Mobil Skoda yang Mewarnai Hari Proklamasi Republik Indonesia tahun 1945
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siapa sangka mobil Skoda ternyata punya peranan yang cukup vital di Hari Proklamasi Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Berkat mobil buatan Republik Ceko itulah, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta bisa sampai ke Jakarta dengan cepat dari Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Keberadaan mobil Skoda itu sendiri disebut-sebut dalam buku Kesadaran Nasional Sebuah Otobiografi yang ditulis oleh Ahmad Subardjo Djoyodisuryo. Dalam buku itu Subardjo, yang kala itu bekerja sebagai penasihat panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan teman dekat Laksamana Tadashi Maeda, tengah kebingungan mencari tahu keberadaan Sukarno dan Hatta yang tengah diculik oleh sekelompok pemuda.
Keberadaan Sukarno dan Hatta sangat diperlukan di Jakarta mengingat saat itu keduanya harus hadir dalam rapat PPKI yang digelar PPKI pada jam 10.00. Masalahnya saat itu Sukarno dan Hatta sama sekali tidak terlihat.
Subardjo langsung curiga ada yang tidak beres dengan ketidakhadiran kedua founding fathers Indonesia itu. Dia langsung mengontak salah seorang tokoh pemuda bernama Wikana.
“Apa yang telah kamu perbuat terhadap Sukarno dan Hatta?” tanya Subardjo dalam otobiografinya itu. Wikana pun berkesempatan menyampaikan apa yang dikehendaki golongan pemuda pada Subardjo. “Hal ini merupakan suatu keputusan kami dalam pertemuan semalam, untuk keselamatan, mereka kami bawa ke suatu tempat di luar kota,” kata Wikana.
Dia juga sempat menjelaskan kepada Subardjo bahwa para pemuda telah membujuk Sukarno dan Hatta agar memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di malam mereka menculik keduanya. Setelah mendengar penjelasan itu, Subardjo membujuk Wikana untuk menyebutkan lokasi penyembunyian Sukarno dan Hatta.
Proses itu cukup alot karena Wikana dan pemuda-pemuda lainnya masih tidak yakin dengan keselamatan Sukarno dan Hatta jika lokasi penyembunyian mereka terungkap. Mereka khawatir Sukarno dan Hatta malah dibunuh oleh tentara Jepang begitu lokasi penyembunyian terekspose.
Hal ini yang kemudian dipahami oleh Subardjo dan segera meyakinkan mereka bahwa kekhawatiran itu tidak akan terjadi. “Jika atas dasar keselamatan, saudara telah membawa Sukarno dan Hatta ke luar kota, saudara tidak usah khawatir akan keselamatan mereka jika mereka kembali ke sini, karena saya percaya bahwa kita membutuhkan dukungan Angkatan Luat (Kaigun) andaikata mereka menemui kesulitan dari Angkatan Darat, karena itu tolonglah beritahukan pada saya di mana mereka disembunyikan. Saya akan mengantarkan mereka kembali ke Jakarta sehingga kita dapat segera memulai proklamasi kemerdekaan kita,” terang Subardjo.
Akhirnya Subardjo bersama Sudiro, Jusuf Kunto, dan sopir pribadinya berangkat ke lokasi penyembunyian dengan mengendarai sebuah mobil Skoda. Dari situlah kehadiran mobil Skoda itu cukup penting mengingat rute perjalanan dari Jakarta menuju Rengasdengklok bukanlah rute yang pendek. Bahkan perjalanan dilakukan sore hari pada pukul 16.00.
Subardjo dan pemuda lainnya bahkan sempat mengalami pecah ban karena kondisi ban yang sudah aus dan berumur. Beruntung hal itu tidak menyurutkan semangat Subardjo untuk bertemu dengan Sukarno dan Hatta di lokasi penyembunyian.
Semula Subardjo menyangka Sukarno dan Hatta disembunyikan di Salabintana, Sukabumi. Hanya saja ketika jalur mobil diarahkan ke Karawang, dia sama sekali tidak tahu dimana sebenarnya Sukarno dan Hatta berada.
Begitu sampai di Rengasdengklok, Subardjo memang harus sekali lagi menjalani proses negosiasi dengan kelompok pemuda dan PETA. “Kami datang ke sini untuk menjemput Bung Karno dan Bung Hatta serta membawa mereka kembali ke Jakarta untuk mempercepat Proklamasi kemerdekaan,” kata Subardjo kepada Chudancho Subeno dari PETA.
“Bisakan saudara menyatakan pada kami apakah Jepang sudah menyerah?” tanya Subeno. Kala itu sudah ada yang dengar kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, tapi tak semua orang tahu soal berita yang ditutup-tutupi militer Jepang. Merespons pertanyaan Subeno, Subardjo pun menjawab, “kami justru datang untuk memberitahu penyerahan Jepang kepada Sukarno dan Hatta.”
