Optimisme Pasar Mobil Domestik dan Ekspor Menggeliat Pada Kuartal IV
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri automotif nasional optimistis pasar mobil domestik dan ekspor kembali normal pada kuartal IV/2020. Hal ini didasari pada keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 di beberapa negara tujuan ekspor. Pun adanya kemajuan penanganan pandemi di Tanah Air.
“Kami yakin di kuartal IV situasi akan lebih baik. Pasar bisa rebound dua hingga tiga kali lipat dibandingkan saat puncak pandemi,” ungkap Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono di Jakarta, kemarin.
Sebagai pengekspor mobil terbesar asal Indonesia, selama pandemi, kegiatan produksi pabrikan Jepang itu terhantam cukup dalam. Kegiatan produksi sempat terhenti karena anjloknya permintaan kendaraan di pasar domestik dan luar negeri. (Baca: Delapan Mobil Listrik Ini Berhasil Curi Perhatian di 2020)
Volume ekspor industri automotif nasional dalam bentuk utuh (completelybuiltup/CBU) berdasarkan catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada April dan Mei 2020, hanya 2.878 unit pada April dan 2.595 unit pada Mei 2020. Capaian itu terkoreksi jauh dibandingkan Maret 2020, yang masih mampu mengekspor 6.472 unit.
Namun demikian, data Gaikindo menunjukkan ekspor kendaraan roda empat dari Indonesia selama kuartal I/2020 (Januari-Maret) secara total tercatat 77.315 unit, meningkat 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal I/2020, negara tujuan ekspor terbesar adalah Filipina, kemudian Arab Saudi, Vietnam, Thailand, Amerika Serikat, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Oman.
Warih Andang mengakui performa ekspornya merosot. “Pandemi Covid-19 memengaruhi semua sektor, termasuk industri automotif,” ujarnya. Ekspor mobil TMMIN tahun ini diproyeksikan akan anjlok 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. (Baca juga: Pabrikan Mobil Asal Ceko Ciptakan Produk Berbahan Bakar Gas)
Direktur TMMIN Bob Azam mengungkapkan, dukungan yang telah diberikan oleh pemerintah diharapkan mampu menyelamatkan industri automotif nasional. Bukan hanya pabrikan, melainkan juga supplychain yang meliputi perusahaan-perusahaan komponen khususnya yang berskala usaha kecil-menengah.
Stimulus yang diberikan oleh pemerintah terhadap dunia usaha diyakini akan mendorong pertumbuhan industri di Tanah Air di tengah pandemi yang belum diketahui kapan akan berakhir itu. “Sekarang kami mulai produksi dengan kapasitas 60% saja. Namun, kami sudah berdiskusi dengan rantai pasok domestik untuk bersiap, sehingga saat ada lonjakan permintaan maka kegiatan produksi tidak tergang -gu,” katanya.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menilai tahun ini industri automotif nasional dihadapkan pada situasi yang berat. Karena itu, dukungan dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan dinilai penting agar industri mampu menghadapi situasi tersebut. (Baca juga: Israel Dilaporkan Luncurkan Satelit Mata-mata Baru)
“Termasuk dukungan dari pemerintah daerah, misalnya untuk sementara menghapuskan pajak progresif dan penurunan bea balik nama di daerah,” ujarnya. Hal itu dinilai akan meningkatkan demand masyarakat sehingga menggerakkan industri secara keseluruhan.
Meskipun Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum mengumumkan berakhirnya pandemi Covid-19, industri di Indonesia diliputi optimisme. Optimisme tersebut tumbuh lantaran International Monetary Fund memperkirakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu bertahan dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif pada 2020 meski terpapar pandemi Covid-19.
Assistant Dept. Head Production Planning Control PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Aris Yuliantoro mengungkapkan, di tengah penurunan pasar automotif, secara kumulatif pada periode Januari-Mei 2020, Suzuki berhasil membukukan pertumbuhan positif ekspor CBU. “Ekspor mobil CBU kami lebih tinggi 22% di banding tahun sebelumnya,” ungkapnya. (Lihat videonya: Kapal Tak Bisa Sandar, Sapi Dilempar ke Laut)
All New Ertiga dan New Carry masih menjadi lini produk yang memberikan kontribusi tertinggi, disusul XL7 yang mendorong ekspor Suzuki tumbuh secara positif. Selama periode Januari-Mei 2020, ekspor CBU All New Ertiga sebanyak 7.880 unit, New Carry 3.339 unit, dan XL7 2.169 unit.
