Konsistensi dan Komitmen Blue Bird Menghadirkan Mobilitas Berkelanjutan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sektor transportasi umum menjadi andalan masyarakat ditengah tingginya harga bahan bakar minyak (BBM). Meskipun transportasi umum dengan platform layanan on demand hadir dengan banyak pilihan penyedia jasa, namun transportasi “Old School” seperti taksi masih menjadi pilihan masyarakat.
“Pemesanan taksi lebih mudah, bisa dimana saja. Di mal, perkantoran, bahkan di pinggir jalan. Sehingga tak perlu bergantung pada aplikasi,” ujar Evi Kusumawati, pekerja di perusahaan Sekuritas kepada SINDOnews di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (7/9).
Selain menghadirkan kemudahan, menggunakan taksi baginya lebih nyaman, juga aman saat harus pulang kerja larut malam. “Selain mobilnya bersih, faktor keamanan yang terpenting. Mobil Blue Bird ada nomor identitasnya, nama dan foto pengemudi terpampang di dashboard. Layanan pelanggan juga 24 jam. Jadi kita enggak was-was bepergian kapan pun,” tegasnya.
Soal tarif, bagi Evi, bukanlah menjadi pertimbangan utama. Bagi dirinya keamanan dan kenyamanan menjadi faktor yang dibutuhkan pengguna jasa transportasi sewa. “Tarif relatif sama dengan transportasi online on demand. Malah di jam sibuk, tarif Blue Bird malah jauh lebih murah karena tarifnya kan flat per kilometernya,”sebutnya. Dia pun menilai, inovasi layanan yang dihadirkan perusahaan taksi yang kini berusia 51 tahun itu semakin baik. “Blue Bird semakin memudahkan pelanggan,” katanya.
Senada dengan Evi, pelanggan Blue Bird lainnya, Wahyu Susanto menilai, menggunakan transportasi taksi Blue Bird lebih fleksibel. Karyawan di developer properti itu memberikan contoh, saat hendak berangkat dinas luar kota dengan penerbangan pertama, dirinya bisa melakukan pemesanan melalui call center. “Waktunya fleksibel dan armada Blue Bird datang tepat waktu menjemput,”katanya. Terkadang, Wahyu juga menggunakan Silver Bird. “Silver Bird memiliki Armada Alphard yang lebih besar. Jadi bisa muat banyak,” tuturnya.
Saat ini, Blue Bird memang menjadi perusahaan taksi yang masih eksis ditengah gempuran transportasi berbasis aplikasi on demand. Perusahaan berlogo burung biru itu bahkan berkembang menjadi penyedia solusi mobilitas yang didukung tiga pilar transformasi. Yakni Multi-Channel untuk kemudahan aksesibilitas, Multi-Payment, untuk kemudahan transaksi dan Multi-Product untuk keragaman layanan mobilitas.
“Setiap Kilometer Berarti” itulah filosofi yang diusung Blue Bird dalam melayani masyarakat. "Setiap Kilometer Berarti hadir dari pandangan kami bahwa mobilitas itu bukanlah hanya sebuah perpindahan dari satu titik ke titik lainnya. Tapi mobilitas dan pergerakan manusia itu didasari oleh sesuatu yang mereka anggap penting,”ujar Direktur Utama PT Blue Bird, Tbk. (BIRD) Adrianto Djokosoetono kepada SINDOnews.
Pria yang akrab disapa Andre ini menilai, penting bagi Blue Bird untuk memberikan pengalaman mobilitas terbaik kepada pelanggan. Dia menambahkan, filosofi itu hadir untuk memberikan layanan mobilitas yang Aman, Nyaman, Mudah dan Personalised (ANDAL).
“Lebih jauh filosofi ini juga diartikan dengan komitmen kami untuk memberikan dampak positif terhadap lingkungan dari perwujudan Visi Keberlanjutan Bluebird dari tiga pilar yaitu BlueSky, BlueLife dan BlueCorps. Kami ingin kehadiran kami dan setiap kilometer yang ditempuh bersama pengguna kami dapat memberikan dampak positif kepada perbaikan kualitas lingkungan dan kehidupan sosial,”tegas Andre.
