Tembus 22 Juta Viewer dan Tuai Kritikan Netizen, Sutradara Tilik Curhat Virtual
Selasa, 08 September 2020 - 22:44 WIB
Ketika diajak berkolaborasi oleh Dr. Yusran, M.Si untuk membuat film pendek yang berkaitan dengan nilai-nilai kebudiluhuran, sutradara dari film Tilik ini sangat senang dan antusias.
“Dengan senang hati, saya akan menyambut itu dengan hangat pak.” Ujar Wahyu.
Tentunya hal ini merupakan cara positif dalam memanfaatkan kondisi-kondisi yang ada di lingkungan kita, menjadi sebuah inspirasi karya anak bangsa dengan melakukan sesuatu yang inspiratif mulai dari ide yang sederhana. Seperti harapan dari Rektor Universitas Budi Luhur.
“Saya harapkan ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa Budi Luhur, saya mengambil kesimpulan cerita dari film Tilik ini yakni tidak ada hitam, tidak ada putih, semuanya abu-abu, kebenaran itu relatif sifatnya. Jadi tidak ada tokoh benar, tidak ada tokoh salah, tidak ada penjahat, tidak ada jagoan, intinya ini kisah nyata yang ada di masyarakat.” Jelas Dr. Kok Ir. Wendi Usino, M.Sc., M.M selaku Rektor Universitas Budi Luhur.
Dalam kesempatan yang sama Kasih Hanggoro, MBA selaku Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti mengatakan bahwa lewat film ini mengingatkan kita untuk tidak menghakimi sebelum tahu kebenaranya.
“Pertama di film ini kan tujuannya saling tolong menolong untuk menimbulkan rasa cinta kasih dengan menjenguk orang sakit. Kedua penting bagi saya disetiap dialognya ada prasangka buruk terhadap seseorang, yang intinya jangan menghakimi sebelum kejadian itu terjadi atau ketidak tahuan kita, yang paling benar yaitu mencari terlebih dahulu.” Kata Kasih Hanggoro, MBA selaku Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti.
Film Tilik mencoba memeras alam bawah sadar dan menyaringnya dalam sebuah pahatan Cerdas Berbudi Luhur. Seperti nilai-nilai kebudiluhuran dalam bermasyarakat dan mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga sikap dan perbuatan kepada sesama.
Yuk Blutizen kita sama-sama menjadi penyejuk di masyarakat apalagi dalam keadaan sekarang ini, kita tingkatkan cinta kasih atau welas kasih, simpati dan empati kepada sesama.
“Dengan senang hati, saya akan menyambut itu dengan hangat pak.” Ujar Wahyu.
Tentunya hal ini merupakan cara positif dalam memanfaatkan kondisi-kondisi yang ada di lingkungan kita, menjadi sebuah inspirasi karya anak bangsa dengan melakukan sesuatu yang inspiratif mulai dari ide yang sederhana. Seperti harapan dari Rektor Universitas Budi Luhur.
“Saya harapkan ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa Budi Luhur, saya mengambil kesimpulan cerita dari film Tilik ini yakni tidak ada hitam, tidak ada putih, semuanya abu-abu, kebenaran itu relatif sifatnya. Jadi tidak ada tokoh benar, tidak ada tokoh salah, tidak ada penjahat, tidak ada jagoan, intinya ini kisah nyata yang ada di masyarakat.” Jelas Dr. Kok Ir. Wendi Usino, M.Sc., M.M selaku Rektor Universitas Budi Luhur.
Dalam kesempatan yang sama Kasih Hanggoro, MBA selaku Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti mengatakan bahwa lewat film ini mengingatkan kita untuk tidak menghakimi sebelum tahu kebenaranya.
“Pertama di film ini kan tujuannya saling tolong menolong untuk menimbulkan rasa cinta kasih dengan menjenguk orang sakit. Kedua penting bagi saya disetiap dialognya ada prasangka buruk terhadap seseorang, yang intinya jangan menghakimi sebelum kejadian itu terjadi atau ketidak tahuan kita, yang paling benar yaitu mencari terlebih dahulu.” Kata Kasih Hanggoro, MBA selaku Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti.
Film Tilik mencoba memeras alam bawah sadar dan menyaringnya dalam sebuah pahatan Cerdas Berbudi Luhur. Seperti nilai-nilai kebudiluhuran dalam bermasyarakat dan mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga sikap dan perbuatan kepada sesama.
Yuk Blutizen kita sama-sama menjadi penyejuk di masyarakat apalagi dalam keadaan sekarang ini, kita tingkatkan cinta kasih atau welas kasih, simpati dan empati kepada sesama.
(wbs)
tulis komentar anda