Nostalgia dengan Bus-Bus Legendaris Yogyakarta, Ada Baker hingga Kopata
loading...
A
A
A
JAKARTA - Deretan bus-bus legendaris Yogyakarta akan menggugah banyak kenangan bagi yang pernah tinggal di Kota Gudeg era 1980an hingga 2000an.
Nama-nama bus Baker, Aspada, Kobutri, Puskopkar, Damri, Jatayu, hingga Koperasi Pemuda, tentu sangat familiar lantaran tiap hari wira-wiri di wilayah Yogyakarta.
Pada masanya, bus-bus ini menjadi andalan untuk bepergian lantaran kendaraan pribadi belum sebanyak sekarang. Kini kebanyakan bus-bus legendaris tersebut telah tutup usia, kalah bersaing dengan kendaraan pribadi dan persaingan usaha dengan armada yang lebih muda.
Untuk menghargai kenangan dan jasa yang telah ditanamkan, berikut ulasan bus-bus legendaris di Yogyakarta, dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (23/8/2023).
1. Bus Aspada
Bus legendaris Yogyakarta di posisi pertama adalah Aspada. Bus yang dominan dengan warna biru ini, melayani rute-rute dalam kota seperti Giwangan, Ring Road Selatan, Jalan Malioboro, Jalan AM Sangaji, hingga Monumen Jogja Kembali.
Dyah Ratna Meta Novia, semasa sekolah di Yogyakarta nyaris tiap hari naik Bus Aspada Jalur 15. “Dulu suka naik bus Aspada nomor 15 buat sekolah SMP 6 di Jetis, pulangnya di jalan Godean,” ujarnya.
Alumnus UGM jurusan Hubungan Internasional itu mengaku memiliki kenangan indah dengan bus Aspada. “Ya seru sih naik bus, apalagi kalau tiba-tiba enggak sengaja ketemu teman di bus, rasanya senang banget, naik bus sambil bercerita, tahu-tahu sampai depan sekolah. Kadang-kadang kita juga jalan-jalan ke Malioboro abis sekolah naik bus Aspada 15,” tutur perempuan muda yang sudah sukses berkarier di ibu kota itu.
2. Bus Baker
Bus legendaris Yogyakarta yang kedua adalah bus Baker akronim dari Badan Kerjasama Ekonomi Rakyat. Dengan tampilan khas yaitu kombinasi warna putih kombinasi garis-garis warna gradasi biru serta kuning, bus Baker lalu lalang di rute Yogyakarta-Kaliurang. Baker sangat dikenal di kalangan para pendaki dan wisatawan lantaran bisa mengantar sampai ke kaki Gunung Merapi. Sayang, bus ini sudah tak beroperasi.
3. Bus Kopata
Bus legendaris Yogyakarta yang ketiga adalah Kopata, akronim dari Koperasi Angkutan Umum Perkotaan. Kopata memiliki rute dalam Kota Yogyakarta, dengan 13 jalur yang dilayani.
“Kalau di Jakarta mirip Metromini, yang paling legend (di Yogyakarta) ya Kopata,” ujar Koko Wijanarko, salah satu petinggi media nasional yang pernah menimba ilmu di Yogyakarta.
Sayang Kopata kini tinggal kenangan. Amanda Maholetty, mahasiswa Fisip UGM angkatan 2011, mengenang saat kecil dia langganan naik Kopata ke sekolah.
“Aku naik pas zaman kelas 2 SMP, sekitar tahun 2007/2008. Yen gak salah tarifnya Rp2.000. Bapak kenek e apikan. Sopir juga enggak ugal-ugalan,” ujarnya.
4. Bus Puskopkar
Bus berwarna biru ini melayani rute dalam ring road, kawasan Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk di dalamnya.
5. Bus Kobutri
Bus ini gampang dikenali lantaran bentuknya yang mungil. Tak heran di masanya orang-orang lebih familiar menyebutnya kol (colt). Karena ukurannya kecil susunan bangku Kobutri duduk saling berhadapan.