Subeno dan kawan-kawan PETA, yang sejalan dengan para pemuda di Jakarta, sangat ingin Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan secepatnya. Subeno kemudian membiarkan Subardjo menemui Sukarno dan Hatta di rumah Djiau Kie Siong, yang tak jauh dari asrama PETA.
“Cepat, cepat, kita sekalian harus kembali ke Jakarta. Panitia Persiapan tak dapat melanjutkan tugasnya tanpa kita. Mereka telah menunggu dengan sia-sia pagi ini,” kata Subardjo.
Sukarno pun bertanya, “apa Jepang sudah menyerah?” “Saya telah kemari untuk memberitahukannya. Saya telah diberitahu pagi ini oleh Maeda,” kata Subardjo.
Beberapa waktu kemudian, rombongan berkumpul di depan pendapa termasuk tiga buah mobil yang menunggu, termasuk Skoda milik Soebardjo.
Tepat jam 9 malam, rombongan mulai bergerak menuju Jakarta. Di mobil Skoda, Sukarni duduk antara Soebardjo dan pengemudi. Sedangkan di jok belakang Sukarno, Fatmawati, dan Guntur bayi.
Setelah sampai Jakarta, Sukarno dan Hatta semalaman bergadang di rumah Maeda. Di sanalah teks proklamasi dipersiapkan dan dibacakan pada 17 Agustus 1945.Sebuah peristiwa monumental bagi Republik Indonesia yang merayakannya hari ini. Dan sebuah mobil Skoda siapa nyana, ikut ambil bagian di dalamnya.
Sayang, sama sekali tidak disebutkan mobil Skoda apa yang digunakan Subardjo kala itu. Hanya saja jika dilihat dari masanya maka ada dua mobil Skoda yang bisa saja dimiliki Subardjo yakni Skoda Superb dan Skoda Tudor.
Skoda Tudor adalah mobil dengan konfigurasi dua pintu yang individual. Bentuknya lebih ramping dan tidak terlalu lega jika digunakan oleh penumpang lebih dari tiga orang. Sementara Skoda Superb justru masuk dalam kategori mobil keluarga. Terdiri dari empat pintu dan dimensinya lebih panjang terutama di bagian penumpang baris kedua.
Hanya saja dalam video yang diunggah Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan judul Film Dokumenter - Perumusan Naskah Proklamasi, mobil Skoda yang digunakan terlihat adalah Skoda Tudor. Begitu juga dengan penelusuran Google melalui dokumentasi lama dimana yang terlihat memang adalah Skoda Tudor yang bentuknya lebih ramping.
Yang pasti nama Skoda sudah menjadi bagian penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Meski saat ini merek mobil dari Eropa itu tidak masuk ke pasar otomotif Indonesia secara resmi.
Keberadaan mobil Skoda itu sendiri disebut-sebut dalam buku Kesadaran Nasional Sebuah Otobiografi yang ditulis oleh Ahmad Subardjo Djoyodisuryo. Dalam buku itu Subardjo, yang kala itu bekerja sebagai penasihat panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan teman dekat Laksamana Tadashi Maeda, tengah kebingungan mencari tahu keberadaan Sukarno dan Hatta yang tengah diculik oleh sekelompok pemuda.
Keberadaan Sukarno dan Hatta sangat diperlukan di Jakarta mengingat saat itu keduanya harus hadir dalam rapat PPKI yang digelar PPKI pada jam 10.00. Masalahnya saat itu Sukarno dan Hatta sama sekali tidak terlihat.
Subardjo langsung curiga ada yang tidak beres dengan ketidakhadiran kedua founding fathers Indonesia itu. Dia langsung mengontak salah seorang tokoh pemuda bernama Wikana.
“Apa yang telah kamu perbuat terhadap Sukarno dan Hatta?” tanya Subardjo dalam otobiografinya itu. Wikana pun berkesempatan menyampaikan apa yang dikehendaki golongan pemuda pada Subardjo. “Hal ini merupakan suatu keputusan kami dalam pertemuan semalam, untuk keselamatan, mereka kami bawa ke suatu tempat di luar kota,” kata Wikana.
Dia juga sempat menjelaskan kepada Subardjo bahwa para pemuda telah membujuk Sukarno dan Hatta agar memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di malam mereka menculik keduanya. Setelah mendengar penjelasan itu, Subardjo membujuk Wikana untuk menyebutkan lokasi penyembunyian Sukarno dan Hatta.
Proses itu cukup alot karena Wikana dan pemuda-pemuda lainnya masih tidak yakin dengan keselamatan Sukarno dan Hatta jika lokasi penyembunyian mereka terungkap. Mereka khawatir Sukarno dan Hatta malah dibunuh oleh tentara Jepang begitu lokasi penyembunyian terekspose.
