CEO Perusahaan Keamanan Siber Berbagi Cerita Selamatkan Usaha dari Krisis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selain pembatasan sosial yang membuat masyarakat tak leluasa beraktifitas, banyaknya pemutusan hubungan kerja atau PHK hingga menurunnya daya beli masyarakat adalah tantangan menjalankan bisnis di saat pandemik COVID-19. (Baca juga: Pandemi COVID-19 Picu Gelombang PHK, Ini Terobosan BPJAMSOSTEK )
Pandemik ini menuntut semua oranguntuk cepat menyesuaikan diri dengan pola kerja baru. Misalnya, pekerja harus mengubah cara kerja dari kantor menjadiwork from home (WFH), begitu pun mahasiswa dan anak sekolah harus belajar secaraonline.
Terkait hal ini, Eva Noor, CEO PT Xynexis International yang bergerak di bisnis cyber security,mengutarakan berbagai tips dan trik dalam menyiasati pandemik COVID-19. "Pandemik membawa perubahan dalam bisnis ke depan, terutama dalam perilaku konsumen dan konsumsi. Oleh karenanya, penting mengidentifikasi perilaku konsumsi dan konsumen. Sebab merebaknya virus Corona baru memengaruhi industri dan usaha," ujarnya di Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Berdasarkan data World EconomicOutlook April 2020, IMF memprediksi perekonomian dunia akan merosot hingga ke minus 3% hingga akhir tahun ini. Namun bila wabah berakhir pada paruh kedua 2020 dan aktivitas ekonomi kembali normal, maka ekonomi Indonesia bisa tumbuh 8,2%. Sedangkan perekonomian dunia naik 5,8%.
Eva mengatakan, situasi bisnissaat ini dianalogikan seperti kapal-kapal di laut yang sedang menggalami turbulence atau guncangan akibat cuaca buruk, baik itu kapal besar, menengah atau kecil. Pertanyaannya sekarang, siapa yang bisa bertahan dan keluar dari turbulence itu?
Yang jelas, prioritas utama adalah usaha menyelamatkan isi kapal (karyawan, klien dan lainnya). Lalu kapal harus dipastikan tidak dalam keadaan bocor (secara internal kuat), dan dibutuhkan kelihaian nakhoda kapal dalam memimpin dan mengendalikan kapal tersebut. Tujuannya supaya bisa keluar dari guncangan dengan selamat.
“Wabah COVID-19 adalah tragedi kesehatan manusia dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global. Guncangan ekonomi membuat bisnis di berbagai sektor di negara ini terpukul,”kata Eva Noor dalam keterangan tertulisnyadi Jakarta, Selasa (2/6).
Analogi agar kapal atau perahu tidak bocor dan tenggelam saat mengalamiturbulence, adalah contoh bagaimana seorang leader harus membuat prioritas-prioritas yang mengutamakan keselamatan team, pelanggan dan pemangku kepentingan.
Pemimpin harus memastikan sistem diperusahaan bisa berfungsi dengan baik. Caranya dengan memeriksa status keuangan secara menyeluruh, membuat strategi baru yang lebih fleksible, dan juga berkomunikasi terus menerus dengan tim untuk bisa bekerja sama keluar dari guncangan.
“Seperti yang di utarakan di atas bahwa prioritas pertama seorangleader adalah keselamatan karyawan, nasabah/Klien serta para stakeholder,” sebut Eva.
Dia menambahkan, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk nasabah atau klien ialah komunikasi secara berkala dengan memberikan informasi yang transparan, autentik, mengedukasi, dan memberi kepastian jasa yang diberikan kualitasnya baik seperti sebelumnya. "Ini proses yang harus disampaikan," ucapnya.
Untuk internal, lanjut dia, hal terpenting ialah hope & positivity. "Memberi harapan bukan berarti menjanjikan sesuatu yang kita tidak ketahui kepastian hasilnya, tapi dengan berkomunikasi secara transparan tentang situasi internal sertamendorong karyawan dengan positif untukhand in handmelalui krisis COVID-19 ini. Karena kekuatan team work menjadi kunci keluar dari krisis dan berkembang cepat," paparnya.
