Isi Baterai Mobil Listrik Kini Semakin Mudah dan Murah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan penggunaan kendaraan dengan teknologi elektrifikasi semakin pesat di banyak negara. Tak hanya di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa, negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) pun tengah berlomba-lomba mengembangkan kendaraan ramah lingkungan berbasis baterai. Bahkan, Thailand memiliki ambisi besar sebagai negara ASEAN yang menjadi pusat pengembangan kendaraan listrik tersebut.
(Baca Juga : Tak Mau Kalah dengan Apple, Huawei Bersiap Buat Mobil Listrik )
Pemerintah Indonesia pun tak mau ketinggalan. Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Dengan adanya peraturan tersebut, dalam jangka panjang, bisa dicapai tiga keuntungan sekaligus. Yakni kentungan ekonomi, lingkungan dan energi. Dari sisi ekonomi, beban keuangan negara untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) bisa berkurang.
Dari sisi lingkungan, penggunaan kendaraan listrik bisa menurunkan emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang selama ini menjadi salah satu kontributor pencemaran udara, dan dari sisi energi akan ada peningkatan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Saat ini, bauran energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai 12%, dari target 23%. Dengan menggunakan mobil listrik, konsumsi energi terbarukan akan meningkat. Untuk mempercepat bertumbuhnya ekosistem kendaraan listrik, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN terus menggenjot pembangunan infrastruktur, khususnya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
(Baca Juga : Wuss! Industri Baterai Listrik Indonesia Bakal Salip Pabrik Mobil Listrik Tesla di India )
“Saat ini fokus kami adalah menyiapkan infrastruktur untuk EV (electric vehicle/kendaraan listrik), seperti SPKLU, SPBKLU, dan layanan home charging,’’ungkap Executive Vice President Communication and CSR PT PLN (Persero), Agung Murdifi kepada SINDOnews Jumat (26/2/2021). Menurut dia, PLN memiliki komitmen yang kuat agar ekosistem EV semakin bertumbuh di Indonesia. PLN, lanjut Agung, akan terus terlibat dalam riset-riset pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai maupun infrastruktur pendukungnya. “Kami juga bersama MIND ID, Pertamina dan Antam akan mengembangkan industri baterai di Indonesia,”ungkapnya.
Selain melakukan sinergi dan berkolaborasi dengan Badan usaha Milik Negara (BUMN), PLN juga membuka peluang melakukan kolaborasi dengan pihak swasta dalam mendukung pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik. “Kami membuka kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengakselerasi SPKLU. Bagi pihak swasta yang mau bekerja sama, kami siap menyediakan listriknya,”tegas Agung. Dengan demikian, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk beralih menggunakan kendaaran listrik. Infrastruktur SPKLU dapat disediakan PLN maupun pihak swasta untuk menambah kenyamanan para pengguna mobi listrik di saat berkendara.
(Baca Juga : Soal Tesla Pilih India, Luhut: Kami Tak Pernah Bicara Pabrik Mobil )
Secara populasi, Agung memperkirakan, prospek pengguna kendaraan listrik dapat mencapai 28 ribu unit dalam satu tahun. Secara global, tren penggunaan kendaraan listrik memang terus meningkat setiap tahun. Data International Energy Agency (IEA) menyebutkan, pada 2020 penjualan mobil listrik global menembus 3 juta unit, tumbuh lebih dari 40% dibandingkan penjualan mobil listrik pada 2019 yang hanya mencaai 2,1 juta unit. Dengan demikian, selama satu dekade sejak pertama kali dipasarkan secara komersial pada 2010 silam, populasi mobil listrik global sudah menembus 10 juta unit. Pertumbuhan populasi mobil listrik terbesar saat ini yakni Norwegia yang bertumbuh 56%, kemudian Islandia 25,5% dan Belanda 15%. Agung mengatakan, penggunaan mobil listrik di Indonesia sangat menjanjikan di masa mendatang. Secara global saat ini penggunaan energi yang lebih ramah ligkungan menjadi fokus banyak pihak.
“Secara operasional mobil listrik juga lebih murah, biaya operasional mobil listrik mencapai lima kali lebih hemat daripada biaya operasional mobil berbasis BBM,”paparnya. Klaim Agung tersebut tak berlebihan. Sebab, salah satu pengguna mobil listrik, Andi Apriatna (38) membuktikan mudah dan murahnya mengisi baterai mobil listrik. “Bisa dilakukan di rumah tanpa ada tambahan alat apa pun. Langsung dicolokkan ke lubang stop kontak rumah,’’ujarnya. Meskipun rumahnya di kawasan Waung Buncit hanya memiliki daya 2.200 VA, namun Andi mengaku tak menemui kendala apapun. “Dayanya kuat, tetapi memang membutuhkan waktu untuk mengisi baterai hingga penuh,’’ungkapnya.