Peningkatan ekspor itu membangun optimisme Suzuki untuk kembali beroperasi setelah menghentikan sementara kegiatan pabrik. “Saat ini pasar internasional dalam masa pemulihan, dan untuk memenuhi permintaan ekspor, secara bertahap kami kembali berproduksi dengan menerapkan Suzuki Hygiene Commitment dan protokol kesehatan dari pemerintah,” kata Aris. (Anton C)
“Kami yakin di kuartal IV situasi akan lebih baik. Pasar bisa rebound dua hingga tiga kali lipat dibandingkan saat puncak pandemi,” ungkap Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono di Jakarta, kemarin.
Sebagai pengekspor mobil terbesar asal Indonesia, selama pandemi, kegiatan produksi pabrikan Jepang itu terhantam cukup dalam. Kegiatan produksi sempat terhenti karena anjloknya permintaan kendaraan di pasar domestik dan luar negeri. (Baca: Delapan Mobil Listrik Ini Berhasil Curi Perhatian di 2020)
Volume ekspor industri automotif nasional dalam bentuk utuh (completelybuiltup/CBU) berdasarkan catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada April dan Mei 2020, hanya 2.878 unit pada April dan 2.595 unit pada Mei 2020. Capaian itu terkoreksi jauh dibandingkan Maret 2020, yang masih mampu mengekspor 6.472 unit.
Namun demikian, data Gaikindo menunjukkan ekspor kendaraan roda empat dari Indonesia selama kuartal I/2020 (Januari-Maret) secara total tercatat 77.315 unit, meningkat 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal I/2020, negara tujuan ekspor terbesar adalah Filipina, kemudian Arab Saudi, Vietnam, Thailand, Amerika Serikat, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Oman.
Warih Andang mengakui performa ekspornya merosot. “Pandemi Covid-19 memengaruhi semua sektor, termasuk industri automotif,” ujarnya. Ekspor mobil TMMIN tahun ini diproyeksikan akan anjlok 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. (Baca juga: Pabrikan Mobil Asal Ceko Ciptakan Produk Berbahan Bakar Gas)
Direktur TMMIN Bob Azam mengungkapkan, dukungan yang telah diberikan oleh pemerintah diharapkan mampu menyelamatkan industri automotif nasional. Bukan hanya pabrikan, melainkan juga supplychain yang meliputi perusahaan-perusahaan komponen khususnya yang berskala usaha kecil-menengah.
Stimulus yang diberikan oleh pemerintah terhadap dunia usaha diyakini akan mendorong pertumbuhan industri di Tanah Air di tengah pandemi yang belum diketahui kapan akan berakhir itu. “Sekarang kami mulai produksi dengan kapasitas 60% saja. Namun, kami sudah berdiskusi dengan rantai pasok domestik untuk bersiap, sehingga saat ada lonjakan permintaan maka kegiatan produksi tidak tergang -gu,” katanya.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menilai tahun ini industri automotif nasional dihadapkan pada situasi yang berat. Karena itu, dukungan dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan dinilai penting agar industri mampu menghadapi situasi tersebut. (Baca juga: Israel Dilaporkan Luncurkan Satelit Mata-mata Baru)
“Termasuk dukungan dari pemerintah daerah, misalnya untuk sementara menghapuskan pajak progresif dan penurunan bea balik nama di daerah,” ujarnya. Hal itu dinilai akan meningkatkan demand masyarakat sehingga menggerakkan industri secara keseluruhan.
Meskipun Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum mengumumkan berakhirnya pandemi Covid-19, industri di Indonesia diliputi optimisme. Optimisme tersebut tumbuh lantaran International Monetary Fund memperkirakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu bertahan dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif pada 2020 meski terpapar pandemi Covid-19.
Assistant Dept. Head Production Planning Control PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Aris Yuliantoro mengungkapkan, di tengah penurunan pasar automotif, secara kumulatif pada periode Januari-Mei 2020, Suzuki berhasil membukukan pertumbuhan positif ekspor CBU. “Ekspor mobil CBU kami lebih tinggi 22% di banding tahun sebelumnya,” ungkapnya. (Lihat videonya: Kapal Tak Bisa Sandar, Sapi Dilempar ke Laut)
All New Ertiga dan New Carry masih menjadi lini produk yang memberikan kontribusi tertinggi, disusul XL7 yang mendorong ekspor Suzuki tumbuh secara positif. Selama periode Januari-Mei 2020, ekspor CBU All New Ertiga sebanyak 7.880 unit, New Carry 3.339 unit, dan XL7 2.169 unit.
Peningkatan ekspor itu membangun optimisme Suzuki untuk kembali beroperasi setelah menghentikan sementara kegiatan pabrik. “Saat ini pasar internasional dalam masa pemulihan, dan untuk memenuhi permintaan ekspor, secara bertahap kami kembali berproduksi dengan menerapkan Suzuki Hygiene Commitment dan protokol kesehatan dari pemerintah,” kata Aris. (Anton C)
(ysw)