Entrepreneurs Wajib Panjang akal
Evamenyatakan pernah mengalami goncangan dan belajar banyak sekali dari peristiwa tahun 2008. “Jadi pebisnis itu harus panjang akal, setiap hari harusproblem solving modeistilahnya. Buat inovasi-inovasi yang banyak jangan tunggu lagi tetapi langsung coba, tidak berhasil coba lagi yang lain, terus begitu sampai berhasil," ceritanya.
Pada situasi krisis seperti ini cara berpikir pempimpin juga harus fleksibel. Mereka dituntut harus responsif dalam setiap perubahan karena siapapun tidak pernah tahu dan tidak bisa mengkontrol tantangan dari eksternal.
Menurut Eva Noor, yang bisa di kontrol adalah cara berpikir. Bagaimana cara mencari solusi, cara melakukan hal-hal yang bisa keluar dari krisis tersebut.
”Seseorang yang ingin meraih keberhasilan harus gigih, berdaya juang tinggi, dan tak mudah patah arang. Never give up and work relentless,” tambah Eva.
Selamaberbisnis, Eva pernah mengalami krisis ekonomi yang sifatnya eksternal di tahun 2008. Krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang kemudian menular ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dampak lainnya, banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerja dan juga sampai ada yang harus tutup.
Pada krisis 2008, Eva terpaksa harus menutup satu dari dua perusahaannya. Butuh waktu dua tahun untuk bisa bangkit lagi dan ketika semua orang menyerah, pada 2010, dia membuka satu perusahaan lagi dan semuanya berkembang sampai sekarang.
“Kini tahun 2020 krisis kembali menghantam globalkarena COVID-19, dan krisis kali ini jauh lebih parah dari 2008,” ungkap Eva.
Beberapa hal yang bisa dilakukan perusahaan agar recovery bisa cepat ialah dengan meninjau kembali keselamatan karyawan dan pelanggan, cash flow dan revenue, optimalisasi biaya, strategi bisnis, bisnis proses, penerapan teknologi, komunikasi dan edukasi kepada karyawan serta pelanggan secara transparan.
"Semua hal tersebut harus di tinjau ulang dan lakukan banyak uji coba sampai bisa menemukan yang paling optimal. Jika sudah mencapai phase optimal, waktunya meningkatkan skala bisnis. Sehingga bisa keluar dari krisis dan lebih kuat lagi," pungkas Eva.
Pandemik ini menuntut semua oranguntuk cepat menyesuaikan diri dengan pola kerja baru. Misalnya, pekerja harus mengubah cara kerja dari kantor menjadiwork from home (WFH), begitu pun mahasiswa dan anak sekolah harus belajar secaraonline.
Terkait hal ini, Eva Noor, CEO PT Xynexis International yang bergerak di bisnis cyber security,mengutarakan berbagai tips dan trik dalam menyiasati pandemik COVID-19. "Pandemik membawa perubahan dalam bisnis ke depan, terutama dalam perilaku konsumen dan konsumsi. Oleh karenanya, penting mengidentifikasi perilaku konsumsi dan konsumen. Sebab merebaknya virus Corona baru memengaruhi industri dan usaha," ujarnya di Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Berdasarkan data World EconomicOutlook April 2020, IMF memprediksi perekonomian dunia akan merosot hingga ke minus 3% hingga akhir tahun ini. Namun bila wabah berakhir pada paruh kedua 2020 dan aktivitas ekonomi kembali normal, maka ekonomi Indonesia bisa tumbuh 8,2%. Sedangkan perekonomian dunia naik 5,8%.
Eva mengatakan, situasi bisnissaat ini dianalogikan seperti kapal-kapal di laut yang sedang menggalami turbulence atau guncangan akibat cuaca buruk, baik itu kapal besar, menengah atau kecil. Pertanyaannya sekarang, siapa yang bisa bertahan dan keluar dari turbulence itu?
Yang jelas, prioritas utama adalah usaha menyelamatkan isi kapal (karyawan, klien dan lainnya). Lalu kapal harus dipastikan tidak dalam keadaan bocor (secara internal kuat), dan dibutuhkan kelihaian nakhoda kapal dalam memimpin dan mengendalikan kapal tersebut. Tujuannya supaya bisa keluar dari guncangan dengan selamat.
