Nostalgia dengan Bus-Bus Legendaris Yogyakarta, Ada Baker hingga Kopata
loading...
A
A
A
9. Bus AKAP
Selain bus dalam kota dan antar kabupaten/kota, bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) juga lalu lalang dari luar kota menuju Yogyakarta dan sebaliknya.
Vincentius Camar yang lahir dan besar di kawasan Kalasan menceritakan, bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang biasa masuk Yogyakarta di antaranya Sumber Kencono, AKAS, Eka, Mira, PO Suharno, Maju Lancar, Sri Mulyo, dan Raharja. Bus-bus itu kebanyakan melaju di jalanan depan rumahnya, waktu itu. “Kui bis sing nduwe prinsip kuat, halangan yang di depan pasti semua menyingkir dengan sendirinya,” ujarnya.
Mengenang masa-masa kuliah di Akademi Komunikasi Indonesia, Koko Winajarko menceritakan rutinitasnya pulang kampung dari Yogyakarta ke Tegal. Lantaran tidak ada bus langsung ke kotanya, dia harus transit dulu dari Yogyakarta ke Semarang.
Ada dua pilihan rute yang bisa diambil, yaitu Yogyakarta-Semarang lanjut Semarang-Tegal atau Yogyakarta-Purwokerto, lanjut ke Tegal.
“Kalau jalur Semarang, yang legendaris PO Ramayana, dari Semarang lanjut naik PO Nusantara. Karena eksekutif penumpang dapat minuman, coca cola atau sprite,” ujarnya.
Dia mengenang saat itu tarif bus eksekutif Yogyakarta-Semarang hanya Rp5.500. Sementara jika pilihannya jalur utara, dari Terminal Terboyo, Semarang bisa dilanjutkan ke Tegal naik PO Coyo (Semarang-Tegal-Cirebon) atau bus PO Sari Mustika.
“Itu menurut aku paling nyaman. Kalau lewat utara lebih lama bisa selisih satu jam sekitar 6,5 jam karena belum ada tol,” tuturnya.
Selain bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, bus-bus ke Jakarta , Jawa Barat, hingga ke luar Pulau Jawa tersedia di Yogyakarta. Itulah deretan bus legendaris Yogyakarta yang sebagaian sudah termakan zaman, namun akan selalu ada dalam kenangan.
Selain bus dalam kota dan antar kabupaten/kota, bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) juga lalu lalang dari luar kota menuju Yogyakarta dan sebaliknya.
Vincentius Camar yang lahir dan besar di kawasan Kalasan menceritakan, bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang biasa masuk Yogyakarta di antaranya Sumber Kencono, AKAS, Eka, Mira, PO Suharno, Maju Lancar, Sri Mulyo, dan Raharja. Bus-bus itu kebanyakan melaju di jalanan depan rumahnya, waktu itu. “Kui bis sing nduwe prinsip kuat, halangan yang di depan pasti semua menyingkir dengan sendirinya,” ujarnya.
Mengenang masa-masa kuliah di Akademi Komunikasi Indonesia, Koko Winajarko menceritakan rutinitasnya pulang kampung dari Yogyakarta ke Tegal. Lantaran tidak ada bus langsung ke kotanya, dia harus transit dulu dari Yogyakarta ke Semarang.
Ada dua pilihan rute yang bisa diambil, yaitu Yogyakarta-Semarang lanjut Semarang-Tegal atau Yogyakarta-Purwokerto, lanjut ke Tegal.
“Kalau jalur Semarang, yang legendaris PO Ramayana, dari Semarang lanjut naik PO Nusantara. Karena eksekutif penumpang dapat minuman, coca cola atau sprite,” ujarnya.
Dia mengenang saat itu tarif bus eksekutif Yogyakarta-Semarang hanya Rp5.500. Sementara jika pilihannya jalur utara, dari Terminal Terboyo, Semarang bisa dilanjutkan ke Tegal naik PO Coyo (Semarang-Tegal-Cirebon) atau bus PO Sari Mustika.
“Itu menurut aku paling nyaman. Kalau lewat utara lebih lama bisa selisih satu jam sekitar 6,5 jam karena belum ada tol,” tuturnya.
Selain bus-bus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, bus-bus ke Jakarta , Jawa Barat, hingga ke luar Pulau Jawa tersedia di Yogyakarta. Itulah deretan bus legendaris Yogyakarta yang sebagaian sudah termakan zaman, namun akan selalu ada dalam kenangan.
(msf)