WHO Tak Sarankan Rapid Test, PCR Dipercaya Paling Efektif Deteksi Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para peneliti di dunia, termasuk Indonesia, terus berupaya menemukan vaksin yang dapat menyembuhkan infeksi virus corona. Seiring hal itu, para peneliti juga berupaya menciptakan alat tes corona yang ampuh.
Di Indonesia dan dunia, cara tes corona dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) terus digalakkan. PCR atau yang sering disebut dengan swab test adalah pemeriksaan menggunakan sampel cairan lendir dari saluran pernapasan. Jadi, tes PCR dilakukan dengan menyeka bagian belakang tenggorokan.
Akhir pekan lalu, sebanyak 50.000 alat PCR dari Korea Selatan tiba di Indonesia. Tentu kedatangannya sangat membantu Indonesia dalam menghadapi COVID-19. Sebab, di tengah pandemi saat ini, berbagai negara juga membutuhkan alat serupa.
"Kita bersyukur dalam waktu kurang dari 24 jam kita bisa mendapatkan 50.000 tes PCR hari ini,” kata Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo, malalui keterangan tertulisnya, Minggu (19/4/2020).
Masih dari Korsel, mengutip dari Yonhap News Agency, perusahaan pembuat alat uji diagnostik, Seegene Inc, mengklaim telah mengekspor lebih dari 10 juta alat tes corona hanya dalam dua bulan.
Perusahaan Negeri Gingseng itu juga mengatakan, alat tes bernama Allplex miliknya telah dijual di lebih dari 60 negara, di antaranya termasuk Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan Prancis.
Di sisi lain, alat rapid test juga umum digunakan di Indonesia untuk melakukan tes corona. Tetapi baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menyarankan Indonesia menggunakan rapid test, untuk mengonfirmasi seseorang terinfeksi corona atau tidak.
Menurut perwakilan WHO untuk Indonesia, Navaratnasamy Paranietharan, selama ini WHO hanya melakukan rapid test untuk keperluan penelitian saja, bukan untuk mengonfirmasi kasus positif atau negatif corona.
"WHO tidak merekomendasikan penggunaan diagnosa rapid test berdasarkan anti-bodi,” jelas Paranietharan.
PCR memang masih dipercaya sebagai alat paling ampuh untuk melakukan tes corona. Peneliti Indonesia sendiri mengklaim sudah menemukan alat tes corona yang akurat dan sudah teruji.
Pada awal April kemarin, Nusantics sebagai bagian dari Gugus Tugas/Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19) bentukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), berhasil menyelesaikan purwarupa alat tes yang diberinama Nusantara TFRIC-19.
PT Bio Farma (Persero) baru-baru ini juga berencana memproduksi 100.000 alat tes corona. Alat yang akan diciptakan juga berjenis PCR. Tetapi jika terealisasi, pemerintah Indonesia dapat mengurangi impor alat yang sama.
“Rencana kami adalah memproduksi 100.000 (alat tes) kit. Selama ini kita (masih) impor,” kata Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, saat rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (21/4/2020).
Di Indonesia dan dunia, cara tes corona dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) terus digalakkan. PCR atau yang sering disebut dengan swab test adalah pemeriksaan menggunakan sampel cairan lendir dari saluran pernapasan. Jadi, tes PCR dilakukan dengan menyeka bagian belakang tenggorokan.
Akhir pekan lalu, sebanyak 50.000 alat PCR dari Korea Selatan tiba di Indonesia. Tentu kedatangannya sangat membantu Indonesia dalam menghadapi COVID-19. Sebab, di tengah pandemi saat ini, berbagai negara juga membutuhkan alat serupa.
"Kita bersyukur dalam waktu kurang dari 24 jam kita bisa mendapatkan 50.000 tes PCR hari ini,” kata Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo, malalui keterangan tertulisnya, Minggu (19/4/2020).
Masih dari Korsel, mengutip dari Yonhap News Agency, perusahaan pembuat alat uji diagnostik, Seegene Inc, mengklaim telah mengekspor lebih dari 10 juta alat tes corona hanya dalam dua bulan.
Perusahaan Negeri Gingseng itu juga mengatakan, alat tes bernama Allplex miliknya telah dijual di lebih dari 60 negara, di antaranya termasuk Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan Prancis.
Di sisi lain, alat rapid test juga umum digunakan di Indonesia untuk melakukan tes corona. Tetapi baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menyarankan Indonesia menggunakan rapid test, untuk mengonfirmasi seseorang terinfeksi corona atau tidak.
Menurut perwakilan WHO untuk Indonesia, Navaratnasamy Paranietharan, selama ini WHO hanya melakukan rapid test untuk keperluan penelitian saja, bukan untuk mengonfirmasi kasus positif atau negatif corona.
"WHO tidak merekomendasikan penggunaan diagnosa rapid test berdasarkan anti-bodi,” jelas Paranietharan.
PCR memang masih dipercaya sebagai alat paling ampuh untuk melakukan tes corona. Peneliti Indonesia sendiri mengklaim sudah menemukan alat tes corona yang akurat dan sudah teruji.
Pada awal April kemarin, Nusantics sebagai bagian dari Gugus Tugas/Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19) bentukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), berhasil menyelesaikan purwarupa alat tes yang diberinama Nusantara TFRIC-19.
PT Bio Farma (Persero) baru-baru ini juga berencana memproduksi 100.000 alat tes corona. Alat yang akan diciptakan juga berjenis PCR. Tetapi jika terealisasi, pemerintah Indonesia dapat mengurangi impor alat yang sama.
“Rencana kami adalah memproduksi 100.000 (alat tes) kit. Selama ini kita (masih) impor,” kata Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, saat rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (21/4/2020).
(wbs)