Hadapi New Normal, CSR Harus Dimulai Dari Internal Perusahaan
Selasa, 30 Juni 2020 - 06:31 WIB
“Kita ketahui bersama, sangat sulit untuk memprediksi kapan selesainya pandemi virus corona ini secara 100 persen. Di sisi lain, aktivitas CSR dan keseluruhan aktivitas bisnis, tentu tidak bisa berhenti, melainkan sebaiknya berjalan dengan memerhatikan panduan protokol kesehatan. Harapannya, lewat seminar ini akan memberi panduan untuk pelaksanaan CSR perusahaan di masa New Normal,” jelas Lutfi.
Dalam acara ini juga ditampilkan Program CSR dari sejumlah perusahaan, antara lain: Geo Dipa Energi, Kideco Jaya Agung, Pengerukan Indonesia, Borneo Indobara, PT KAI, PT Inalum, Hutama Karya, Mowilex Indonesia, Asmin Bara Bonang, Softex Indonesia, Bank BRI, Rekayasa Industri, AirNav Indonesia, Pupuk Indonesia, Petrokimia Gresik, dll.
M. Lutfi Handayani menjelaskan pembeda antara TOP CSR 2020 dengan penghargaan sejenisnya. Pertama, yang dinilai dalam TOP CSR 2020 ada tiga aspek utama. Selain aspek kepatuhan (compliance) terhadap ISO 26000 tentang Social Responsibility maka aspek GCG, dan aspek keselarasan program CSR dengan strategi serta daya saing bisnis perusahaan, juga diperhatikan.
“Jadi, penilaian dalam TOP CSR 2020 tidak sekadar fokus kepada compliance dalam ISO 26000 atau lingkungan. Hasil penilaian atau skor GCG yang baik menjadi salah satu prasyarat awal untuk menerima penghargaan TOP CSR 2020. Program CSR yang efektif, lebih mudah diterapkan jika GCG perusahaannya baik,” tambahnya.
Kedua, penilaian TOP CSR 2020 memanfaatkankan perangkat lunak SR Index, sehingga perusahaan peserta dapat mengukur atau menilai sendiri tingkat adopsi CSR-nya terhadap ISO 26000. Bagi perusahaan yang belum familiar dengan ISO 26000, tetap dapat mengukur SR Index-nya. “Cukup memasukan data dan informasi kebijakan dan program CSR yang selama ini dijalankan,” kata Lutfi Handayani.
Terakhir, pada TOP CSR 2020 ada tambahan penilaian kategori khusus, yakni Program CSR yang terkait dengan prioritas Program Kabinet Indonesia Maju.
Dalam acara ini juga ditampilkan Program CSR dari sejumlah perusahaan, antara lain: Geo Dipa Energi, Kideco Jaya Agung, Pengerukan Indonesia, Borneo Indobara, PT KAI, PT Inalum, Hutama Karya, Mowilex Indonesia, Asmin Bara Bonang, Softex Indonesia, Bank BRI, Rekayasa Industri, AirNav Indonesia, Pupuk Indonesia, Petrokimia Gresik, dll.
M. Lutfi Handayani menjelaskan pembeda antara TOP CSR 2020 dengan penghargaan sejenisnya. Pertama, yang dinilai dalam TOP CSR 2020 ada tiga aspek utama. Selain aspek kepatuhan (compliance) terhadap ISO 26000 tentang Social Responsibility maka aspek GCG, dan aspek keselarasan program CSR dengan strategi serta daya saing bisnis perusahaan, juga diperhatikan.
“Jadi, penilaian dalam TOP CSR 2020 tidak sekadar fokus kepada compliance dalam ISO 26000 atau lingkungan. Hasil penilaian atau skor GCG yang baik menjadi salah satu prasyarat awal untuk menerima penghargaan TOP CSR 2020. Program CSR yang efektif, lebih mudah diterapkan jika GCG perusahaannya baik,” tambahnya.
Kedua, penilaian TOP CSR 2020 memanfaatkankan perangkat lunak SR Index, sehingga perusahaan peserta dapat mengukur atau menilai sendiri tingkat adopsi CSR-nya terhadap ISO 26000. Bagi perusahaan yang belum familiar dengan ISO 26000, tetap dapat mengukur SR Index-nya. “Cukup memasukan data dan informasi kebijakan dan program CSR yang selama ini dijalankan,” kata Lutfi Handayani.
Terakhir, pada TOP CSR 2020 ada tambahan penilaian kategori khusus, yakni Program CSR yang terkait dengan prioritas Program Kabinet Indonesia Maju.
(wbs)
tulis komentar anda