“Wabah COVID-19 adalah tragedi kesehatan manusia dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global. Guncangan ekonomi membuat bisnis di berbagai sektor di negara ini terpukul,”kata Eva Noor dalam keterangan tertulisnyadi Jakarta, Selasa (2/6).
Analogi agar kapal atau perahu tidak bocor dan tenggelam saat mengalamiturbulence, adalah contoh bagaimana seorang leader harus membuat prioritas-prioritas yang mengutamakan keselamatan team, pelanggan dan pemangku kepentingan.
Pemimpin harus memastikan sistem diperusahaan bisa berfungsi dengan baik. Caranya dengan memeriksa status keuangan secara menyeluruh, membuat strategi baru yang lebih fleksible, dan juga berkomunikasi terus menerus dengan tim untuk bisa bekerja sama keluar dari guncangan.
“Seperti yang di utarakan di atas bahwa prioritas pertama seorangleader adalah keselamatan karyawan, nasabah/Klien serta para stakeholder,” sebut Eva.
Dia menambahkan, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk nasabah atau klien ialah komunikasi secara berkala dengan memberikan informasi yang transparan, autentik, mengedukasi, dan memberi kepastian jasa yang diberikan kualitasnya baik seperti sebelumnya. "Ini proses yang harus disampaikan," ucapnya.
Untuk internal, lanjut dia, hal terpenting ialah hope & positivity. "Memberi harapan bukan berarti menjanjikan sesuatu yang kita tidak ketahui kepastian hasilnya, tapi dengan berkomunikasi secara transparan tentang situasi internal sertamendorong karyawan dengan positif untukhand in handmelalui krisis COVID-19 ini. Karena kekuatan team work menjadi kunci keluar dari krisis dan berkembang cepat," paparnya.
Entrepreneurs Wajib Panjang akal
Evamenyatakan pernah mengalami goncangan dan belajar banyak sekali dari peristiwa tahun 2008. “Jadi pebisnis itu harus panjang akal, setiap hari harusproblem solving modeistilahnya. Buat inovasi-inovasi yang banyak jangan tunggu lagi tetapi langsung coba, tidak berhasil coba lagi yang lain, terus begitu sampai berhasil," ceritanya.
Pada situasi krisis seperti ini cara berpikir pempimpin juga harus fleksibel. Mereka dituntut harus responsif dalam setiap perubahan karena siapapun tidak pernah tahu dan tidak bisa mengkontrol tantangan dari eksternal.
Menurut Eva Noor, yang bisa di kontrol adalah cara berpikir. Bagaimana cara mencari solusi, cara melakukan hal-hal yang bisa keluar dari krisis tersebut.
”Seseorang yang ingin meraih keberhasilan harus gigih, berdaya juang tinggi, dan tak mudah patah arang. Never give up and work relentless,” tambah Eva.
Selamaberbisnis, Eva pernah mengalami krisis ekonomi yang sifatnya eksternal di tahun 2008. Krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang kemudian menular ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dampak lainnya, banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerja dan juga sampai ada yang harus tutup.
Pada krisis 2008, Eva terpaksa harus menutup satu dari dua perusahaannya. Butuh waktu dua tahun untuk bisa bangkit lagi dan ketika semua orang menyerah, pada 2010, dia membuka satu perusahaan lagi dan semuanya berkembang sampai sekarang.
“Kini tahun 2020 krisis kembali menghantam globalkarena COVID-19, dan krisis kali ini jauh lebih parah dari 2008,” ungkap Eva.
Beberapa hal yang bisa dilakukan perusahaan agar recovery bisa cepat ialah dengan meninjau kembali keselamatan karyawan dan pelanggan, cash flow dan revenue, optimalisasi biaya, strategi bisnis, bisnis proses, penerapan teknologi, komunikasi dan edukasi kepada karyawan serta pelanggan secara transparan.
"Semua hal tersebut harus di tinjau ulang dan lakukan banyak uji coba sampai bisa menemukan yang paling optimal. Jika sudah mencapai phase optimal, waktunya meningkatkan skala bisnis. Sehingga bisa keluar dari krisis dan lebih kuat lagi," pungkas Eva.
(iqb)