unit,” pungkas Kato. (Wahyu Sibarani)
Jika Chevrolet ingin kembali dilirik konsumen Indonesia lagi, sepertinya produk baru mereka yang telah dirilis di Amerika beberapa waktu lalu, Chevrolet Blazer, bisa menjadi opsi yang menarik.
Namun, jangan salah sangka dulu, Chevrolet Blazer bukanlah Chevrolet Trailblazer yang produknya memang masih ditawarkan di pasar Indonesia. Chevrolet Blazer jauh lebih dulu hadir dibandingkan Chevrolet Trailblazer yang eksis pada era 2000-an. Persamaannya, keduanya hadir dalam konsep bodi mobil ladder frame .
Tahun ini Chevrolet akhirnya memutuskan menghapus kesamaan itu dengan memberikan bodi monokok buat Chevrolet Blazer. Mereka pun mengubah genre mobil ini yang semula SUV murni dengan konfigurasi tujuh kursi menjadi crossover.
Penggemar setianya bisa jadi kecewa, tapi perubahan ini justru membuat Chevrolet Blazer lebih menarik. Tampilan mobil ini malah mengingatkan kita pada mobil Chevrolet yang sangat legendaris, yakni Chevrolet Camaro. Bagian gril besar plus dengan LED DRL yang sipit di sisi atas dan lampu di sisi bawah terlihat begitu mirip Chevrolet Camaro. Desain gril juga istimewa, yakni heksagonal dengan baluran hitam pekat. Alhasil, mobil ini terlihat begitu dominatif.
Mobil ini juga mendapatkan lampu di sisi bawah, seperti Hyundai Santa Fe. Untuk bagian kaki, Chevrolet Blazer 2019 menggunakan pelek dengan opsi dari 18-21 inci yang membuatnya semakin gagah. Unsur kekinian, floating roof, juga diaplikasikan di mobil ini. Bedanya, Chevrolet mencoba tampil berbeda dengan memberikan warna berbeda dari bagian badan mobil di pilar A, bukan di pilar C seperti floating roof mobil lain. Pintu bagasinya terlihat memiliki lekukan yang menonjol.
Desain seperti ini biasanya hadir di crossover bermerek premium. Empat buah knalpot di bagian belakang terkesan mengingatkan bahwa mobil ini tidak lagi ingin tampil di medan berat, tetapi juga kuat di jalan aspal. Masuk ke sisi dalam, interior Chevrolet Blazer 2019 terlihat modern dan macho dengan setir yang terlihat sedikit kaku. Bentuk dasbornya juga modern berkat penempatan tombol-tombol yang rapi dan minimalis serta sistem infotainment yang enak dilihat. Untuk fitur, Chevrolet Blazer 2019 akan mendapatkan adaptive cruise control dan rear camera mirror di dua trim tertinggi, serta pintu bagasi elektrik dengan iluminasi logo dan wireless charging .
Apple CarPlay dan Android Auto juga sudah menjadi standar di sistem infotainment -nya yang memiliki layar 8 inci. Chevrolet Blazer 2019 akan mendapatkan dua pilihan mesin, yaitu mesin 2.500 cc 4 silinder bertenaga 193 hp dan torsi 255 Nm, serta mesin 3.600cc V6 yang bertenaga 305hp dan torsi 365 Nm.
Sistem gerak twinclutch AWD juga akan hadir di varian RS dan Premiere yang akan dipasangkan dengan transmisi otomatis sembilan percepatan. Blazer sendiri akan hadir di US pada bulan pertama tahun 2019 dengan tiga varian, yaitu Basis, RS, dan Premier. Pasar Amerika memang masih menjadi pasar tetap bagi Chevrolet.
Setiap tahunnya mereka terus dibanjiri model-model baru yang menggoda, seperti Chevrolet Blazer. Semoga saja mereka melakukan hal yang sama untuk pasar Asia seperti Indonesia. Dari Underdog hingga Jadi Raja di Eropa DANIEL Georges Nacass,General Manager Public Relation Mitsubishi Motors Europe, punya cerita menarik soal Mitsubishi Outlander PHEV yang awalnya kurang begitu kuat di pasar Eropa. Daniel mengatakan, setelah pertama kali diluncurkan di Paris Motor Show 2012 , setahun kemudian Mitsubishi Outlander PHEV dipasarkan di kawasan Eropa. Awalnya mobil tersebut sama sekali tidak begitu dipandang oleh penduduk Benua Biru.
Apalagi pada saat yang bersamaan popularitas mobil listrik tengah menanjak. Mereka juga masih bingung dengan konsep mobil listrik yang masih menggendong mesin konvensional sebagai generator. Mitsubishi Outlander PHEV baru dilirik ketika pemerintah di berbagai negara di Eropa memberikan insentif yang menarik buat mobil plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) seperti Mitsubishi Outlander PHEV.
Insentif tersebut sukses membuat penjualan Mitsubishi Outlander PHEV seiring tahun merangkak naik. Dia malah berani mengklaim saat ini Mitsubishi Outlander PHEV adalah mobil plug-in hybrid electric vehicle nomor satu di Benua Biru.
Dia mengalahkan mobil sejenisnya seperti Volkswagen Passat GTE dan Mercedes-Benz GLC350e. “Yang menarik saat ini, mereka justru memilih Mitsubishi Outlander PHEV bukan karena tertarik memiliki insentif, tapi karena kemampuan yang dimiliki mobil tersebut,” ujarnya.
Beberapa kemampuan yang dimiliki mobil tersebut, contohnya seperti kemampuan penggerak roda empat yang baik, kemampuan towing barang hingga 1,5 ton, hingga kemampuan mesin konvensional yang bisa memberikan energi tambahan buat baterai listrik.
“Jadi, mereka bisa menggunakan mobil ini tidak hanya untuk kebutuhan di dalam kota tapi juga untuk bepergi jauh,” katanya. Toshinaga Kato, General Manager Indonesia Business Departement, ASEAN Division Mitsubishi Motors Corporation, mengatakan saat ini Eropa jadi pasar yang menarik karena penjualannya terus meningkat.
“Hingga Maret 2018 Outlander PHEV sudah terjual hingga 153.000 unit di 55 negara. Penjualan terbanyak masih di negara Jepang dan sejak 2013 Outlander PHEV selalu menguasai market share penjualan mobil listrik di Eropa,” ucap Kato.
“Di Jepang mencapai penjualan hingga 42.618 unit, Inggris mencapai 36.803 unit, Belanda mencapai 25.549 unit, Norwegia mencapai 14.387 unit, Swedia mencapai 10.599 unit, Jerman 7.211 unit, Prancis 2.762 unit, Australia 2.116 unit, Spanyol 2.252 unit, Swiss 1.418 unit, Italia 445 unit, dan penjualan Outlander PHEV di negara lainnya mencapai 10.756 unit,” pungkas Kato. (Wahyu Sibarani)
(nfl)