Transformasi yang dilakukan Blue Bird juga ditujukan untuk menjaga relevansi dengan kebutuhan masyarakat yang semakin terfragmentasi. Blue Bird, lanjut Andre, terus menjaga layanan ANDAL, sehingga perusahaan memiliki layanan yang terstandarisasi mulai dari pengemudi yang profesional, armada yang terstandarisasi dan sistem terintegrasi untuk memudahkan mobilitas guna mewujudkan Standar Nyaman Indonesia.
Menurut Andre, tantangan disrupsi merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan. Blue Bird berupaya menjaga relevansi dengan kebutuhan konsumen yang semakin terfragmentasi dengan tetap mengusung filosofi ANDAL. “Kami juga terus berupaya meningkatkan kualitas layanan dengan mengembangkan transformasi digital melalui tiga pilar Multi-Channel, Multi-Payment dan Multi-Product. Transformasi yang kami lakukan ditujukan untuk memberikan kemudahan ekstra kepada pengguna kami dengan layanan yang terstandarisasi untuk memberikan rasa aman dan nyaman ketika bermobilitas,”urainya.
Inovasi sangat melekat dan sudah menjadi corporate culture sejak kehadiran Blue Bird 51 tahun silam. Blue Bird selalu berusaha adaptif dengan situasi yang dinamis. Blue Bird pun mengenbangjan beragam fitur untuk mengakomodir kebutuhan mobilitas masyarakat yang dapat memberikan kemudahan mobilitas melalui luasnya aksesibilitas, kemudahan transaksi dan ragam layanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Blue Bird selalu berupaya menjadi perusahaan yang tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat. Usia 51 tahun menunjukkan konsistensi Bkue Bird dalam mengedepankan layanan prima yang terstandard untuk mendukung mobilitas masyarakat. “Kami menyadari bahwa kepercayaan masyarakat hadir dari kepuasan terhadap kualitas armada dan pengemudi. Serta inovasi yang terus kami kembangkan melalui integrasi sistem yang dapat memudahkan setiap perjalanan masyarakat,” papar Andre.
Human connections yang menjadi DNA Blue Bird memberikan arti bahwa kenyamanan mobilitas turut didukung oleh pengemudi yang profesional. Bluebird percaya bahwa perjalanan yang nyaman tak lepas dari “human connection” yang ada di dalamnya. Untuk itu, Bluebird menanamkan nilai-nilai Peduli, Integritas, Pelayanan Prima, dan Pola Pikir Berkembang dalam kegiatan operasional. Hal ini juga didukung dengan infrastruktur penunjang seperti fasilitas pool, training center, basis komunitas, aplikasi pengemudi, yang ditujukan untuk pembinaan, pengembangan dan pengawasan.
Menghadirkan Mobilitas Ramah Lingkungan
Transisi energi yang gencar dilakukan di berbagai sektor juga menjadi fokus Blue Bird. Andre menegaskan, Blue Bird memiliki komitmen visi keberlanjutan pada pilar BlueSky dengan agenda utama 50:30 atau pengurangan emisi hingga 50% pada tahun 2030. Pilar ini didukung oleh beragam inisiatif dari hulu ke hilir. Di Hulu, Blue Bird berupaya untuk mengubah pola perilaku pengemudi untuk lebih bertanggung jawab terhadap penggunaan botol plastik yang didukung oleh kemitraan dengan berbagai pihak.
Melalui kemitraan ini, Blue Bird memproyeksi dapat mengurangi 120 ton sampah plastik per tahun. Untuk hal operasional Blue Bird telah memulai dari penerapan kendaraan listrik sejak tahun 2019. Selain itu kami juga mengadopsi kendaraan CNG, melakukan perawatan armada ICE untuk menjaga kadar emisi dan yang terbaru Blue Bird telah mengadopsi panel surya. “Kami baru saja mendukung program ekonomi biru di wilayah Lombok Timur dengan memberikan bantuan alat pengering kepada petani rumput laut yang menjadi pemasok bahan baku kemasan ramah lingkungan,”tegas Andre.
Blue Bird menjadi pelopor dalam penggunaan kendaraan elektrifikasi (EV) baik di sektor transportasi sewa maupun dari sisi korporat. Sejak tahun 2019, Bluebird telah berperan sebagai pendorong untuk memulai adopsi kendaraan listrik (EV). “Karena kami menganggap mobilitas berkelanjutan sebagai jalan menuju perbaikan kualitas lingkungan,”urai Andre.
