Siapa Bilang Kuliah di UGM Mahal?

Kamis, 12 Mei 2016 - 10:55 WIB
Siapa Bilang Kuliah di UGM Mahal?
Siapa Bilang Kuliah di UGM Mahal?
A A A
YOGYAKARTA - Siapa bilang kuliah di UGM mahal? Itulah yang pertama kali terucap dari bibir Dalimin (59). Warga RT 03, Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, tersebut sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu.

Sementara, istrinya, Maryani (52), guru honorer di sebuah TK di daerah tempat tinggalnya. Dalimin adalah salah satu orangtua yang bangga karena dua anaknya yaitu Heru Pramono dan Heri Mulyati bisa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), bahkan hingga jenjang S2.

Heru Pramono lulus S1 Jurusan Perikanan tahun 2010. Setelah itu, ia melanjutkan S2 Jurusan Bioteknologi Sekolah Pascasarjana. Adiknya, Heri Mulyati, lulus S1 Jurusan Geografi tahun 2012. Ia pun melanjutkan studinya di Program Studi S2 Manajemen Bencana.

"Alhamdulillah semuanya lancar kuliah di UGM. Bahkan, mereka sempat menjadi lulusan terbaik," kenang Dalimin.

Dalimin menampik pandangan beberapa kalangan yang menilai kuliah di UGM mahal dan hanya untuk kalangan mampu. Ini terbukti dari dua anaknya yang sukses kuliah di UGM. Sejak masuk hingga akhir kuliah, anak-anaknya mendapatkan bantuan beasiswa pendidikan dari Tanoto Foundation.

"Beasiswa keduanya kebetulan dari Tanoto Foundation. Sempat membayar biaya kuliah di semester satu saja, setelah itu dapat beasiswa," imbuhnya.

Ia menceritakan, kedua anaknya memang sejak awal memiliki minat untuk kuliah di UGM. Kendala ekonomi tidak menyurutkan semangat anak-anaknya kuliah di UGM. Tidak jarang untuk berangkat kuliah dari Bantul hingga kampus UGM, Heru dan Heri harus rela naik sepeda.

"Ketika kuliah S2 pun mereka masih sering berangkat dengan naik sepeda. Kalau capai mereka tinggal di kos dan seminggu sekali baru pulang," katanya.

Dalimin sadar dengan penghasilan pas-pasan setiap bulannya ia dan istrinya harus mengencangkan ikat pinggang agar kuliah anaknya tetap lancar. Penghasilannya tidak pasti, tergantung pesanan dari konsumen. Rata-rata penghasilannya sekitar Rp1 juta setiap kali ada pesanan.

Sedangkan istrinya yang bekerja sebagai guru honorer di TK, pendapatannya di bawah Rp500 ribu. Untunglah, UGM banyak menyediakan banyak beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu. Salah satunya beasiswa Tanoto Foundation yang dikelola oleh UGM tersebut.

"Jelas sangat terbantu dengan beasiswa itu," tambah Dalimin.

Rasa bangga Dalimin kian bertambah karena kedua anaknya bekerja menjadi dosen. Heru menjadi dosen di Universitas Airlangga, sementara Heri tinggal menunggu panggilan untuk masuk menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur.

Sosok Dalimin ini mungkin hanya sebagian kecil dari keluarga kurang mampu lain yang juga sukses mendidik anaknya kuliah di UGM. Masih banyak sosok Dalimin lain yang anaknya juga sukses dan mendapat beasiswa ketika kuliah di UGM.

Hal ini juga ditegaskan oleh Direktur Kemahasiswaan UGM Senawi. Ia mengatakan, jumlah mahasiswa yang orangtuanya berpenghasilan di bawah Rp1 juta setiap tahun terus bertambah. Jika tahun 2013 jumlah mahasiswa yang masuk melalui semua jalur dengan UKT 1 (penghasilan orangtua di bawah Rp1 juta) berjumlah 544, tahun 2014 naik menjadi 567 mahasiswa, lalu pada 2015 menjadi 689 mahasiswa.

"Artinya, UGM memang menjadi sumber harapan bagi kelompok masyarakat ekonomi kurang mampu untuk memutus rantai kemiskinan sekaligus mengangkat harkat dan martabat keluarga," kata Senawi.

Senawi menambahkan, UGM sebagai universitas kerakyatan selalu membuka akses pendidikan seluas-luasnya untuk segenap anak bangsa yang berprestasi.

UGM memiliki banyak sumber beasiswa untuk para mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu secara finansial. Tahun 2015, UGM memiliki 136 jenis beasiswa dengan total dana Rp194.001.904.000.

"Total penerima beasiswa 10.765 mahasiswa dari diploma hingga S3," imbuhnya.

Beasiswa yang disediakan tersebut ada yang berupa bantuan biaya pendidikan, beasiswa bantuan biaya hidup, dan beasiswa mahasiswa berprestasi. Menurut Senawi, UGM memang memerhatikan mahasiswa berekonomi lemah, tetapi memiliki prestasi yang tinggi.

Salah satu bentuk perhatian yang diberikan yaitu dengan mencarikan sumber-sumber pemberi beasiswa sebagai pendukung finansial mereka.

"Ada beasiswa yang dikelola Direktorat Kemahasiswaan, ada pula yang berasal dari alumni dan lembaga lain yang dikelola fakultas. UGM terus meningkatkan jaringan kerja sama dalam program pemberian beasiswa ini."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6372 seconds (0.1#10.140)