Baterai Motor Listrik OYIKA Siap Masuk Pasar Indonesia
Selasa, 27 Oktober 2020 - 10:48 WIB
JAKARTA - Menurut sebuah studi penelitian yang dilakukan di Swiss dan diterbitkan oleh American Chemical Society dalam jurnal Environmental Science & Technology pada tanggal 1 Januari 2006, sepeda motor secara kolektif mengeluarkan 16 kali lebih banyak hidrokarbon, 3 kali lebih banyak karbon monoksida, dan jumlah yang "sangat tinggi" dari polutan udara lainnya jika dibandingkan dengan mobil penumpang.. BACA JUGA - SUV Kuncian Mitsubishi yang Lebih Ganas dari Outlander dan Pajero Sport.
Hidrokarbon yang dikeluarkan oleh kendaraan roda dua telah dikaitkan dengan pemanasan global, dan telah diduga bersifat karsinogenik pula, membahayakan kesehatan manusia. BACA JUGA- Pendatang Baru di RI, MG Gloster Samai Kesangaran All New Mitsubishi
Situasi dunia saat ini menunjukan adanya urgensi yang tinggi untuk beralih ke kendaraan yang lebih ramah terhadap lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Kendaraan listrik adalah jawabannya dan OYIKA memiliki solusi untuk menurunkan hambatan adopsi sepeda motor listrik (e-motorbike).
OYIKA adalah sebuah perusahaan asal Singapura yang menerapkan konsep berbagi baterai untuk sepeda motor listrik di 2018. OYIKA datang ke Indonesia di tahun 2020 dibawah naungan PT. Oyika Powered Solutions yang dipimpin oleh Larry Lim sebagai Presiden Direktur. Dengan konsep berbagi baterai, OYIKA memperbolehkan pengendara sepeda motor listrik untuk menukar baterainya yang hampir habis dengan baterai yang terisi penuh di stasiun pertukaran (swap stations).
Jadi, sebagai ganti dari mengisi bensin di SPBU ketika kendaraan mulai kehabisan bahan bakar, pengendara kini mengisi ulang menggunakan tenaga yang sudah tersimpan dan siap dipakai. Sistem berbagi baterai maka bisa menggantikan bensin. Biayanya pun menjadi lebih murah.
Mengapa memerlukan konsep berbagi baterai? Selama ini berbagai kecemasan pada jarak tempuh kendaraan listrik, degradasi baterai, dan harga uang muka pembelian baterai yang tinggi telah menjadi penghambat untuk adopsi kendaraan listrik. Solusi dari OYIKA menjawab berbagai pemasalahan ini.
Saat ini tercatat setidaknya ada 120 juta sepeda motor di Indonesia dengan kurang dari 0,1% di antaranya adalah sepeda motor listrik. Indonesia sendiri adalah pasar sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, setelah India dan Cina, tetapi dengan kepadatan sepeda motor yang jauh lebih tinggi. Sepeda motor mewakili lebih dari 85% dari total populasi kendaraan Indonesia. Dengan demikian, pengenalan sepeda motor listrik adalah cara tercepat untuk mengurangi total emisi kendaraan.
Bertentangan dengan keyakinan umum, sepeda motor listrik bisa menjadi lebih murah dibandingkan dengan sepeda motor tradisional yang menggunakan mesin pembakaran internal jika konsep berbagi baterai diperkenalkan. Hal itu dikarenakan pengendara tidak perlu menanggung biaya dimuka untuk baterai sepeda motor listrik, yang bisa menjadi 50% atau lebih dari total biaya kendaraan listrik. Maka, tanpa subsidi pemerintah pun, sepeda motor listrik menjadi lebih murah, dan bahkan bisa bersaing dengan sistem BBM bersubsidi seperti yang diterapkan di Indonesia.
Hidrokarbon yang dikeluarkan oleh kendaraan roda dua telah dikaitkan dengan pemanasan global, dan telah diduga bersifat karsinogenik pula, membahayakan kesehatan manusia. BACA JUGA- Pendatang Baru di RI, MG Gloster Samai Kesangaran All New Mitsubishi
Situasi dunia saat ini menunjukan adanya urgensi yang tinggi untuk beralih ke kendaraan yang lebih ramah terhadap lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Kendaraan listrik adalah jawabannya dan OYIKA memiliki solusi untuk menurunkan hambatan adopsi sepeda motor listrik (e-motorbike).
OYIKA adalah sebuah perusahaan asal Singapura yang menerapkan konsep berbagi baterai untuk sepeda motor listrik di 2018. OYIKA datang ke Indonesia di tahun 2020 dibawah naungan PT. Oyika Powered Solutions yang dipimpin oleh Larry Lim sebagai Presiden Direktur. Dengan konsep berbagi baterai, OYIKA memperbolehkan pengendara sepeda motor listrik untuk menukar baterainya yang hampir habis dengan baterai yang terisi penuh di stasiun pertukaran (swap stations).
Jadi, sebagai ganti dari mengisi bensin di SPBU ketika kendaraan mulai kehabisan bahan bakar, pengendara kini mengisi ulang menggunakan tenaga yang sudah tersimpan dan siap dipakai. Sistem berbagi baterai maka bisa menggantikan bensin. Biayanya pun menjadi lebih murah.
Mengapa memerlukan konsep berbagi baterai? Selama ini berbagai kecemasan pada jarak tempuh kendaraan listrik, degradasi baterai, dan harga uang muka pembelian baterai yang tinggi telah menjadi penghambat untuk adopsi kendaraan listrik. Solusi dari OYIKA menjawab berbagai pemasalahan ini.
Saat ini tercatat setidaknya ada 120 juta sepeda motor di Indonesia dengan kurang dari 0,1% di antaranya adalah sepeda motor listrik. Indonesia sendiri adalah pasar sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, setelah India dan Cina, tetapi dengan kepadatan sepeda motor yang jauh lebih tinggi. Sepeda motor mewakili lebih dari 85% dari total populasi kendaraan Indonesia. Dengan demikian, pengenalan sepeda motor listrik adalah cara tercepat untuk mengurangi total emisi kendaraan.
Bertentangan dengan keyakinan umum, sepeda motor listrik bisa menjadi lebih murah dibandingkan dengan sepeda motor tradisional yang menggunakan mesin pembakaran internal jika konsep berbagi baterai diperkenalkan. Hal itu dikarenakan pengendara tidak perlu menanggung biaya dimuka untuk baterai sepeda motor listrik, yang bisa menjadi 50% atau lebih dari total biaya kendaraan listrik. Maka, tanpa subsidi pemerintah pun, sepeda motor listrik menjadi lebih murah, dan bahkan bisa bersaing dengan sistem BBM bersubsidi seperti yang diterapkan di Indonesia.
tulis komentar anda