Menakar Kesiapan Indonesia Menyambut Kehadiran Mobil Canggih di Masa Depan
loading...
A
A
A
Bebin memprediksi, mungkin di Indonesia baru bisa cocok dengan kendaraan otonom sekitar 20 atau 30 tahun kedepan. Karena, bukan waktu yang sebentar untuk membenahi tingkat disiplin dalam berkendara.
Mengenai mobil-mobil masa depan, Bebin melihat saat ini ada dua aliran yang cukup mencolok. Pertama yakni kendaraan listrik dengan berbagai macam pengembangannya.
Bila dilihat dari sisi global, perkembangan kendaraan listrik saat ini cukup pesat. Tapi, untuk mengembangkan industrinya, ada beberapa faktor harus diperhatikan, yakni infrastruktur dan investasi yang cukup besar.
Kemudian, aliran yang kedua yakni mobil yang memanfaatkan gas hidrogen. Mengenai mobil tersebut, Bebin cenderung tidak begitu setuju, karena banyak yang perlu dibenahi dan terlalu berisiko.
"Saya kok tidak cenderung negara kita memilih yang itu, karena biaya mengelola gas hidrogen itu mahal, cara mendistribusikannya tidak mudah, untuk mengurainya itu mahal sekali, dan ketika kita tidak berhati-hati, itu gas hidrogen juga mudah meledak," ungkap Bebin.
Karena sejumlah faktor tersebut, Bebin mengaku cenderung tidak memilih alternatif bahan bakar Hidrogen untuk di Indonesia. Terlebih Indonesia merupakan negara kepulauan. Bebin menilai faktor tersebut juga berpengaruh pada kesulitan pendistribusian gas hidrogen.
Beralih kembali ke kendaraan listrik, Bebin mengakui bahwa memang kendaraan listrik di Indonesia masih mahal. Hal tersebut dipicu oleh baterai.
"Itu (Baterai) yang belum bisa diatasi, untuk skala dunia pun masih belum bisa diatasi, dan ini teknologinya terus dikembangkan, masih mencari alternatif bahan baterai yang baru, supaya bisa mendapatkan kualitas yang diharapkan," jelas Bebin.
Kualitas yang dimaksud oleh Bebin, dalam artian yakni waktu charging yang semakin singkat, tidak terjadi kenaikan suhu ketika charging, kemampuan menyimpan listrik, dan jarak tempuhnya lebih jauh. Kualitas-kualitas tersebut lah yang tengah dikejar oleh para produsen kendaraan.
Mengenai mobil-mobil masa depan, Bebin melihat saat ini ada dua aliran yang cukup mencolok. Pertama yakni kendaraan listrik dengan berbagai macam pengembangannya.
Bila dilihat dari sisi global, perkembangan kendaraan listrik saat ini cukup pesat. Tapi, untuk mengembangkan industrinya, ada beberapa faktor harus diperhatikan, yakni infrastruktur dan investasi yang cukup besar.
Kemudian, aliran yang kedua yakni mobil yang memanfaatkan gas hidrogen. Mengenai mobil tersebut, Bebin cenderung tidak begitu setuju, karena banyak yang perlu dibenahi dan terlalu berisiko.
"Saya kok tidak cenderung negara kita memilih yang itu, karena biaya mengelola gas hidrogen itu mahal, cara mendistribusikannya tidak mudah, untuk mengurainya itu mahal sekali, dan ketika kita tidak berhati-hati, itu gas hidrogen juga mudah meledak," ungkap Bebin.
Karena sejumlah faktor tersebut, Bebin mengaku cenderung tidak memilih alternatif bahan bakar Hidrogen untuk di Indonesia. Terlebih Indonesia merupakan negara kepulauan. Bebin menilai faktor tersebut juga berpengaruh pada kesulitan pendistribusian gas hidrogen.
Beralih kembali ke kendaraan listrik, Bebin mengakui bahwa memang kendaraan listrik di Indonesia masih mahal. Hal tersebut dipicu oleh baterai.
"Itu (Baterai) yang belum bisa diatasi, untuk skala dunia pun masih belum bisa diatasi, dan ini teknologinya terus dikembangkan, masih mencari alternatif bahan baterai yang baru, supaya bisa mendapatkan kualitas yang diharapkan," jelas Bebin.
Kualitas yang dimaksud oleh Bebin, dalam artian yakni waktu charging yang semakin singkat, tidak terjadi kenaikan suhu ketika charging, kemampuan menyimpan listrik, dan jarak tempuhnya lebih jauh. Kualitas-kualitas tersebut lah yang tengah dikejar oleh para produsen kendaraan.