6. Bus DAMRI
Bus DAMRI pertama kali mengaspal di Yogyakarta tahun 1989 hingga saat ini. Namun, kini DAMRI lebih banyak melayani rute dari dan menuju Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo ke sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain itu, DAMRI juga melayani penumpang menuju destinasi-destinasi wisata di Yogyakarta. Di antaranya rute Bandara YIA-Purworejo-Salaman-Candi Borobudur, Bandara YIA-Palbapang-Imogiri, Kantor Bank Indonesia-Tugu-Monumen Yogya Kembali-Turi-Candi Borobudur, Titik Nol KM Malioboro-Tebing Breksi-Candi Prambanan-Candi Borobudur, Titik Nol KM Malioboro-Pantai Baron dan Pantai Parangtritis.
7. Bus Jatayu
Awalnya, Bus Jatayu melayani angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan rute Yogyakarta-Kretek PP, Yogyakarta-Srandakan PP, Yogyakarta-Parangtritis PP, dan Yogyakarta-Solo PP.
Namun, selanjutnya berkembang melayani Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) ke berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Denpasar, Merak dll. Sayang karena banyaknya tantangan di bisnis transportasi akhirnya hanya Jatayu Makmur Abadi yang masih bertahan dengan segmen jasa transportasi pariwisata.
8. Bus Koperasi Pemuda
Bus Koperasi Pemuda menyasar pasar warga pedesaan di Sleman. Bus ini memiliki rute menuju tempat-tempat perbelanjaan seperti Pasar Pakem, Pasar Prambanan, Pasar Tempel dan lain-lain.
Bus dengan corak warna kuning dengan list hijau ini saat itu menjadi primadona lantaran tarifnya relatif murah. Penumpangnya tak hanya warga yang akan menuju sentra-sentra perdagangan tapi juga anak sekolah.
9. Bus AKAP
Selain bus dalam kota dan antar kabupaten/kota, bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) juga lalu lalang dari luar kota menuju Yogyakarta dan sebaliknya.
Vincentius Camar yang lahir dan besar di kawasan Kalasan menceritakan, bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang biasa masuk Yogyakarta di antaranya Sumber Kencono, AKAS, Eka, Mira, PO Suharno, Maju Lancar, Sri Mulyo, dan Raharja. Bus-bus itu kebanyakan melaju di jalanan depan rumahnya, waktu itu. “Kui bis sing nduwe prinsip kuat, halangan yang di depan pasti semua menyingkir dengan sendirinya,” ujarnya.
Mengenang masa-masa kuliah di Akademi Komunikasi Indonesia, Koko Winajarko menceritakan rutinitasnya pulang kampung dari Yogyakarta ke Tegal. Lantaran tidak ada bus langsung ke kotanya, dia harus transit dulu dari Yogyakarta ke Semarang.
Ada dua pilihan rute yang bisa diambil, yaitu Yogyakarta-Semarang lanjut Semarang-Tegal atau Yogyakarta-Purwokerto, lanjut ke Tegal.
“Kalau jalur Semarang, yang legendaris PO Ramayana, dari Semarang lanjut naik PO Nusantara. Karena eksekutif penumpang dapat minuman, coca cola atau sprite,” ujarnya.
Dia mengenang saat itu tarif bus eksekutif Yogyakarta-Semarang hanya Rp5.500. Sementara jika pilihannya jalur utara, dari Terminal Terboyo, Semarang bisa dilanjutkan ke Tegal naik PO Coyo (Semarang-Tegal-Cirebon) atau bus PO Sari Mustika.
“Itu menurut aku paling nyaman. Kalau lewat utara lebih lama bisa selisih satu jam sekitar 6,5 jam karena belum ada tol,” tuturnya.
