China Kuasai Produksi dan Teknologi Baterai LFP di Dunia

Selasa, 30 Januari 2024 - 06:35 WIB
Baterai LFP dan NMC aktif menjadi diskusi warganet di media sosial sejak 2 pekan terakhir. Tampak pabrik BYD di China. Foto: Reuters
JAKARTA - China menguasai mayoritas produksi maupun teknologi di baterai LFP , yang disebut memiliki harga lebih murah dan lebih aman dibandingkan bateria NCM. Seperti apa?

Hambatan utama menuju adopsi kendaraan listrik (EV) secara massal adalah harga jual yang tinggi. Bagian paling mahal dari kendaran EV tentu saja baterainya, yang mencakup sekitar sepertiga dari total biaya.

Inilah mengapa produsen mobil, terutama di China sebagai pemimpin produksi EV, beralih ke baterai lithium iron phosphate (LFP), yang lebih terjangkau dibandingkan dengan baterai NMC.

Dalam perhitungan biaya murni, tidak ada perdebatan: LFP China adalah paket baterai lithium-ion termurah dalam survei BloombergNEF 2022. Hanya saja, China menyumbang hingga 99 persen dari produksi global teknologi katoda baterai LFP, menurut Benchmark Mineral Intelligence.

Meski negara lain berlomba-lomba mengejar, sejumlah lembaga riset memprediksi, China tetap mendominasi pasar baterai LFP. Kalaupun turun, hanya ke angka 96 persen saja dalam beberapa tahun kedepan.



Tesla, misalnya, mendapatkan pasokan LFP dari Contemporary Amperex Technology di China. Ford juga akan memproduksi LFP di pabrik baru di Michigan, dengan menggunakan teknologi yang dilisensikan dari perusahaan China.

Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Bahlil Lahadalia mengatakan, baterai NMC yang menggunakan nikel tidak lebih buruk dibandingkan LFP untuk mobil listrik.

Bahkan, menurut Bahlil, Tesla saat ini masih menggunakan baterai nikel dalam kendaraan listrik yang diproduksinya. “Justru LFP hanya digunakan Tesla untuk mobil tipe standar,” ungkapnya.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More