Dengan memulai lebih dulu, Blue Bird telah memiliki kesempatan untuk secara proaktif belajar dan mendapatkan wawasan tentang operasi efektif kendaraan listrik. Adopsi kendaraan listrik adalah salah satu inisiatif yang sejalan dengan komitmen 50:30 yang diuraikan dalam visi keberlanjutan Blue Bird di bawah pilar BlueSky.
Pengenalan kendaraan listrik membuka peluang bagi Bluebird untuk berinovasi dalam mendukung mobilitas berkelanjutan. Mengingat harga kendaraan listrik masih relatif tinggi, Blue Bird memiliki kesempatan untuk membawa pengalaman mobilitas bebas emisi lebih dekat kepada pelanggan ritel dan korporat.
Hal itu memungkinkan pelanggan untuk berpartisipasi dalam mobilitas yang ramah lingkungan dan berkontribusi pada peningkatan kualitas lingkungan.
Dengan perbaikan lanskap bisnis, saat ini Blue Bird memiliki hampir 200 unit kendaraan listrik dan berencana untuk mengembangkan jumlah ini menjadi 500 unit pada tahun 2023, melayani layanan E-Bluebird, E-Silverbird, dan E-Goldenbird.
Andre menyadari, 51 tahun beroperasi, perjalanan Bluebird tak lepas dari berbagai macam tantangan. Namun, Blue Bird selalu melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang. Dari tantangan tersebut Blue Bird belajar untuk menjadi tangkas, dan menjadi dasar pembelajaran untuk menghadapi tantangan yang akan datang di kemudian hari.
Kedepan, Blue Bird akan berfokus menjaga relevansi dengan kebutuhan konsumen yang dinamis. “Be customer centric menjadi salah satu kata kunci kami dalam berinovasi,”cetus Andre. Yang terbaru Blue Bird baru saja meluncurkan EZPoint, yakni program loyalitas untuk pelanggan setia dengan empat macam tingkat pengguna. Yakni Explorer, Traveller, Voyager, dan Elite. EZPoint akan memberikan manfaat yang terpersonalisasi sesuai dengan kebutuhan pengguna pada kelompok tertentu. “Selain EZPoint, tentu kami sudah menyiapkan banyak inovasi layanan di masa depan yang akan semakin memudahkan pelanggan,”tutup Andre.
Sesuai dengan karakteristik industri transportasi yang dijalankan, Blue Bird telah ikut berkontribusi dalam beberapa poin yang relevan dalam (Sustainable Development Goals/ SDGs). Konsep Blue Sky diadopsi perusahaan transportasi sewa tertua di Indonesia ini untuk mendukung penurunan emisi karbon.
Inisiatif yang dilakukan diantaranya membangun EV Charging station, mengadopsi penggunaan armada berbahan bakar CNG yang saat ini jumlahnya mencapai 2.200 armada, dan sebagai role model penggunaan kendaraan listrik untuk korporasi di Indonesia. “Kami melakukan pengecekan emisi rutin seluruh armada Blue Bird. Kami juga akan menambah kendaraan CNG untuk mengurangi karbon, mengurangi emisi dengan pengemudi mengendarai kendaraan dengan baik. Maintenance armada menjadi fokus untuk kami, juga melakukan ekspansi layanan baru yang ramah lingkungan,” tegas Wakil Direktur Utama Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono kepada SINDOnews.
Kualitas perawatan armada menjadi fondasi kuat dalam menjaga kualitas mobilitas yang nyaman dan terstandard. Armada Bluebird memiliki utilitas yang tinggi setiap harinya, sehingga Blue Bird memiliki standarisasi sistem operasi armada yang memungkinkan perusahaan melakukan perawatan yang tepat secara menyeluruh dengan didukung bengkel yang tersertifikasi kelas “A” dari Sucofindo. Selain itu, dengan makin gencarnya Bluebird mengadopsi EV, bengkel Blue Bird juga telah tersertifikasi untuk melakukan perawatan secara mandiri melalui sistem yang didukung oleh teknologi termasuk IoT (Internet of Things) pada armada kami.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, komitmen penggunaan kendaraan ramah lingkungan merupakan bentuk dukungan terhadap pengurangan emisi gas buang yang dicanangkan pemerintah. “Tentunya kendaran ramah lingkungan seperti EV perlu diperbanyak lagi,”katanya.
