Fuso Canter Diesel Tidak akan Disuntik Mati meski Ada Model Listrik
loading...
A
A
A
JERMAN - Mitsubishi Fuso Truck and Bus Corporation (MFTBC) tidak akan menghentikan pengembangan atau menyuntik mati Fuso Canter bermesin diesel meski saat ini sudah ada varian listrik. Fuso Canter bermesin diesel yang di Indonesia juga dikenal sebagai Colt Diesel masih jadi produk yang sangat diterima di beberapa negara.
Termasuk di Indonesia dimana Fuso Canter justru sudah jadi market leader dan tulang punggung penjualan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) . Hadirnya truk listrik, Fuso eCanter generasi terbaru tidak otomatis membuat Fuso Canter bermesin diesel dieliminasi.
Hironobu Ando, Head of Product Engineering Daimler Truck Asia mengatakan saat ini mereka masih terus mengembangkan mesin diesel yang digendong oleh Fuso Colt Diesel yang ada saat ini. Salah satu pengembangan yang mereka lakukan adalah hadirnya mesin diesel Euro 4 buat Fuso Canter. Contohnya yang ada di Indonesia.
"Jika bicara mesin diesel tentu yang menjadi perhatian kami adalah bagaimana menyesuaikan regulasi emisi yang diterapkan di beberapa negara. Jadi kami terus menyesuaikan dan tidak ada rencana menyuntik mati Fuso Canter bermesin diesel," ujar Hironobu Ando saat ditemui SINDONEWScom di sela-sela perhelatan IAA Transportation 2022 di Hannover, Jerman pekan ini.
Saat ini memang menurut dia, secara grup, Fuso dan Daimler tengah fokus melakukan pengembangan truk-truk listrik dan hidrogen. Pasalnya saat ini mereka berupaya mengikuti kebijakan dunia yang berupaya mencapai netralitas karbon.
Makanya saat ini mereka menghadirkan truk listrik Fuso eCanter generasi kedua beberapa pekan lalu. Sekaligus membawanya ke Eropa dalam ajang IAA Transportation 2022.
Sementara President and CEO MFTBC Karl Deppen mengakui adanya keinginan mereka untuk membawa Fuso eCanter generasi baru ke pasar Indonesia. Termasuk negara-negara lainnya seperti Taiwan, Singapura, Australia, dan Selandia Baru.
Dia mengatakan saat ini problem terbesar yang ada di Indonesia adalah ketersediaan infrastruktur pendukung truk listrik.
"Infrastruktur memang jadi pertanyaan jika kami ingin menghadirkan truk listrik. Apa pun pasarnya kami terlebih dulu perlu melihat ketersediaan produk dan infrastruktur untuk membuat konsumen tertarik," ujar Karl Deppen.
Termasuk di Indonesia dimana Fuso Canter justru sudah jadi market leader dan tulang punggung penjualan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) . Hadirnya truk listrik, Fuso eCanter generasi terbaru tidak otomatis membuat Fuso Canter bermesin diesel dieliminasi.
Hironobu Ando, Head of Product Engineering Daimler Truck Asia mengatakan saat ini mereka masih terus mengembangkan mesin diesel yang digendong oleh Fuso Colt Diesel yang ada saat ini. Salah satu pengembangan yang mereka lakukan adalah hadirnya mesin diesel Euro 4 buat Fuso Canter. Contohnya yang ada di Indonesia.
"Jika bicara mesin diesel tentu yang menjadi perhatian kami adalah bagaimana menyesuaikan regulasi emisi yang diterapkan di beberapa negara. Jadi kami terus menyesuaikan dan tidak ada rencana menyuntik mati Fuso Canter bermesin diesel," ujar Hironobu Ando saat ditemui SINDONEWScom di sela-sela perhelatan IAA Transportation 2022 di Hannover, Jerman pekan ini.
Saat ini memang menurut dia, secara grup, Fuso dan Daimler tengah fokus melakukan pengembangan truk-truk listrik dan hidrogen. Pasalnya saat ini mereka berupaya mengikuti kebijakan dunia yang berupaya mencapai netralitas karbon.
Makanya saat ini mereka menghadirkan truk listrik Fuso eCanter generasi kedua beberapa pekan lalu. Sekaligus membawanya ke Eropa dalam ajang IAA Transportation 2022.
Sementara President and CEO MFTBC Karl Deppen mengakui adanya keinginan mereka untuk membawa Fuso eCanter generasi baru ke pasar Indonesia. Termasuk negara-negara lainnya seperti Taiwan, Singapura, Australia, dan Selandia Baru.
Dia mengatakan saat ini problem terbesar yang ada di Indonesia adalah ketersediaan infrastruktur pendukung truk listrik.
"Infrastruktur memang jadi pertanyaan jika kami ingin menghadirkan truk listrik. Apa pun pasarnya kami terlebih dulu perlu melihat ketersediaan produk dan infrastruktur untuk membuat konsumen tertarik," ujar Karl Deppen.
(wsb)