Akselerasi Digitalisasi Industri Automotif dengan Dealer Virtual
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung terkendali membuat digitalisasi industri automotif berakselerasi. Apakah hal ini dilakukan agar industri automotif tetap survive?
Irfan Farhan, Head of Digital BMW Asia, makin sibuk belakangan ini. Dari rumah pribadinya, Irfan Farhan justru tengah mendapatkan tugas yang cukup besar oleh PT BMW AG. Dia dan tim-nya diminta untuk membuat sebuh program digital dimana para calon konsumen BMW tetap penasaran dengan produk-produk andalan BMW.
BMW memang harus memutar otak dengan cepat. Penutupan dealer yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, seiring dengan terus diperpanjangnya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat mereka harus mencari cara agar konsumen tetap mendapatkan informasi produk-produk baru BMW.
Dari situlah mereka kemudian menginisiasi sebuah program bernama BMW Future Retail Program. Program ini terpusat pada sebuah situs interaktif www.mybmwdealer.co.id. Situs itu nantinya jadi touchpoint utama pengalaman virtual calon konsumen dan konsumen setia BMW. Lewat situs itu mereka bisa melakukan kunjungan dealer, berdiskusi dengan Business Consultant dan Service Advisor, serta eksplorasi kendaraan terbaru BMW secara virtual. (Baca: Ekonomi Thailand Resesi, Ini yang Akan Dialami Indonesia)
Irfan mengatakan mengunjungi situs itu memang tidak ubahnya seperti melakukan kunjungan konvensional ke dealer BMW. Lewat situs itu mereka bisa melakukan transaksi, melihat-lihat mobil baru hingga menemukan solusi atas masalah mobil kesayangan mereka.
Melihat mobil pun tidak seperti melihat gambar di sebuah situs. Konsumen bisa melihat langsung karena mobil yang diperlihatkan disiarkan langsung melalui tenaga penjualan BMW. Jadi mereka benar-benar seolah berada di dealer tersebut. Hebatnya lagi dealer yang dikunjungi secara virtual tidak hanya satu. BMW justru menyediakan fasilitas itu di 18 dealer yang mereka miliki. Jadi konsumen tinggal menyesuaikan tempat mereka dengan dealer BMW terdekat.
“Lewat layanan virtual tur 360 derajat konsumen tidak perlu meninggalkan rumah mereka untuk melihat showroom dan interior kendaraan. Selain itu di situs ini ada juga BMW Virtual Showroom yang memudahkan para pelanggan untuk berkomunikasi langsung dengan Business Consultant terbaik BMW dengan aplikasi WhatsApp atau via telepon,” ujar Irhan. (Baca juga: Rusia Masih Optimis Pembelian Sukhoi Indonesia akan Berlanjut)
Digitalisasi industri automotif tidak hanya terjadi di sektor penjualan saja. Beberapa pelaku industri automotif bahkan meningkatkan kemampuan tenaga kerja purnajual mereka melalui aktivitas digital bernama Virtual Isuzu Skill Competition.
Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Ernando Demily mengatakan pandemi Covid-19 berdampak secara massive kepada penurunan di berbagi sektor, termasuk automotif. Yang menarik sisi After Sales justru mengalami penurunan yang relative lebih rendah. (Baca juga: Santri Ditangkap, Warga Kepung Polisi di Pondok Pesantren)
Ernando menambahkan bahwa demand terhadap After Sales tetap signifikan, dikarenakan existing truck tetap membutuhkan after sales untuk beroperasi. Lewat aktivitas digital inilah Isuzu berharap mampu tetap survive di masa-masa pandemic. ”Isuzu tetap berkomitmen untuk menjalankan kegiatan ini sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas sumber daya kami, dan tentunya dengan mengadaptasi cara New Normal,” kata dia.
Memang percepatan digitalisasi industri automotif memang merupakan satu-satunya cara pelaku industri automotif tetap survive. Irene Bertschek pakar digitalisasi di ZEW - Leibniz Center for European Economic Research di Mannheim, Jerman, menjelaskan digitalisasi adalah salah satu cara buat automotif menghadapi masa pandemi virus corona.
Menurutnya, digitalisasi akan membuat banyak jalur dapat dihindari, misalnya, tiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain dari lokasi mana pun atau berbelanja daring. (Lihat videonya: 5 Orang di Tangerang Tewas usai Minum Miras Oplosan)
Dari sisi manufakur industri otomotif, Irene mengatakan digitalisasi dapat membangun proses kerja otomatis. Hal itu dinilai sangat menguntungkan saat ini, terutama dalam krisis corona karena membuatnya lebih mudah dalam menjaga jarak fisik. “Digitalisasi memengaruhi semua orang. Sebagian besar perusahaan besar memahami hal ini,” tuturnya. (Wahyu Sibarani)
Irfan Farhan, Head of Digital BMW Asia, makin sibuk belakangan ini. Dari rumah pribadinya, Irfan Farhan justru tengah mendapatkan tugas yang cukup besar oleh PT BMW AG. Dia dan tim-nya diminta untuk membuat sebuh program digital dimana para calon konsumen BMW tetap penasaran dengan produk-produk andalan BMW.
