Alasan Toyota Berubah Menjadi Perusahaan Mobilitas
A
A
A
TOKYO - Toyota Motor Corp. (TMC) memutuskan untuk mengubah model bisnisnya dari perusahaan produsen mobil konvensional ke perusahaan mobilitas. Dengan konsep Mobility for All, raksasa automotif dunia itu ingin semua orang dari anak-anak, orang tua hingga kalangan disabiltas bisa melakukan mobilitas tanpa batas.
"Sekarang jaman sudah berubah, era automasi sudah berlangsung. Automasi dalam bentuk kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) hingga robot. Karenanya kami harus menyikapi perkembangan itu," kata CEO Akio Toyoda di Tokyo Kamis (24/10/2019).
Toyoda menyadari, banyak orang bertanya apakah Robot akan menggantikan manusia? Menurut dia, di masa depan justru antara robot dan manusia akan bekerjasama.
Morizo, begitu nama panggilan Toyoda di lintasan balap, bercerita, otomasi yang dilakukan perusahaannya sudah berlangsung di era kakeknya Sakichi Toyoda pada mesin tenun pabriknya. "Jika satu bagian rusak maka mesin otomatis akan berhenti. Ini menghindari produk yang dihasilkan menjadi cacat,"ungkapnya.
Otomasi juga telah dilakukan ayahnya, Kiichiro Toyoda yang memulai membuat mobil. "Di Toyota kami menyebutnya otomatisasi dengan orang. Saya percaya bahwa semakin banyak kemajuan otomatisasi, semakin banyak kemampuan manusia akan diuji,"lanjut Toyoda.
Toyota mengumumkan rencananya untuk beralih menjadi perusahaan mobilitas global dalam ajang CES di Las Vegas pada 2018 lalu.
Peralihan menjadi perusahaan mobilitas ini dibangun berdasarkan pemahaman terhadap empat teknologi kunci dan tren masyarakat, yakni jaringan yang terhubung, otomatisasi, layanan bersama, dan elektrifikasi, yang bersinergi untuk membuka kemungkinan baru mobilitas yang melampaui batas mobil saat ini.
“Elektrifikasi kendaraan adalah pusat dari transformasi kami menjadi perusahaan mobilitas global,” imbuh Wakil Presiden Eksekutif TMC Shigeki Terashi.
Berbagai kendaraan berbasis listrik yang dibuat telah memposisikan Toyota untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mengurangi emisi CO2.
"Kami bangga telah menetapkan target agresif untuk penjualan kendaraan listrik pada tahun 2030, dan bahkan target yang lebih agresif untuk pengurangan emisi pada tahun 2050. Ini mencerminkan keyakinan kami pada potensi kendaraan listrik, serta komitmen kami untuk mengatasi hambatan dalam memperkenalkannya secara lebih luas,"paparnya.
"Sekarang jaman sudah berubah, era automasi sudah berlangsung. Automasi dalam bentuk kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) hingga robot. Karenanya kami harus menyikapi perkembangan itu," kata CEO Akio Toyoda di Tokyo Kamis (24/10/2019).
Toyoda menyadari, banyak orang bertanya apakah Robot akan menggantikan manusia? Menurut dia, di masa depan justru antara robot dan manusia akan bekerjasama.
Morizo, begitu nama panggilan Toyoda di lintasan balap, bercerita, otomasi yang dilakukan perusahaannya sudah berlangsung di era kakeknya Sakichi Toyoda pada mesin tenun pabriknya. "Jika satu bagian rusak maka mesin otomatis akan berhenti. Ini menghindari produk yang dihasilkan menjadi cacat,"ungkapnya.
Otomasi juga telah dilakukan ayahnya, Kiichiro Toyoda yang memulai membuat mobil. "Di Toyota kami menyebutnya otomatisasi dengan orang. Saya percaya bahwa semakin banyak kemajuan otomatisasi, semakin banyak kemampuan manusia akan diuji,"lanjut Toyoda.
Toyota mengumumkan rencananya untuk beralih menjadi perusahaan mobilitas global dalam ajang CES di Las Vegas pada 2018 lalu.
Peralihan menjadi perusahaan mobilitas ini dibangun berdasarkan pemahaman terhadap empat teknologi kunci dan tren masyarakat, yakni jaringan yang terhubung, otomatisasi, layanan bersama, dan elektrifikasi, yang bersinergi untuk membuka kemungkinan baru mobilitas yang melampaui batas mobil saat ini.
“Elektrifikasi kendaraan adalah pusat dari transformasi kami menjadi perusahaan mobilitas global,” imbuh Wakil Presiden Eksekutif TMC Shigeki Terashi.
Berbagai kendaraan berbasis listrik yang dibuat telah memposisikan Toyota untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mengurangi emisi CO2.
"Kami bangga telah menetapkan target agresif untuk penjualan kendaraan listrik pada tahun 2030, dan bahkan target yang lebih agresif untuk pengurangan emisi pada tahun 2050. Ini mencerminkan keyakinan kami pada potensi kendaraan listrik, serta komitmen kami untuk mengatasi hambatan dalam memperkenalkannya secara lebih luas,"paparnya.
(wbs)