Selain bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, bus-bus ke Jakarta , Jawa Barat, hingga ke luar Pulau Jawa tersedia di Yogyakarta. Itulah deretan bus legendaris Yogyakarta yang sebagaian sudah termakan zaman, namun akan selalu ada dalam kenangan.
Nama-nama bus Baker, Aspada, Kobutri, Puskopkar, Damri, Jatayu, hingga Koperasi Pemuda, tentu sangat familiar lantaran tiap hari wira-wiri di wilayah Yogyakarta.
Pada masanya, bus-bus ini menjadi andalan untuk bepergian lantaran kendaraan pribadi belum sebanyak sekarang. Kini kebanyakan bus-bus legendaris tersebut telah tutup usia, kalah bersaing dengan kendaraan pribadi dan persaingan usaha dengan armada yang lebih muda.
Untuk menghargai kenangan dan jasa yang telah ditanamkan, berikut ulasan bus-bus legendaris di Yogyakarta, dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (23/8/2023).
1. Bus Aspada
Bus legendaris Yogyakarta di posisi pertama adalah Aspada. Bus yang dominan dengan warna biru ini, melayani rute-rute dalam kota seperti Giwangan, Ring Road Selatan, Jalan Malioboro, Jalan AM Sangaji, hingga Monumen Jogja Kembali.
Dyah Ratna Meta Novia, semasa sekolah di Yogyakarta nyaris tiap hari naik Bus Aspada Jalur 15. “Dulu suka naik bus Aspada nomor 15 buat sekolah SMP 6 di Jetis, pulangnya di jalan Godean,” ujarnya.
Alumnus UGM jurusan Hubungan Internasional itu mengaku memiliki kenangan indah dengan bus Aspada. “Ya seru sih naik bus, apalagi kalau tiba-tiba enggak sengaja ketemu teman di bus, rasanya senang banget, naik bus sambil bercerita, tahu-tahu sampai depan sekolah. Kadang-kadang kita juga jalan-jalan ke Malioboro abis sekolah naik bus Aspada 15,” tutur perempuan muda yang sudah sukses berkarier di ibu kota itu.
2. Bus Baker
Bus legendaris Yogyakarta yang kedua adalah bus Baker akronim dari Badan Kerjasama Ekonomi Rakyat. Dengan tampilan khas yaitu kombinasi warna putih kombinasi garis-garis warna gradasi biru serta kuning, bus Baker lalu lalang di rute Yogyakarta-Kaliurang. Baker sangat dikenal di kalangan para pendaki dan wisatawan lantaran bisa mengantar sampai ke kaki Gunung Merapi. Sayang, bus ini sudah tak beroperasi.
3. Bus Kopata
Bus legendaris Yogyakarta yang ketiga adalah Kopata, akronim dari Koperasi Angkutan Umum Perkotaan. Kopata memiliki rute dalam Kota Yogyakarta, dengan 13 jalur yang dilayani.
“Kalau di Jakarta mirip Metromini, yang paling legend (di Yogyakarta) ya Kopata,” ujar Koko Wijanarko, salah satu petinggi media nasional yang pernah menimba ilmu di Yogyakarta.
Sayang Kopata kini tinggal kenangan. Amanda Maholetty, mahasiswa Fisip UGM angkatan 2011, mengenang saat kecil dia langganan naik Kopata ke sekolah.
“Aku naik pas zaman kelas 2 SMP, sekitar tahun 2007/2008. Yen gak salah tarifnya Rp2.000. Bapak kenek e apikan. Sopir juga enggak ugal-ugalan,” ujarnya.
4. Bus Puskopkar
Bus berwarna biru ini melayani rute dalam ring road, kawasan Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk di dalamnya.
5. Bus Kobutri
Bus ini gampang dikenali lantaran bentuknya yang mungil. Tak heran di masanya orang-orang lebih familiar menyebutnya kol (colt). Karena ukurannya kecil susunan bangku Kobutri duduk saling berhadapan.