(Baca Juga : Bos BKPM: Jangan Pesimis, Negosiasi dengan Tesla Masih Jalan! )
Mobil yang digunakan Andi yakni Hyundai Ionic yang diproduksi oleh pabrikan Korea Hyundai Motor Co. Dia mengungkapkan, untuk konsumsi energinya pun mobil listrik jauh lebih murah dibandingkan dengan mobil konvensional berbahan bakar bensin. “Saya mengemudiakan Ionic dari Jakarta ke Bogor konsumsi listriknya 10 kilometer per kWh. Sedangkan biaya pengisiannya Rp1.600 per kWh,’’ungkapnya. Itu berarti, ongkos yang dikeluarkan Andi hanya Rp16 ribu untuk jarak tempuh 100 kilometer. Sedangkan apabila menggunakan mobil berbahan bakar bensin, dengan asumsi konsumsi energinya sama yakni 10 kilometer per liter, dengan menggunakan BBM jenis Pertalite yang dibanderol Rp7.650 per liter, maka dibutuhkan biaya Rp76.500 untuk menempuh jarak 100 kilometer. “Tempat pengisan baterai (SPKLU) sekarang sudah banyak. Di perkantoran, mal, bahkan di tol Trans Jawa pun sudah ada. Jadi bisa diisi dimana saja,”ungkapnya.
Dia pun berharap agar PLN terus menambah jumlah SPKLU khususnya di daerah-daerah dengan lalu lintas kendaraan yang padat. “Misalnya, di jalan nasional pantai utara Jawa. Disitu sepertinya belum ada. Karena jalur itu menjadi alternatif masyarakat jika tol trans Jawa ada kendala misalnya terjadi kemacetan yang parah,”paparnya.
Infrastruktur Menjadi Kunci
Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengungkapkan, ketersediaan infrastruktur menjadi kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik. “Karena masyarakat yang ingin memiliki mobil listrik sudah pasti perlu kemudahan untuk mengisi baterainya,”katanya. Dia mengatakan, peluang penggunaan kendaraan listrik di perkotaan cukup besar, karena jumlah kelas menengah yang memiliki daya beli berada di kota-kota besar.
Karena itu, perlu ketersediaan infrastruktur SPKLU agar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan energinya setiap saat. “Misalnya Bali, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya. Juga di ruas-ruas jalan yang menghubungkan kota-kota itu. Contohnya orang yang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta, maka perlu ada SPKLU di ruas jalan yang dilintasi,”paparnya. Toyota, melalui prinsipalnya, Toyota Motor Corp. Jepang telah menegaskan komitmennya untuk menanamkan investasi pengembangan kendaraan elektifikasi di Indonesia senilai Rp28 triliun.
Bob menilai, komitmen PLN untuk mendukung ekosistem kendaraan berbasis baterai sangat kuat. “Mereka (PLN) memiliki komitmen yang besar untuk bersama-sama mendukung ekosistem,”ungkapnya. PT PLN sendiri, terus membangun SPKLU di ruas-ruas jalan dengan lalu lintas yang padat. Di ruas tol Trans Sumatera misalnya, PLN sudah membangun SPKLU di Rest Area Tol Bakauheni – Terbanggi Km 20 B, Kabupaten Lampung Selatan. SPKLU itu merupakan SPKLU pertama di Provinsi Lampung. “Dalam waktu dekat akan ditambah 3 titik lagi di sepanjang tol Trans Sumatera rest area km 49A, 115B dan 235A,” ungkap Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PLN, Wiluyo Kusdwiharto.
PLN juga sudah membangun SPKLU di empat titik ruas tol Trans Jawa. Hingga saat ini terdapat 32 titik SPKLU yang tersebar di 12 kota dan 22 lokasi, antara lain di kantor-kantor PLN dan beberapa lokasi pusat keramaian seperti pusat perbelanjaan. Selain itu terdapat 33 titik Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) yag tersebar di 33 lokasi di tiga kota, yakni Banten, Bandung dan Bali. PLN juga akan menyiapkan infrastruktur charging untuk di rumah pelanggan beserta stimulus penggunaan listriknya.
“PLN segera melaunching produk layanan Home Charging dan SPKLU sebagai stimulus percepatan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia,” tegas Direktur Mega Project PLN, M. Ikhsan Asaad. Ikhsan menambahkan, pihaknya juga siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat hadirnya ekosistem kendaraan listrik tersebut. Karena untuk membangun ekosistem kendaraan listrik tidak bisa dilakukan terpisah-pisah, sektoral, dan tidak terintegrasi. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah sebagai regulator, BUMN, dan badan usaha lain. “Dengan berbagai pihak, kami siap untuk mengembangkan SPKLU dan SPBKLU, terutama membantu penyediaan listrik untuk SPKLU dan SPBKLU,’’urainya. PLN pun optimistis kendaraan listrik akan menjadi pilihan terbaik dalam sistem transportasi masa depan.
