Terlambat 10 Tahun, Ternyata Begini Rasanya Jatuh Cinta dengan Vespa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengalaman SINDOnews dengan Vespa mirip lagu Maudy Ayunda bertajuk ”Cinta Datang Terlambat”. Lebih tepatnya, terlambat 10 tahun.
Sebab, PT Piaggio Indonesia baru saja merayakan satu dekade keberadaannya di pasar otomotif premium roda dua di Indonesia. Kenapa terlambat 10 tahun? Karena banyak yang menakut-nakuti seperti ini: bahwa perawatan Vespa itu tidak mudah, suku cadang dan akesorisnya mahal, dan masih banyak lagi.
Lalu, mengapa akhirnya meminang Vespa? Karena memang tidak ada opsi lain.
SINDOnews menginginkan skutik seken yang bertenaga (minimal bermesin 150 cc), yang enak dikendarai untuk touring tipis-tipis, yang nyaman digunakan untuk mengantar anak sekolah offline, dan yang terpenting ini: tidak mainstream. Sehingga bisa mencuri perhatian di jalan serta memberi rasa bangga saat mengendarainya.
Ternyata memang semua check list di atas hanya bisa dipenuhi oleh Vespa. Dan faktanya, memiliki Vespa tidak semenakutkan itu, kok. Bahkan, ada banyak hal baru yang dirasakan oleh SINDOnews, yang sangat berbeda dengan merek-merek kendaraan roda dua lainnya.
Harganya Susah Turun!
Setelah yakin membeli Vespa, selanjutnya menentukan bujet. Sayangnya, bujet yang tersedia tidak lebih dari Rp25 juta. Sudah pasti tidak bisa beli Vespa baru yang sekarang dibanderol mulai Rp38 juta-Rp40 juta itu.
Akhirnya diputuskan membeli ini: Vespa LX 150ie 3V lansiran 2013. SINDOnews merasa cocok dengan seri LX karena auranya anggun dan elegan dibanding seri S yang sporty.
Selanjutnya soal warna. SINDOnews sengaja mencari warna biru. PT Piaggio Indonesia menyebutnya Celeste Procida, diambil dari nama Hotel di kota Procida, Italia, yang memiliki ciri khas biru langit.
Soal mesin, SINDOnews sengaja memilih mesin 3V atau 3Valve dibanding 2V atau 2Valve. Vespa modern bermesin 4 tak dan transmisi otomatis CVT memang beberapa kali ganti generasi mesin. Yakni 2V, 3V, dan 3V i-Get.
Sebab, PT Piaggio Indonesia baru saja merayakan satu dekade keberadaannya di pasar otomotif premium roda dua di Indonesia. Kenapa terlambat 10 tahun? Karena banyak yang menakut-nakuti seperti ini: bahwa perawatan Vespa itu tidak mudah, suku cadang dan akesorisnya mahal, dan masih banyak lagi.
Lalu, mengapa akhirnya meminang Vespa? Karena memang tidak ada opsi lain.
SINDOnews menginginkan skutik seken yang bertenaga (minimal bermesin 150 cc), yang enak dikendarai untuk touring tipis-tipis, yang nyaman digunakan untuk mengantar anak sekolah offline, dan yang terpenting ini: tidak mainstream. Sehingga bisa mencuri perhatian di jalan serta memberi rasa bangga saat mengendarainya.
Ternyata memang semua check list di atas hanya bisa dipenuhi oleh Vespa. Dan faktanya, memiliki Vespa tidak semenakutkan itu, kok. Bahkan, ada banyak hal baru yang dirasakan oleh SINDOnews, yang sangat berbeda dengan merek-merek kendaraan roda dua lainnya.
Harganya Susah Turun!
Setelah yakin membeli Vespa, selanjutnya menentukan bujet. Sayangnya, bujet yang tersedia tidak lebih dari Rp25 juta. Sudah pasti tidak bisa beli Vespa baru yang sekarang dibanderol mulai Rp38 juta-Rp40 juta itu.
Akhirnya diputuskan membeli ini: Vespa LX 150ie 3V lansiran 2013. SINDOnews merasa cocok dengan seri LX karena auranya anggun dan elegan dibanding seri S yang sporty.
Selanjutnya soal warna. SINDOnews sengaja mencari warna biru. PT Piaggio Indonesia menyebutnya Celeste Procida, diambil dari nama Hotel di kota Procida, Italia, yang memiliki ciri khas biru langit.
Soal mesin, SINDOnews sengaja memilih mesin 3V atau 3Valve dibanding 2V atau 2Valve. Vespa modern bermesin 4 tak dan transmisi otomatis CVT memang beberapa kali ganti generasi mesin. Yakni 2V, 3V, dan 3V i-Get.