Sedangkan pakar marketing yang juga Managing Partner Inventure Yuswohady menilai, transformasi yang dilakukan Blue Bird akan memperkuat posisi perushaaan taksi itu di Tanah Air. “Blue Bird akan selalu menjadi top of mind masyarakat. Apalagi saat ini Blue Bird terus melakukan inovasi dan transformasi,”sebutnya.
“Pemesanan taksi lebih mudah, bisa dimana saja. Di mal, perkantoran, bahkan di pinggir jalan. Sehingga tak perlu bergantung pada aplikasi,” ujar Evi Kusumawati, pekerja di perusahaan Sekuritas kepada SINDOnews di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (7/9).
Selain menghadirkan kemudahan, menggunakan taksi baginya lebih nyaman, juga aman saat harus pulang kerja larut malam. “Selain mobilnya bersih, faktor keamanan yang terpenting. Mobil Blue Bird ada nomor identitasnya, nama dan foto pengemudi terpampang di dashboard. Layanan pelanggan juga 24 jam. Jadi kita enggak was-was bepergian kapan pun,” tegasnya.
Soal tarif, bagi Evi, bukanlah menjadi pertimbangan utama. Bagi dirinya keamanan dan kenyamanan menjadi faktor yang dibutuhkan pengguna jasa transportasi sewa. “Tarif relatif sama dengan transportasi online on demand. Malah di jam sibuk, tarif Blue Bird malah jauh lebih murah karena tarifnya kan flat per kilometernya,”sebutnya. Dia pun menilai, inovasi layanan yang dihadirkan perusahaan taksi yang kini berusia 51 tahun itu semakin baik. “Blue Bird semakin memudahkan pelanggan,” katanya.
Senada dengan Evi, pelanggan Blue Bird lainnya, Wahyu Susanto menilai, menggunakan transportasi taksi Blue Bird lebih fleksibel. Karyawan di developer properti itu memberikan contoh, saat hendak berangkat dinas luar kota dengan penerbangan pertama, dirinya bisa melakukan pemesanan melalui call center. “Waktunya fleksibel dan armada Blue Bird datang tepat waktu menjemput,”katanya. Terkadang, Wahyu juga menggunakan Silver Bird. “Silver Bird memiliki Armada Alphard yang lebih besar. Jadi bisa muat banyak,” tuturnya.
Saat ini, Blue Bird memang menjadi perusahaan taksi yang masih eksis ditengah gempuran transportasi berbasis aplikasi on demand. Perusahaan berlogo burung biru itu bahkan berkembang menjadi penyedia solusi mobilitas yang didukung tiga pilar transformasi. Yakni Multi-Channel untuk kemudahan aksesibilitas, Multi-Payment, untuk kemudahan transaksi dan Multi-Product untuk keragaman layanan mobilitas.
“Setiap Kilometer Berarti” itulah filosofi yang diusung Blue Bird dalam melayani masyarakat. "Setiap Kilometer Berarti hadir dari pandangan kami bahwa mobilitas itu bukanlah hanya sebuah perpindahan dari satu titik ke titik lainnya. Tapi mobilitas dan pergerakan manusia itu didasari oleh sesuatu yang mereka anggap penting,”ujar Direktur Utama PT Blue Bird, Tbk. (BIRD) Adrianto Djokosoetono kepada SINDOnews.
Pria yang akrab disapa Andre ini menilai, penting bagi Blue Bird untuk memberikan pengalaman mobilitas terbaik kepada pelanggan. Dia menambahkan, filosofi itu hadir untuk memberikan layanan mobilitas yang Aman, Nyaman, Mudah dan Personalised (ANDAL).
“Lebih jauh filosofi ini juga diartikan dengan komitmen kami untuk memberikan dampak positif terhadap lingkungan dari perwujudan Visi Keberlanjutan Bluebird dari tiga pilar yaitu BlueSky, BlueLife dan BlueCorps. Kami ingin kehadiran kami dan setiap kilometer yang ditempuh bersama pengguna kami dapat memberikan dampak positif kepada perbaikan kualitas lingkungan dan kehidupan sosial,”tegas Andre.
Transformasi yang dilakukan Blue Bird juga ditujukan untuk menjaga relevansi dengan kebutuhan masyarakat yang semakin terfragmentasi. Blue Bird, lanjut Andre, terus menjaga layanan ANDAL, sehingga perusahaan memiliki layanan yang terstandarisasi mulai dari pengemudi yang profesional, armada yang terstandarisasi dan sistem terintegrasi untuk memudahkan mobilitas guna mewujudkan Standar Nyaman Indonesia.