6. Bus DAMRI
Bus DAMRI pertama kali mengaspal di Yogyakarta tahun 1989 hingga saat ini. Namun, kini DAMRI lebih banyak melayani rute dari dan menuju Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo ke sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain itu, DAMRI juga melayani penumpang menuju destinasi-destinasi wisata di Yogyakarta. Di antaranya rute Bandara YIA-Purworejo-Salaman-Candi Borobudur, Bandara YIA-Palbapang-Imogiri, Kantor Bank Indonesia-Tugu-Monumen Yogya Kembali-Turi-Candi Borobudur, Titik Nol KM Malioboro-Tebing Breksi-Candi Prambanan-Candi Borobudur, Titik Nol KM Malioboro-Pantai Baron dan Pantai Parangtritis.
7. Bus Jatayu
Awalnya, Bus Jatayu melayani angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan rute Yogyakarta-Kretek PP, Yogyakarta-Srandakan PP, Yogyakarta-Parangtritis PP, dan Yogyakarta-Solo PP.
Namun, selanjutnya berkembang melayani Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) ke berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Denpasar, Merak dll. Sayang karena banyaknya tantangan di bisnis transportasi akhirnya hanya Jatayu Makmur Abadi yang masih bertahan dengan segmen jasa transportasi pariwisata.
8. Bus Koperasi Pemuda
Bus Koperasi Pemuda menyasar pasar warga pedesaan di Sleman. Bus ini memiliki rute menuju tempat-tempat perbelanjaan seperti Pasar Pakem, Pasar Prambanan, Pasar Tempel dan lain-lain.
Bus dengan corak warna kuning dengan list hijau ini saat itu menjadi primadona lantaran tarifnya relatif murah. Penumpangnya tak hanya warga yang akan menuju sentra-sentra perdagangan tapi juga anak sekolah.
9. Bus AKAP
Selain bus dalam kota dan antar kabupaten/kota, bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) juga lalu lalang dari luar kota menuju Yogyakarta dan sebaliknya.
Vincentius Camar yang lahir dan besar di kawasan Kalasan menceritakan, bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang biasa masuk Yogyakarta di antaranya Sumber Kencono, AKAS, Eka, Mira, PO Suharno, Maju Lancar, Sri Mulyo, dan Raharja. Bus-bus itu kebanyakan melaju di jalanan depan rumahnya, waktu itu. “Kui bis sing nduwe prinsip kuat, halangan yang di depan pasti semua menyingkir dengan sendirinya,” ujarnya.
Mengenang masa-masa kuliah di Akademi Komunikasi Indonesia, Koko Winajarko menceritakan rutinitasnya pulang kampung dari Yogyakarta ke Tegal. Lantaran tidak ada bus langsung ke kotanya, dia harus transit dulu dari Yogyakarta ke Semarang.
Ada dua pilihan rute yang bisa diambil, yaitu Yogyakarta-Semarang lanjut Semarang-Tegal atau Yogyakarta-Purwokerto, lanjut ke Tegal.
“Kalau jalur Semarang, yang legendaris PO Ramayana, dari Semarang lanjut naik PO Nusantara. Karena eksekutif penumpang dapat minuman, coca cola atau sprite,” ujarnya.
Dia mengenang saat itu tarif bus eksekutif Yogyakarta-Semarang hanya Rp5.500. Sementara jika pilihannya jalur utara, dari Terminal Terboyo, Semarang bisa dilanjutkan ke Tegal naik PO Coyo (Semarang-Tegal-Cirebon) atau bus PO Sari Mustika.
“Itu menurut aku paling nyaman. Kalau lewat utara lebih lama bisa selisih satu jam sekitar 6,5 jam karena belum ada tol,” tuturnya.
Selain bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, bus-bus ke Jakarta , Jawa Barat, hingga ke luar Pulau Jawa tersedia di Yogyakarta. Itulah deretan bus legendaris Yogyakarta yang sebagaian sudah termakan zaman, namun akan selalu ada dalam kenangan.
(msf)