BMW memang harus memutar otak dengan cepat. Penutupan dealer yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, seiring dengan terus diperpanjangnya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat mereka harus mencari cara agar konsumen tetap mendapatkan informasi produk-produk baru BMW.
Dari situlah mereka kemudian menginisiasi sebuah program bernama BMW Future Retail Program. Program ini terpusat pada sebuah situs interaktif www.mybmwdealer.co.id. Situs itu nantinya jadi touchpoint utama pengalaman virtual calon konsumen dan konsumen setia BMW. Lewat situs itu mereka bisa melakukan kunjungan dealer, berdiskusi dengan Business Consultant dan Service Advisor, serta eksplorasi kendaraan terbaru BMW secara virtual. (Baca: Ekonomi Thailand Resesi, Ini yang Akan Dialami Indonesia)
Irfan mengatakan mengunjungi situs itu memang tidak ubahnya seperti melakukan kunjungan konvensional ke dealer BMW. Lewat situs itu mereka bisa melakukan transaksi, melihat-lihat mobil baru hingga menemukan solusi atas masalah mobil kesayangan mereka.
Melihat mobil pun tidak seperti melihat gambar di sebuah situs. Konsumen bisa melihat langsung karena mobil yang diperlihatkan disiarkan langsung melalui tenaga penjualan BMW. Jadi mereka benar-benar seolah berada di dealer tersebut. Hebatnya lagi dealer yang dikunjungi secara virtual tidak hanya satu. BMW justru menyediakan fasilitas itu di 18 dealer yang mereka miliki. Jadi konsumen tinggal menyesuaikan tempat mereka dengan dealer BMW terdekat.
“Lewat layanan virtual tur 360 derajat konsumen tidak perlu meninggalkan rumah mereka untuk melihat showroom dan interior kendaraan. Selain itu di situs ini ada juga BMW Virtual Showroom yang memudahkan para pelanggan untuk berkomunikasi langsung dengan Business Consultant terbaik BMW dengan aplikasi WhatsApp atau via telepon,” ujar Irhan. (Baca juga: Rusia Masih Optimis Pembelian Sukhoi Indonesia akan Berlanjut)
Digitalisasi industri automotif tidak hanya terjadi di sektor penjualan saja. Beberapa pelaku industri automotif bahkan meningkatkan kemampuan tenaga kerja purnajual mereka melalui aktivitas digital bernama Virtual Isuzu Skill Competition.
Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Ernando Demily mengatakan pandemi Covid-19 berdampak secara massive kepada penurunan di berbagi sektor, termasuk automotif. Yang menarik sisi After Sales justru mengalami penurunan yang relative lebih rendah. (Baca juga: Santri Ditangkap, Warga Kepung Polisi di Pondok Pesantren)
Ernando menambahkan bahwa demand terhadap After Sales tetap signifikan, dikarenakan existing truck tetap membutuhkan after sales untuk beroperasi. Lewat aktivitas digital inilah Isuzu berharap mampu tetap survive di masa-masa pandemic. ”Isuzu tetap berkomitmen untuk menjalankan kegiatan ini sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas sumber daya kami, dan tentunya dengan mengadaptasi cara New Normal,” kata dia.
Memang percepatan digitalisasi industri automotif memang merupakan satu-satunya cara pelaku industri automotif tetap survive. Irene Bertschek pakar digitalisasi di ZEW - Leibniz Center for European Economic Research di Mannheim, Jerman, menjelaskan digitalisasi adalah salah satu cara buat automotif menghadapi masa pandemi virus corona.
Menurutnya, digitalisasi akan membuat banyak jalur dapat dihindari, misalnya, tiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain dari lokasi mana pun atau berbelanja daring. (Lihat videonya: 5 Orang di Tangerang Tewas usai Minum Miras Oplosan)
Dari sisi manufakur industri otomotif, Irene mengatakan digitalisasi dapat membangun proses kerja otomatis. Hal itu dinilai sangat menguntungkan saat ini, terutama dalam krisis corona karena membuatnya lebih mudah dalam menjaga jarak fisik. “Digitalisasi memengaruhi semua orang. Sebagian besar perusahaan besar memahami hal ini,” tuturnya. (Wahyu Sibarani)
(ysw)