11 Pulau Menakjubkan, Namun Mobil Dilarang Masuk

Rabu, 10 Januari 2024 - 12:00 WIB
loading...
11 Pulau Menakjubkan, Namun Mobil Dilarang Masuk
Banyak tempat di dunia melarang kehadiran mobil di wilayahnya, seperti di Mackinac Island, Michigan. (Foto: Architectural Digest)
A A A
JAKARTA - Sejumlah pulau di dunia menawarkan keunikannya untuk dieksplorasi. Sebagian besar pulau-pulau unik tersebut tidak punya akses mobil.

Jadi, bersiaplah dengan tiket feri untuk menyeberang ke 11 pulau menakjubkan tanpa kehadiran mobil dengan kebisingan dan polusinya. Berikut dereten pulau di dunia yang sunyi tanpa kehadiran mobil, dilansir dari Architectural Digest, Rabu (10/1/2024).

1. Mackinac Island, Michigan


Terletak di Selat Mackinac yang memisahkan bagian atas dan bawah Semenanjung Michigan, Mackinac Island seperti melangkah ke masa lalu dan bukan hanya karena kereta kuda yang masih relatif umum sebagai sarana transportasi.

Dalam hampir 250 tahun setelah didirikannya Fort Mackinac pada 1780, pulau ini menjadi kapsul waktu hidup arsitektur Amerika, memamerkan gaya mulai dari Kolonial hingga Victoria, kedua revolusi Gothik dan Tudor, tanpa melupakan rumah seni dan kerajinan yang berfungsi sebagai tempat tinggal resmi musim panas untuk Gubernur Michigan. Statusnya sebagai Situs Bersejarah Nasional AS membuat Taman Negara Pulau Mackinac, Batu Arch, dan pertemuan Danau Huron dan Michigan layak dikunjungi sekaligus untuk menikmati keindahan alamnya.


2. Heligoland, Jerman


Masa lalu pulau ini terikat dengan nilai strategis potensialnya bagi Jerman. Angkatan Laut Kerajaan Inggris pernah membombardir kepulauan di Laut Utara ini hingga hancur pada 1947. Saat ini, Heligoland berusaha bangkit dengan menawarkan berbagai macam akses liburan yang menarik bagi turis. Beberapa obyek seperti formasi batu sedimen merah dan batu Buntsandstein yang tidak biasa (termasuk Batu Lange Anna yang terkenal), instalasi militer yang ditinggalkan, dan lanskap pantai di Pulau Dune.

Meskipun hukum lalu lintas Jerman secara eksplisit melarang masyarakat umum menggunakan mobil atau bahkan sepeda di Heligoland, daya tarik dari flora, fauna, dan bangunan kayu sederhana namun berwarna-warni lebih dari cukup untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut.

3. Paquetá, Brasil


Kurang dari 10 mil dari hiruk pikuk Rio de Janeiro, Paquetá menawarkan kelegaan dari lalu lintas dan kebisingan, tanpa menyebutkan cara yang berbeda untuk melihat tempat wisata populer seperti Sugarloaf Mountain dan Christ the Redeemer.

Meskipun pantai di pulau ini di Teluk Guanabara mungkin kurang berbudaya dari Copacabana atau Ipanema, kehadiran yang relatif sepi dari kerumunan dan kehebohan lebih dari cukup untuk itu. Sebagian besar pengunjung pun menghabiskan waktunya dengan mengayuh sepeda sejauh lima mil pulau untuk mendengar lonceng gereja São Roque, sebuah situs di pulau sejak 1697 dan musik samba yang selalu mengalun di pulau.

4. Pulau Lamu, Kenya


Sebagai pusat perdagangan regional sejak zaman pra-Islam, pulau ini tepat di lepas pantai Kenya dipenuhi sejarah dan budaya. Tempat ini juga dikenal sebuah kota tua UNESCO yang dianggap sebagai contoh permukiman Swahili tertua dan terbaik di Afrika Timur bercampur dengan arsitektur Arab dan elemen budaya India dan China.

Pengunjung masih dapat menjelajahi pantai Lamu dengan naik ke dhow, sejenis kapal layar Laut Hindia tradisional yang dulu membawa kopi, rempah-rempah, dan gading ke dan dari seluruh wilayah, meskipun perjalanan dengan keledai menjadi alternatif untuk para pelaut di darat.


5. Venice, Italia


Meskipun secara teknis kawasan ini terdiri atas lebih dari 100 pulau yang dihubungkan oleh ratusan jembatan, Venice tetap menjadi zona tanpa mobil terbesar di Eropa. Bagi para pencinta seni dan arsitektur dapat menikmati landmark era Renaisans seperti Ponte Rialto, Basilica di Santa Maria della Salute, dan istana Doge dengan menaiki vaporetti melalui Grand Canal atau menyeberangi jaringan jembatan pejalan kaki kota terapung ini. Namun, tidak ada perjalanan ke Venice yang benar-benar lengkap tanpa naik gondola melalui beberapa jalur air yang lebih sepi.

6. Lopud, Kroasia


Tinggalkan Lagune Venesia dan lintasi Laut Adriatik untuk menikmati Lopud, permata Kepulauan Elaphiti Kroasia. Kurang dari satu jam perjalanan feri dari benteng-benteng kuno Dubrovnik, pulau tanpa mobil ini memiliki beberapa gereja abad ke-15 yang mungkin muncul dalam salah satu spinoff Game of Thrones. Bagi penggemar landmark fantastis yang berakar pada zaman sekarang, Lopud adalah rumah permanen untuk Your Black Horizon Art Pavilion, instalasi seni dan arsitektur karya Olafur Eliasson yang debut di Venice Biennale 2005.

7. Pulau Hydra, Yunani


Penampakan pulau ini berupa pantai berbatu untuk berjemur dan bukit batu kerikil yang curam. Keledai lebih berharga di sini daripada kendaraan bermotor. Hydra menawarkan pengalaman berpetualang di Yunani yang sangat khas dan dapat diakses dalam perjalanan sehari dari Athena.

Dibandingkan dengan Akropolis, sebagian besar landmark di Pulau Saronic ini memiliki sedikit nilai sejarah, di antaranya keberadaan biara Yunani Ortodoks abad ke-10 dan rumah kastil yang menampilkan koleksi perabotan abad ke-18 yang diproduksi secara lokal. Jika mencari sesuatu yang lebih kontemporer, pengunjung selama musim panas dapat menelusuri koleksi kolektor Yunani Dakis Joannou di Deste Foundation.

8. Caye Caulker, Belize


Cocok menerapkan hidup slow living di pulau kecil Karibia ini. Caye Caulker tidak memiliki apapun yang lebih cepat daripada sepeda golf. Pulau ini sebagian besar tidak dihuni sampai abad ke-19 yang dikelilingi sepanjang lima mil batu kapur serta penuh dengan hutan bakau dan burung eksotis. Bentangan alam ini membuat pengunjung hidup melambat dan banyak bersentuhan dengan alam. Bagi mereka yang ingin menjelajahi tempat penyelaman seperti Terumbu Karang Belize dan Lubang Biru Besar, Caye Caulker menjadi tempat yang sempurna.


9. Marstrand, Swedia


Ikon pulau berupa Benteng Carlsten yang mengesankan serta sinagoge tertua di Swedia menambah eksotisme pulau kecil di sebelah barat laut Gothenburg ini. Pulau ini berperan besar dalam sejarah Skandinavia pada abad ke-16 dan ke-17.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2991 seconds (0.1#10.140)