Suzuki Minta Plafon Harga LCGC Direvisi
A
A
A
BEKASI - Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional Soebronto Laras mengatakan, plafon harga kendaraan murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) sudah selayaknya direvisi.
Harga mobil LCGC yang dibanderol termahal Rp95 juta per unit sebelum pajak, dinilai sudah tidak sesuai mengingat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD) yang terus terperosok.
"Kalau saya lihat ini pemerintah musti rasional melihat kenyataan ini. Jadi nilai rupiah kita, kedua inflasi, lalu cost produksi, misalnya naik gaji 30% di 2013. Jadi, ya itu memang semuanya enggak ada yang buka. Tapi istilahnya jika ditelanjangi gitu mungkin pada rugi," ujar dia di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (5/6/2014).
Dia mencontohkan, harga termahal Rp95 juta jika dipotong ongkos distribusi 10%, hanya sekitar Rp80 jutaan. Angka tersebut tidak mampu menutupi ongkos pembuatan mobil murah tersebut.
"Semuanya enggak mau buka, cuma tolonglah pengertian pemerintah jangan dikunci di Rp95 juta. Karena kalau di kunci, itu yang maksimum kan, sudah yang paling mewah itu," tuturnya.
Ketua Bidang Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Apindo ini mengatakan, meski hampir 80% konten lokal ada di mobil LCGC, namun kurs rupiah tetap memengaruhi. Hal ini, dikarenakan bahan baku mobil LCGC masih didapatkan dari luar negeri.
"Misalnya plastik, mobil bempernya plastik, dashboard-nya plastik, kita beli bahan bakunya dari mana? Ada yang jual rupiah enggak? Enggak ada kan, ya seperti itu. Rasanya teman-teman Gaikindo juga, ya realistis saja coba hitung, kalau mau ditelanjangi saja," pungkasnya.
Harga mobil LCGC yang dibanderol termahal Rp95 juta per unit sebelum pajak, dinilai sudah tidak sesuai mengingat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD) yang terus terperosok.
"Kalau saya lihat ini pemerintah musti rasional melihat kenyataan ini. Jadi nilai rupiah kita, kedua inflasi, lalu cost produksi, misalnya naik gaji 30% di 2013. Jadi, ya itu memang semuanya enggak ada yang buka. Tapi istilahnya jika ditelanjangi gitu mungkin pada rugi," ujar dia di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (5/6/2014).
Dia mencontohkan, harga termahal Rp95 juta jika dipotong ongkos distribusi 10%, hanya sekitar Rp80 jutaan. Angka tersebut tidak mampu menutupi ongkos pembuatan mobil murah tersebut.
"Semuanya enggak mau buka, cuma tolonglah pengertian pemerintah jangan dikunci di Rp95 juta. Karena kalau di kunci, itu yang maksimum kan, sudah yang paling mewah itu," tuturnya.
Ketua Bidang Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Apindo ini mengatakan, meski hampir 80% konten lokal ada di mobil LCGC, namun kurs rupiah tetap memengaruhi. Hal ini, dikarenakan bahan baku mobil LCGC masih didapatkan dari luar negeri.
"Misalnya plastik, mobil bempernya plastik, dashboard-nya plastik, kita beli bahan bakunya dari mana? Ada yang jual rupiah enggak? Enggak ada kan, ya seperti itu. Rasanya teman-teman Gaikindo juga, ya realistis saja coba hitung, kalau mau ditelanjangi saja," pungkasnya.
(izz)