CEO Perusahaan Keamanan Siber Berbagi Cerita Selamatkan Usaha dari Krisis

Selasa, 02 Juni 2020 - 22:33 WIB
“Seperti yang di utarakan di atas bahwa prioritas pertama seorangleader adalah keselamatan karyawan, nasabah/Klien serta para stakeholder,” sebut Eva.

Dia menambahkan, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk nasabah atau klien ialah komunikasi secara berkala dengan memberikan informasi yang transparan, autentik, mengedukasi, dan memberi kepastian jasa yang diberikan kualitasnya baik seperti sebelumnya. "Ini proses yang harus disampaikan," ucapnya.

Untuk internal, lanjut dia, hal terpenting ialah hope & positivity. "Memberi harapan bukan berarti menjanjikan sesuatu yang kita tidak ketahui kepastian hasilnya, tapi dengan berkomunikasi secara transparan tentang situasi internal sertamendorong karyawan dengan positif untukhand in handmelalui krisis COVID-19 ini. Karena kekuatan team work menjadi kunci keluar dari krisis dan berkembang cepat," paparnya.

Entrepreneurs Wajib Panjang akal

Evamenyatakan pernah mengalami goncangan dan belajar banyak sekali dari peristiwa tahun 2008. “Jadi pebisnis itu harus panjang akal, setiap hari harusproblem solving modeistilahnya. Buat inovasi-inovasi yang banyak jangan tunggu lagi tetapi langsung coba, tidak berhasil coba lagi yang lain, terus begitu sampai berhasil," ceritanya.

Pada situasi krisis seperti ini cara berpikir pempimpin juga harus fleksibel. Mereka dituntut harus responsif dalam setiap perubahan karena siapapun tidak pernah tahu dan tidak bisa mengkontrol tantangan dari eksternal.

Menurut Eva Noor, yang bisa di kontrol adalah cara berpikir. Bagaimana cara mencari solusi, cara melakukan hal-hal yang bisa keluar dari krisis tersebut.

”Seseorang yang ingin meraih keberhasilan harus gigih, berdaya juang tinggi, dan tak mudah patah arang. Never give up and work relentless,” tambah Eva.

Selamaberbisnis, Eva pernah mengalami krisis ekonomi yang sifatnya eksternal di tahun 2008. Krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang kemudian menular ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dampak lainnya, banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerja dan juga sampai ada yang harus tutup.

Pada krisis 2008, Eva terpaksa harus menutup satu dari dua perusahaannya. Butuh waktu dua tahun untuk bisa bangkit lagi dan ketika semua orang menyerah, pada 2010, dia membuka satu perusahaan lagi dan semuanya berkembang sampai sekarang.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More