Menurut Andre, tantangan disrupsi merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan. Blue Bird berupaya menjaga relevansi dengan kebutuhan konsumen yang semakin terfragmentasi dengan tetap mengusung filosofi ANDAL. “Kami juga terus berupaya meningkatkan kualitas layanan dengan mengembangkan transformasi digital melalui tiga pilar Multi-Channel, Multi-Payment dan Multi-Product. Transformasi yang kami lakukan ditujukan untuk memberikan kemudahan ekstra kepada pengguna kami dengan layanan yang terstandarisasi untuk memberikan rasa aman dan nyaman ketika bermobilitas,”urainya.
Inovasi sangat melekat dan sudah menjadi corporate culture sejak kehadiran Blue Bird 51 tahun silam. Blue Bird selalu berusaha adaptif dengan situasi yang dinamis. Blue Bird pun mengenbangjan beragam fitur untuk mengakomodir kebutuhan mobilitas masyarakat yang dapat memberikan kemudahan mobilitas melalui luasnya aksesibilitas, kemudahan transaksi dan ragam layanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Blue Bird selalu berupaya menjadi perusahaan yang tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat. Usia 51 tahun menunjukkan konsistensi Bkue Bird dalam mengedepankan layanan prima yang terstandard untuk mendukung mobilitas masyarakat. “Kami menyadari bahwa kepercayaan masyarakat hadir dari kepuasan terhadap kualitas armada dan pengemudi. Serta inovasi yang terus kami kembangkan melalui integrasi sistem yang dapat memudahkan setiap perjalanan masyarakat,” papar Andre.
Human connections yang menjadi DNA Blue Bird memberikan arti bahwa kenyamanan mobilitas turut didukung oleh pengemudi yang profesional. Bluebird percaya bahwa perjalanan yang nyaman tak lepas dari “human connection” yang ada di dalamnya. Untuk itu, Bluebird menanamkan nilai-nilai Peduli, Integritas, Pelayanan Prima, dan Pola Pikir Berkembang dalam kegiatan operasional. Hal ini juga didukung dengan infrastruktur penunjang seperti fasilitas pool, training center, basis komunitas, aplikasi pengemudi, yang ditujukan untuk pembinaan, pengembangan dan pengawasan.
Menghadirkan Mobilitas Ramah Lingkungan
Transisi energi yang gencar dilakukan di berbagai sektor juga menjadi fokus Blue Bird. Andre menegaskan, Blue Bird memiliki komitmen visi keberlanjutan pada pilar BlueSky dengan agenda utama 50:30 atau pengurangan emisi hingga 50% pada tahun 2030. Pilar ini didukung oleh beragam inisiatif dari hulu ke hilir. Di Hulu, Blue Bird berupaya untuk mengubah pola perilaku pengemudi untuk lebih bertanggung jawab terhadap penggunaan botol plastik yang didukung oleh kemitraan dengan berbagai pihak. Melalui kemitraan ini, Blue Bird memproyeksi dapat mengurangi 120 ton sampah plastik per tahun. Untuk hal operasional Blue Bird telah memulai dari penerapan kendaraan listrik sejak tahun 2019. Selain itu kami juga mengadopsi kendaraan CNG, melakukan perawatan armada ICE untuk menjaga kadar emisi dan yang terbaru Blue Bird telah mengadopsi panel surya. “Kami baru saja mendukung program ekonomi biru di wilayah Lombok Timur dengan memberikan bantuan alat pengering kepada petani rumput laut yang menjadi pemasok bahan baku kemasan ramah lingkungan,”tegas Andre.
Blue Bird menjadi pelopor dalam penggunaan kendaraan elektrifikasi (EV) baik di sektor transportasi sewa maupun dari sisi korporat. Sejak tahun 2019, Bluebird telah berperan sebagai pendorong untuk memulai adopsi kendaraan listrik (EV). “Karena kami menganggap mobilitas berkelanjutan sebagai jalan menuju perbaikan kualitas lingkungan,”urai Andre.
Dengan memulai lebih dulu, Blue Bird telah memiliki kesempatan untuk secara proaktif belajar dan mendapatkan wawasan tentang operasi efektif kendaraan listrik. Adopsi kendaraan listrik adalah salah satu inisiatif yang sejalan dengan komitmen 50:30 yang diuraikan dalam visi keberlanjutan Blue Bird di bawah pilar BlueSky.
