Mobil Skoda yang Mewarnai Hari Proklamasi Republik Indonesia tahun 1945
loading...
A
A
A
Akhirnya Subardjo bersama Sudiro, Jusuf Kunto, dan sopir pribadinya berangkat ke lokasi penyembunyian dengan mengendarai sebuah mobil Skoda. Dari situlah kehadiran mobil Skoda itu cukup penting mengingat rute perjalanan dari Jakarta menuju Rengasdengklok bukanlah rute yang pendek. Bahkan perjalanan dilakukan sore hari pada pukul 16.00.
Subardjo dan pemuda lainnya bahkan sempat mengalami pecah ban karena kondisi ban yang sudah aus dan berumur. Beruntung hal itu tidak menyurutkan semangat Subardjo untuk bertemu dengan Sukarno dan Hatta di lokasi penyembunyian.
Semula Subardjo menyangka Sukarno dan Hatta disembunyikan di Salabintana, Sukabumi. Hanya saja ketika jalur mobil diarahkan ke Karawang, dia sama sekali tidak tahu dimana sebenarnya Sukarno dan Hatta berada.
Begitu sampai di Rengasdengklok, Subardjo memang harus sekali lagi menjalani proses negosiasi dengan kelompok pemuda dan PETA. “Kami datang ke sini untuk menjemput Bung Karno dan Bung Hatta serta membawa mereka kembali ke Jakarta untuk mempercepat Proklamasi kemerdekaan,” kata Subardjo kepada Chudancho Subeno dari PETA.
“Bisakan saudara menyatakan pada kami apakah Jepang sudah menyerah?” tanya Subeno. Kala itu sudah ada yang dengar kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, tapi tak semua orang tahu soal berita yang ditutup-tutupi militer Jepang. Merespons pertanyaan Subeno, Subardjo pun menjawab, “kami justru datang untuk memberitahu penyerahan Jepang kepada Sukarno dan Hatta.”
Subeno dan kawan-kawan PETA, yang sejalan dengan para pemuda di Jakarta, sangat ingin Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan secepatnya. Subeno kemudian membiarkan Subardjo menemui Sukarno dan Hatta di rumah Djiau Kie Siong, yang tak jauh dari asrama PETA.
“Cepat, cepat, kita sekalian harus kembali ke Jakarta. Panitia Persiapan tak dapat melanjutkan tugasnya tanpa kita. Mereka telah menunggu dengan sia-sia pagi ini,” kata Subardjo.
Sukarno pun bertanya, “apa Jepang sudah menyerah?” “Saya telah kemari untuk memberitahukannya. Saya telah diberitahu pagi ini oleh Maeda,” kata Subardjo.
Subardjo dan pemuda lainnya bahkan sempat mengalami pecah ban karena kondisi ban yang sudah aus dan berumur. Beruntung hal itu tidak menyurutkan semangat Subardjo untuk bertemu dengan Sukarno dan Hatta di lokasi penyembunyian.
Semula Subardjo menyangka Sukarno dan Hatta disembunyikan di Salabintana, Sukabumi. Hanya saja ketika jalur mobil diarahkan ke Karawang, dia sama sekali tidak tahu dimana sebenarnya Sukarno dan Hatta berada.
Begitu sampai di Rengasdengklok, Subardjo memang harus sekali lagi menjalani proses negosiasi dengan kelompok pemuda dan PETA. “Kami datang ke sini untuk menjemput Bung Karno dan Bung Hatta serta membawa mereka kembali ke Jakarta untuk mempercepat Proklamasi kemerdekaan,” kata Subardjo kepada Chudancho Subeno dari PETA.
“Bisakan saudara menyatakan pada kami apakah Jepang sudah menyerah?” tanya Subeno. Kala itu sudah ada yang dengar kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, tapi tak semua orang tahu soal berita yang ditutup-tutupi militer Jepang. Merespons pertanyaan Subeno, Subardjo pun menjawab, “kami justru datang untuk memberitahu penyerahan Jepang kepada Sukarno dan Hatta.”
Subeno dan kawan-kawan PETA, yang sejalan dengan para pemuda di Jakarta, sangat ingin Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan secepatnya. Subeno kemudian membiarkan Subardjo menemui Sukarno dan Hatta di rumah Djiau Kie Siong, yang tak jauh dari asrama PETA.
“Cepat, cepat, kita sekalian harus kembali ke Jakarta. Panitia Persiapan tak dapat melanjutkan tugasnya tanpa kita. Mereka telah menunggu dengan sia-sia pagi ini,” kata Subardjo.
Sukarno pun bertanya, “apa Jepang sudah menyerah?” “Saya telah kemari untuk memberitahukannya. Saya telah diberitahu pagi ini oleh Maeda,” kata Subardjo.