Membedah Arti Nama Klub Motor Belasting Rijder Ditjen Pajak yang Bikin Sri Mulyani Murka
Minggu, 26 Februari 2023 - 20:48 WIB
Hanya saja memang tidak bisa dipungkiri kata Belasting memiliki makna yang sangat negatif buat masyarakat Indonesia terutama di wilayah Sumatera Barat. Dalam buku Perempuan-perempuan Pengukir Sejarah yang ditulis oleh Mulyono Atmosiswartoputra disebutkan Perang Belasting terjadi karena kebijakan pajak (Belasting) yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda.
Saat itu pajak yang diterapkan semakin banyak. Mulai dari pajak kepala (hoofd), pemasukan barang (inkomsten), rodi (hedendisten), tanah (landrente), keuntungan (wins), rumah tangga (meubels), penyembelihan (slach), tembakau (tabak), dan pajak rumah adat (huizen).
Pajak yang banyak itu membuat masyarakat Sumatera Barat keberatan. Kemarahan semakin memuncak karena pemerintah Hindia Belanda menggunakan kekuatan militer dalam penarikan pajak tersebut.
Mereka mengirimkan tentara-tentara ke setiap wilayah agar tidak ada orang yang memprotes kebijakan pajak baru tersebut. Parahnya lagi tentara-tentara itu kerap mabuk-mabukan, berjudi, dan memperkosa perempuan.
Dari situlah pada 16 Juni 1908 timbul perlawanan yang dipimpin oleh Siti Manggopoh dan suaminya Rasyid Bagindo. Dalam serangan yang dia pimpin sebanyak 53 dari 55 tentara Hindia Belanda tewas. Padahal saat itu mereka hanya bermodalkan parang.
“Setapak takkan mundur, selangkah takkan kembali,” tulis Mulyono Atmosiswartoputra saat menggambarkan semangat Siti Manggopoh.
Peristiwa tersebut membuat pemerintah Hindia Belanda marah besar. Mereka langsung melakukan serangan balasan ke wilayah Manggopo, Sumatera Barat. Wilayah yang sekarang masuk daerah Kabupaten Agam itu langsung dibumihanguskan.
Warganya juga disiksa agar buka suara soal keberadaan Siti Manggopoh yang memang menjalankan perang gerilya. Tidak tahan melihat saudara-saudaranya terus menderita, Siti Manggopoh akhirnya menyerahkan diri dengan syarat tak ada lagi warga Manggopoh yang disakiti.
Dalam buku Siti Manggopoh yang ditulis Abel Tasman disebutkan Siti Manggopoh akhirnya dipenjara dan suaminya Rasyid Bagindo dibuang ke Manado. Saat persidangan Siti Manggopoh ditanya apakah menyesal karena melawan Belanda. "Saya menyesal karena tidak semua Belanda ada di markas itu terbunuh," ujar Siti Manggopoh.
Saat itu pajak yang diterapkan semakin banyak. Mulai dari pajak kepala (hoofd), pemasukan barang (inkomsten), rodi (hedendisten), tanah (landrente), keuntungan (wins), rumah tangga (meubels), penyembelihan (slach), tembakau (tabak), dan pajak rumah adat (huizen).
Pajak yang banyak itu membuat masyarakat Sumatera Barat keberatan. Kemarahan semakin memuncak karena pemerintah Hindia Belanda menggunakan kekuatan militer dalam penarikan pajak tersebut.
Mereka mengirimkan tentara-tentara ke setiap wilayah agar tidak ada orang yang memprotes kebijakan pajak baru tersebut. Parahnya lagi tentara-tentara itu kerap mabuk-mabukan, berjudi, dan memperkosa perempuan.
Dari situlah pada 16 Juni 1908 timbul perlawanan yang dipimpin oleh Siti Manggopoh dan suaminya Rasyid Bagindo. Dalam serangan yang dia pimpin sebanyak 53 dari 55 tentara Hindia Belanda tewas. Padahal saat itu mereka hanya bermodalkan parang.
“Setapak takkan mundur, selangkah takkan kembali,” tulis Mulyono Atmosiswartoputra saat menggambarkan semangat Siti Manggopoh.
Peristiwa tersebut membuat pemerintah Hindia Belanda marah besar. Mereka langsung melakukan serangan balasan ke wilayah Manggopo, Sumatera Barat. Wilayah yang sekarang masuk daerah Kabupaten Agam itu langsung dibumihanguskan.
Warganya juga disiksa agar buka suara soal keberadaan Siti Manggopoh yang memang menjalankan perang gerilya. Tidak tahan melihat saudara-saudaranya terus menderita, Siti Manggopoh akhirnya menyerahkan diri dengan syarat tak ada lagi warga Manggopoh yang disakiti.
Dalam buku Siti Manggopoh yang ditulis Abel Tasman disebutkan Siti Manggopoh akhirnya dipenjara dan suaminya Rasyid Bagindo dibuang ke Manado. Saat persidangan Siti Manggopoh ditanya apakah menyesal karena melawan Belanda. "Saya menyesal karena tidak semua Belanda ada di markas itu terbunuh," ujar Siti Manggopoh.
tulis komentar anda