Bos Stellantis Khawatir Harga Mobil Baru Semakin Tidak Terjangkau
Selasa, 08 Maret 2022 - 10:35 WIB
JAKARTA - Carlos Tavares, CEO Stellantis khawatir harga mobil -mobil baru akan terus tidak terjangkau karena semakin mahal. Hal itu diungkap oleh pemimpin grup otomotif yang terdiri dari Jeep, Alfa Romeo, Peugeot, Fiat, Chrysler,Abarth, Citroen dan Lancia itu dalam sebuah webinar dengan jurnalis otomotif Amerika Serikat baru-baru ini.
Dia mengatakan saat ini harga-harga mobil baru jauh lebih tinggi dibandingkan lima tahun lalu. Hal itu semakin diperparah karena menurutnya banyak konsumen mendapatkan harga yang tinggi akibat kebijakan yang ada di dealer bukan dari produsen mobil.
"Saya sangat khawatir karena masalah keterjangkauan ini. Hal itu semakin mengkhawatirkan karena adanya tekanan inflasi yang tinggi," ujarnya.
Dia mencontohkan Oktober 2021 harga rata-rata mobil di Amerika mencapai USD45.000 atau setara Rp645,1 juta. Angka itu merupakan yang kali pertama terjadi di Amerika.
Hanya saja kenaikan harga rata-rata tidak berhenti di angka itu. Di Desember 2021 harga-harga mobil mengalami kenaikan rata-rata di USD47.000 atau mencapai Rp673,8 juta.
Dia memahami kenaikan yang sangat cepat itu dipicu oleh banyak faktor. Misalnya krisis semi konduktor yang membuat produksi mobil berkurang. Selain itu peningkatan biaya bahan baku juga sangat berpengaruh pada harga mobil. Apalagi adanya perang Ukraina dan Rusia yang membuat harga-harga baja, aluminium, dan nikel akan naik tinggi.
Menurutnya jika pabrikan tidak berpikir ulang mengenai harga mobil baru yang sangat naik maka akan ada kelompok yang akan berhenti membeli mobil. "Kelas menengah tidak akan mampu membeli mobil baru, jika itu terjadi," jelasnya.
Dia yakin pabrikan mobil seperti Stellantis bisa melakukan upaya pengurangan harga. Salah satunya adalah dengan efisiensi pemasaran dan sistem distribusi. Carlos Tavares mengatakan bahwa sistem pemasaran dan distribusinya menyumbang sekitar 30 persen dari harga kendaraan baru. Jika angka itu bisa ditekan dia yakin harga mobil baru akan bisa turun dan terjangkau.
Dia mengatakan saat ini harga-harga mobil baru jauh lebih tinggi dibandingkan lima tahun lalu. Hal itu semakin diperparah karena menurutnya banyak konsumen mendapatkan harga yang tinggi akibat kebijakan yang ada di dealer bukan dari produsen mobil.
"Saya sangat khawatir karena masalah keterjangkauan ini. Hal itu semakin mengkhawatirkan karena adanya tekanan inflasi yang tinggi," ujarnya.
Baca Juga
Dia mencontohkan Oktober 2021 harga rata-rata mobil di Amerika mencapai USD45.000 atau setara Rp645,1 juta. Angka itu merupakan yang kali pertama terjadi di Amerika.
Hanya saja kenaikan harga rata-rata tidak berhenti di angka itu. Di Desember 2021 harga-harga mobil mengalami kenaikan rata-rata di USD47.000 atau mencapai Rp673,8 juta.
Dia memahami kenaikan yang sangat cepat itu dipicu oleh banyak faktor. Misalnya krisis semi konduktor yang membuat produksi mobil berkurang. Selain itu peningkatan biaya bahan baku juga sangat berpengaruh pada harga mobil. Apalagi adanya perang Ukraina dan Rusia yang membuat harga-harga baja, aluminium, dan nikel akan naik tinggi.
Menurutnya jika pabrikan tidak berpikir ulang mengenai harga mobil baru yang sangat naik maka akan ada kelompok yang akan berhenti membeli mobil. "Kelas menengah tidak akan mampu membeli mobil baru, jika itu terjadi," jelasnya.
Dia yakin pabrikan mobil seperti Stellantis bisa melakukan upaya pengurangan harga. Salah satunya adalah dengan efisiensi pemasaran dan sistem distribusi. Carlos Tavares mengatakan bahwa sistem pemasaran dan distribusinya menyumbang sekitar 30 persen dari harga kendaraan baru. Jika angka itu bisa ditekan dia yakin harga mobil baru akan bisa turun dan terjangkau.
(wsb)
tulis komentar anda