Hal ini yang kemudian dipahami oleh Subardjo dan segera meyakinkan mereka bahwa kekhawatiran itu tidak akan terjadi. “Jika atas dasar keselamatan, saudara telah membawa Sukarno dan Hatta ke luar kota, saudara tidak usah khawatir akan keselamatan mereka jika mereka kembali ke sini, karena saya percaya bahwa kita membutuhkan dukungan Angkatan Luat (Kaigun) andaikata mereka menemui kesulitan dari Angkatan Darat, karena itu tolonglah beritahukan pada saya di mana mereka disembunyikan. Saya akan mengantarkan mereka kembali ke Jakarta sehingga kita dapat segera memulai proklamasi kemerdekaan kita,” terang Subardjo.
Akhirnya Subardjo bersama Sudiro, Jusuf Kunto, dan sopir pribadinya berangkat ke lokasi penyembunyian dengan mengendarai sebuah mobil Skoda. Dari situlah kehadiran mobil Skoda itu cukup penting mengingat rute perjalanan dari Jakarta menuju Rengasdengklok bukanlah rute yang pendek. Bahkan perjalanan dilakukan sore hari pada pukul 16.00.
Subardjo dan pemuda lainnya bahkan sempat mengalami pecah ban karena kondisi ban yang sudah aus dan berumur. Beruntung hal itu tidak menyurutkan semangat Subardjo untuk bertemu dengan Sukarno dan Hatta di lokasi penyembunyian.
Semula Subardjo menyangka Sukarno dan Hatta disembunyikan di Salabintana, Sukabumi. Hanya saja ketika jalur mobil diarahkan ke Karawang, dia sama sekali tidak tahu dimana sebenarnya Sukarno dan Hatta berada.
Begitu sampai di Rengasdengklok, Subardjo memang harus sekali lagi menjalani proses negosiasi dengan kelompok pemuda dan PETA. “Kami datang ke sini untuk menjemput Bung Karno dan Bung Hatta serta membawa mereka kembali ke Jakarta untuk mempercepat Proklamasi kemerdekaan,” kata Subardjo kepada Chudancho Subeno dari PETA.
“Bisakan saudara menyatakan pada kami apakah Jepang sudah menyerah?” tanya Subeno. Kala itu sudah ada yang dengar kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, tapi tak semua orang tahu soal berita yang ditutup-tutupi militer Jepang. Merespons pertanyaan Subeno, Subardjo pun menjawab, “kami justru datang untuk memberitahu penyerahan Jepang kepada Sukarno dan Hatta.”
Subeno dan kawan-kawan PETA, yang sejalan dengan para pemuda di Jakarta, sangat ingin Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan secepatnya. Subeno kemudian membiarkan Subardjo menemui Sukarno dan Hatta di rumah Djiau Kie Siong, yang tak jauh dari asrama PETA.
“Cepat, cepat, kita sekalian harus kembali ke Jakarta. Panitia Persiapan tak dapat melanjutkan tugasnya tanpa kita. Mereka telah menunggu dengan sia-sia pagi ini,” kata Subardjo.
Sukarno pun bertanya, “apa Jepang sudah menyerah?” “Saya telah kemari untuk memberitahukannya. Saya telah diberitahu pagi ini oleh Maeda,” kata Subardjo.
Beberapa waktu kemudian, rombongan berkumpul di depan pendapa termasuk tiga buah mobil yang menunggu, termasuk Skoda milik Soebardjo.
Tepat jam 9 malam, rombongan mulai bergerak menuju Jakarta. Di mobil Skoda, Sukarni duduk antara Soebardjo dan pengemudi. Sedangkan di jok belakang Sukarno, Fatmawati, dan Guntur bayi.
Setelah sampai Jakarta, Sukarno dan Hatta semalaman bergadang di rumah Maeda. Di sanalah teks proklamasi dipersiapkan dan dibacakan pada 17 Agustus 1945.Sebuah peristiwa monumental bagi Republik Indonesia yang merayakannya hari ini. Dan sebuah mobil Skoda siapa nyana, ikut ambil bagian di dalamnya.
Sayang, sama sekali tidak disebutkan mobil Skoda apa yang digunakan Subardjo kala itu. Hanya saja jika dilihat dari masanya maka ada dua mobil Skoda yang bisa saja dimiliki Subardjo yakni Skoda Superb dan Skoda Tudor.
Skoda Tudor adalah mobil dengan konfigurasi dua pintu yang individual. Bentuknya lebih ramping dan tidak terlalu lega jika digunakan oleh penumpang lebih dari tiga orang. Sementara Skoda Superb justru masuk dalam kategori mobil keluarga. Terdiri dari empat pintu dan dimensinya lebih panjang terutama di bagian penumpang baris kedua.
Hanya saja dalam video yang diunggah Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan judul Film Dokumenter - Perumusan Naskah Proklamasi, mobil Skoda yang digunakan terlihat adalah Skoda Tudor. Begitu juga dengan penelusuran Google melalui dokumentasi lama dimana yang terlihat memang adalah Skoda Tudor yang bentuknya lebih ramping.
Yang pasti nama Skoda sudah menjadi bagian penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Meski saat ini merek mobil dari Eropa itu tidak masuk ke pasar otomotif Indonesia secara resmi.
(wsb)