(Baca Juga : Tak Mau Kalah dengan Apple, Huawei Bersiap Buat Mobil Listrik )
Pemerintah Indonesia pun tak mau ketinggalan. Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Dengan adanya peraturan tersebut, dalam jangka panjang, bisa dicapai tiga keuntungan sekaligus. Yakni kentungan ekonomi, lingkungan dan energi. Dari sisi ekonomi, beban keuangan negara untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) bisa berkurang.
Dari sisi lingkungan, penggunaan kendaraan listrik bisa menurunkan emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang selama ini menjadi salah satu kontributor pencemaran udara, dan dari sisi energi akan ada peningkatan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Saat ini, bauran energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai 12%, dari target 23%. Dengan menggunakan mobil listrik, konsumsi energi terbarukan akan meningkat. Untuk mempercepat bertumbuhnya ekosistem kendaraan listrik, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN terus menggenjot pembangunan infrastruktur, khususnya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
(Baca Juga : Wuss! Industri Baterai Listrik Indonesia Bakal Salip Pabrik Mobil Listrik Tesla di India )
“Saat ini fokus kami adalah menyiapkan infrastruktur untuk EV (electric vehicle/kendaraan listrik), seperti SPKLU, SPBKLU, dan layanan home charging,’’ungkap Executive Vice President Communication and CSR PT PLN (Persero), Agung Murdifi kepada SINDOnews Jumat (26/2/2021). Menurut dia, PLN memiliki komitmen yang kuat agar ekosistem EV semakin bertumbuh di Indonesia. PLN, lanjut Agung, akan terus terlibat dalam riset-riset pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai maupun infrastruktur pendukungnya. “Kami juga bersama MIND ID, Pertamina dan Antam akan mengembangkan industri baterai di Indonesia,”ungkapnya.
Selain melakukan sinergi dan berkolaborasi dengan Badan usaha Milik Negara (BUMN), PLN juga membuka peluang melakukan kolaborasi dengan pihak swasta dalam mendukung pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik. “Kami membuka kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengakselerasi SPKLU. Bagi pihak swasta yang mau bekerja sama, kami siap menyediakan listriknya,”tegas Agung. Dengan demikian, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk beralih menggunakan kendaaran listrik. Infrastruktur SPKLU dapat disediakan PLN maupun pihak swasta untuk menambah kenyamanan para pengguna mobi listrik di saat berkendara.
(Baca Juga : Soal Tesla Pilih India, Luhut: Kami Tak Pernah Bicara Pabrik Mobil )
Secara populasi, Agung memperkirakan, prospek pengguna kendaraan listrik dapat mencapai 28 ribu unit dalam satu tahun. Secara global, tren penggunaan kendaraan listrik memang terus meningkat setiap tahun. Data International Energy Agency (IEA) menyebutkan, pada 2020 penjualan mobil listrik global menembus 3 juta unit, tumbuh lebih dari 40% dibandingkan penjualan mobil listrik pada 2019 yang hanya mencaai 2,1 juta unit. Dengan demikian, selama satu dekade sejak pertama kali dipasarkan secara komersial pada 2010 silam, populasi mobil listrik global sudah menembus 10 juta unit. Pertumbuhan populasi mobil listrik terbesar saat ini yakni Norwegia yang bertumbuh 56%, kemudian Islandia 25,5% dan Belanda 15%. Agung mengatakan, penggunaan mobil listrik di Indonesia sangat menjanjikan di masa mendatang. Secara global saat ini penggunaan energi yang lebih ramah ligkungan menjadi fokus banyak pihak.
“Secara operasional mobil listrik juga lebih murah, biaya operasional mobil listrik mencapai lima kali lebih hemat daripada biaya operasional mobil berbasis BBM,”paparnya. Klaim Agung tersebut tak berlebihan. Sebab, salah satu pengguna mobil listrik, Andi Apriatna (38) membuktikan mudah dan murahnya mengisi baterai mobil listrik. “Bisa dilakukan di rumah tanpa ada tambahan alat apa pun. Langsung dicolokkan ke lubang stop kontak rumah,’’ujarnya. Meskipun rumahnya di kawasan Waung Buncit hanya memiliki daya 2.200 VA, namun Andi mengaku tak menemui kendala apapun. “Dayanya kuat, tetapi memang membutuhkan waktu untuk mengisi baterai hingga penuh,’’ungkapnya.