Pengenalan kendaraan listrik membuka peluang bagi Bluebird untuk berinovasi dalam mendukung mobilitas berkelanjutan. Mengingat harga kendaraan listrik masih relatif tinggi, Blue Bird memiliki kesempatan untuk membawa pengalaman mobilitas bebas emisi lebih dekat kepada pelanggan ritel dan korporat.
Hal itu memungkinkan pelanggan untuk berpartisipasi dalam mobilitas yang ramah lingkungan dan berkontribusi pada peningkatan kualitas lingkungan.
Dengan perbaikan lanskap bisnis, saat ini Blue Bird memiliki hampir 200 unit kendaraan listrik dan berencana untuk mengembangkan jumlah ini menjadi 500 unit pada tahun 2023, melayani layanan E-Bluebird, E-Silverbird, dan E-Goldenbird.
Andre menyadari, 51 tahun beroperasi, perjalanan Bluebird tak lepas dari berbagai macam tantangan. Namun, Blue Bird selalu melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang. Dari tantangan tersebut Blue Bird belajar untuk menjadi tangkas, dan menjadi dasar pembelajaran untuk menghadapi tantangan yang akan datang di kemudian hari.
Kedepan, Blue Bird akan berfokus menjaga relevansi dengan kebutuhan konsumen yang dinamis. “Be customer centric menjadi salah satu kata kunci kami dalam berinovasi,”cetus Andre. Yang terbaru Blue Bird baru saja meluncurkan EZPoint, yakni program loyalitas untuk pelanggan setia dengan empat macam tingkat pengguna. Yakni Explorer, Traveller, Voyager, dan Elite. EZPoint akan memberikan manfaat yang terpersonalisasi sesuai dengan kebutuhan pengguna pada kelompok tertentu. “Selain EZPoint, tentu kami sudah menyiapkan banyak inovasi layanan di masa depan yang akan semakin memudahkan pelanggan,”tutup Andre.
Sesuai dengan karakteristik industri transportasi yang dijalankan, Blue Bird telah ikut berkontribusi dalam beberapa poin yang relevan dalam (Sustainable Development Goals/ SDGs). Konsep Blue Sky diadopsi perusahaan transportasi sewa tertua di Indonesia ini untuk mendukung penurunan emisi karbon.
Inisiatif yang dilakukan diantaranya membangun EV Charging station, mengadopsi penggunaan armada berbahan bakar CNG yang saat ini jumlahnya mencapai 2.200 armada, dan sebagai role model penggunaan kendaraan listrik untuk korporasi di Indonesia. “Kami melakukan pengecekan emisi rutin seluruh armada Blue Bird. Kami juga akan menambah kendaraan CNG untuk mengurangi karbon, mengurangi emisi dengan pengemudi mengendarai kendaraan dengan baik. Maintenance armada menjadi fokus untuk kami, juga melakukan ekspansi layanan baru yang ramah lingkungan,” tegas Wakil Direktur Utama Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono kepada SINDOnews.
Kualitas perawatan armada menjadi fondasi kuat dalam menjaga kualitas mobilitas yang nyaman dan terstandard. Armada Bluebird memiliki utilitas yang tinggi setiap harinya, sehingga Blue Bird memiliki standarisasi sistem operasi armada yang memungkinkan perusahaan melakukan perawatan yang tepat secara menyeluruh dengan didukung bengkel yang tersertifikasi kelas “A” dari Sucofindo. Selain itu, dengan makin gencarnya Bluebird mengadopsi EV, bengkel Blue Bird juga telah tersertifikasi untuk melakukan perawatan secara mandiri melalui sistem yang didukung oleh teknologi termasuk IoT (Internet of Things) pada armada kami.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, komitmen penggunaan kendaraan ramah lingkungan merupakan bentuk dukungan terhadap pengurangan emisi gas buang yang dicanangkan pemerintah. “Tentunya kendaran ramah lingkungan seperti EV perlu diperbanyak lagi,”katanya.
Sedangkan pakar marketing yang juga Managing Partner Inventure Yuswohady menilai, transformasi yang dilakukan Blue Bird akan memperkuat posisi perushaaan taksi itu di Tanah Air. “Blue Bird akan selalu menjadi top of mind masyarakat. Apalagi saat ini Blue Bird terus melakukan inovasi dan transformasi,”sebutnya.
(dan)