Sejarah Bus ALS yang Bisa Bikin Penggunanya Jadi Saudara
Jum'at, 30 Desember 2022 - 13:00 WIB
Pada 29 September 1966, PO ALS resmi berdiri dan kini menjadi perusahaan otobus terbesar di Sumatera sekaligus menjadi salah satu yang tertua di Indonesia. PO ALS juga terkenal sebagai bus dengan barang bawaan paling banyak di atasnya dan memiliki trayek terjauh di Indonesia.
Trayek terjauh ALS menempuh rute Medan, Sumatera Utara hingga Jember, Jawa Timur. Pada masa awal berdiri, ALS memulai kiprahnya dengan membuka trayek dari Kotanopan ke Medan menggunakan bus Chevrolet C50. Seiring perkembangan bisnis, ALS memindahkan markasnya ke Medan hingga sekarang.
ALS pun membuka banyak rute baru dan menjadi salah satu pelopor transportasi penghubung antar kota di Sumatera, meliputi Pekanbaru, Banda Aceh, Bengkulu, Jambi, Palembang, Padang dan Lampung.
Hingga 1970-an, jangkauan ALS masih belum seluas seperti sekarang. Armada ALS hanya beroperasi di Sumatera, paling jauh ke Bakauheni, karena jika ke Jawa kapal yang ada belum memadai mengangkut kendaraan besar. Baru setelah memasuki 1980-an, seiring tersedianya kapal feri berukuran besar, ALS mulai menapakan rodanya di Tanah Jawa.
Keunikan yang lain ialah soalan nomor pintu (Nopin) pada setiap armada bus ALS. Dikarenakan ALS merupakan perusahaan otobus yang dikelola oleh keluarga, maka kepemilikan armada tidak hanya satu orang saja. Angka ketiga dari nomor pintu itulah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui siapa toke (pemilik) dari armada tersebut. Nomor ujung 1 dimiliki oleh Keluarga Almarhum Haji Sati Lubis atau orang tua dari Direktur utama PT ALS.
Ujung 3 milik Almarhum Haji Rasyad Nasution, nomor ujung 5 milik Japarkayo Hasibuan, ujung 7 milik Keluarga Almarhum Haji M Arief Lubis, ujung 8 milik Almarhum Haji Abdul Wahab Lubis dan Almarhum Haji Hasbullah Lubis, Ujung 9 dan 0 milik Almarhum Nursewan Lubis dan Almarhum Rangkuti.
Serta banyak pemilik lain yang memiliki Nomor pintu Acak seperti Keluarga Almarhum Haji Hamzah Nasution dan Keluarga Almarhum M Nasir Daulay.
Namun seiring berjalannya waktu, kepemilikan bus tersebut dikelola pula oleh generasi-generasi kedua dan Ketiga dari pemilik. Contoh: Bus ALS nomor pintu 311. Angka terakhirnya ialah angka 1, sehingga kepemilikan armada ini berada pada dirut ALS.
Trayek terjauh ALS menempuh rute Medan, Sumatera Utara hingga Jember, Jawa Timur. Pada masa awal berdiri, ALS memulai kiprahnya dengan membuka trayek dari Kotanopan ke Medan menggunakan bus Chevrolet C50. Seiring perkembangan bisnis, ALS memindahkan markasnya ke Medan hingga sekarang.
ALS pun membuka banyak rute baru dan menjadi salah satu pelopor transportasi penghubung antar kota di Sumatera, meliputi Pekanbaru, Banda Aceh, Bengkulu, Jambi, Palembang, Padang dan Lampung.
Hingga 1970-an, jangkauan ALS masih belum seluas seperti sekarang. Armada ALS hanya beroperasi di Sumatera, paling jauh ke Bakauheni, karena jika ke Jawa kapal yang ada belum memadai mengangkut kendaraan besar. Baru setelah memasuki 1980-an, seiring tersedianya kapal feri berukuran besar, ALS mulai menapakan rodanya di Tanah Jawa.
Keunikan yang lain ialah soalan nomor pintu (Nopin) pada setiap armada bus ALS. Dikarenakan ALS merupakan perusahaan otobus yang dikelola oleh keluarga, maka kepemilikan armada tidak hanya satu orang saja. Angka ketiga dari nomor pintu itulah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui siapa toke (pemilik) dari armada tersebut. Nomor ujung 1 dimiliki oleh Keluarga Almarhum Haji Sati Lubis atau orang tua dari Direktur utama PT ALS.
Ujung 3 milik Almarhum Haji Rasyad Nasution, nomor ujung 5 milik Japarkayo Hasibuan, ujung 7 milik Keluarga Almarhum Haji M Arief Lubis, ujung 8 milik Almarhum Haji Abdul Wahab Lubis dan Almarhum Haji Hasbullah Lubis, Ujung 9 dan 0 milik Almarhum Nursewan Lubis dan Almarhum Rangkuti.
Serta banyak pemilik lain yang memiliki Nomor pintu Acak seperti Keluarga Almarhum Haji Hamzah Nasution dan Keluarga Almarhum M Nasir Daulay.
Namun seiring berjalannya waktu, kepemilikan bus tersebut dikelola pula oleh generasi-generasi kedua dan Ketiga dari pemilik. Contoh: Bus ALS nomor pintu 311. Angka terakhirnya ialah angka 1, sehingga kepemilikan armada ini berada pada dirut ALS.
tulis komentar anda