(Baca Juga : Bos BKPM: Jangan Pesimis, Negosiasi dengan Tesla Masih Jalan! )
Mobil yang digunakan Andi yakni Hyundai Ionic yang diproduksi oleh pabrikan Korea Hyundai Motor Co. Dia mengungkapkan, untuk konsumsi energinya pun mobil listrik jauh lebih murah dibandingkan dengan mobil konvensional berbahan bakar bensin. “Saya mengemudiakan Ionic dari Jakarta ke Bogor konsumsi listriknya 10 kilometer per kWh. Sedangkan biaya pengisiannya Rp1.600 per kWh,’’ungkapnya. Itu berarti, ongkos yang dikeluarkan Andi hanya Rp16 ribu untuk jarak tempuh 100 kilometer. Sedangkan apabila menggunakan mobil berbahan bakar bensin, dengan asumsi konsumsi energinya sama yakni 10 kilometer per liter, dengan menggunakan BBM jenis Pertalite yang dibanderol Rp7.650 per liter, maka dibutuhkan biaya Rp76.500 untuk menempuh jarak 100 kilometer. “Tempat pengisan baterai (SPKLU) sekarang sudah banyak. Di perkantoran, mal, bahkan di tol Trans Jawa pun sudah ada. Jadi bisa diisi dimana saja,”ungkapnya.
Dia pun berharap agar PLN terus menambah jumlah SPKLU khususnya di daerah-daerah dengan lalu lintas kendaraan yang padat. “Misalnya, di jalan nasional pantai utara Jawa. Disitu sepertinya belum ada. Karena jalur itu menjadi alternatif masyarakat jika tol trans Jawa ada kendala misalnya terjadi kemacetan yang parah,”paparnya.
Infrastruktur Menjadi Kunci
Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengungkapkan, ketersediaan infrastruktur menjadi kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik. “Karena masyarakat yang ingin memiliki mobil listrik sudah pasti perlu kemudahan untuk mengisi baterainya,”katanya. Dia mengatakan, peluang penggunaan kendaraan listrik di perkotaan cukup besar, karena jumlah kelas menengah yang memiliki daya beli berada di kota-kota besar.
Karena itu, perlu ketersediaan infrastruktur SPKLU agar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan energinya setiap saat. “Misalnya Bali, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya. Juga di ruas-ruas jalan yang menghubungkan kota-kota itu. Contohnya orang yang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta, maka perlu ada SPKLU di ruas jalan yang dilintasi,”paparnya. Toyota, melalui prinsipalnya, Toyota Motor Corp. Jepang telah menegaskan komitmennya untuk menanamkan investasi pengembangan kendaraan elektifikasi di Indonesia senilai Rp28 triliun.
Bob menilai, komitmen PLN untuk mendukung ekosistem kendaraan berbasis baterai sangat kuat. “Mereka (PLN) memiliki komitmen yang besar untuk bersama-sama mendukung ekosistem,”ungkapnya. PT PLN sendiri, terus membangun SPKLU di ruas-ruas jalan dengan lalu lintas yang padat. Di ruas tol Trans Sumatera misalnya, PLN sudah membangun SPKLU di Rest Area Tol Bakauheni – Terbanggi Km 20 B, Kabupaten Lampung Selatan. SPKLU itu merupakan SPKLU pertama di Provinsi Lampung. “Dalam waktu dekat akan ditambah 3 titik lagi di sepanjang tol Trans Sumatera rest area km 49A, 115B dan 235A,” ungkap Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PLN, Wiluyo Kusdwiharto.
PLN juga sudah membangun SPKLU di empat titik ruas tol Trans Jawa. Hingga saat ini terdapat 32 titik SPKLU yang tersebar di 12 kota dan 22 lokasi, antara lain di kantor-kantor PLN dan beberapa lokasi pusat keramaian seperti pusat perbelanjaan. Selain itu terdapat 33 titik Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) yag tersebar di 33 lokasi di tiga kota, yakni Banten, Bandung dan Bali. PLN juga akan menyiapkan infrastruktur charging untuk di rumah pelanggan beserta stimulus penggunaan listriknya.
“PLN segera melaunching produk layanan Home Charging dan SPKLU sebagai stimulus percepatan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia,” tegas Direktur Mega Project PLN, M. Ikhsan Asaad. Ikhsan menambahkan, pihaknya juga siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat hadirnya ekosistem kendaraan listrik tersebut. Karena untuk membangun ekosistem kendaraan listrik tidak bisa dilakukan terpisah-pisah, sektoral, dan tidak terintegrasi. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah sebagai regulator, BUMN, dan badan usaha lain. “Dengan berbagai pihak, kami siap untuk mengembangkan SPKLU dan SPBKLU, terutama membantu penyediaan listrik untuk SPKLU dan SPBKLU,’’urainya. PLN pun optimistis kendaraan listrik akan menjadi pilihan terbaik dalam sistem transportasi masa depan.
(ton)