Bulan Depan, UEA Luncurkan Misi Pertama ke Planet Mars

Sabtu, 20 Juni 2020 - 10:07 WIB
loading...
Bulan Depan, UEA Luncurkan Misi Pertama ke Planet Mars
Uni Emirat Arab (UEA) akan meluncurkan pesawat luar angkasa antar planet pertamanya ke Mars bulan depan. Foto/Istimewa
A A A
UNI Emirat Arab (UEA) akan meluncurkan pesawat luar angkasa antar planet pertamanya ke Mars bulan depan. Wahana antariksa itu akan mengorbit ke Planet Merah selama 687 hari untuk mempelajari iklim dan komposisi atmosfernya.

Proyek UAE dalam mengirim pesawat luar angkasa pertamanya membutuhkan waktu sekitar 7 bulan sebelum mencapai Mars dan mulai mengorbit. Misi yang disebut dengan Amal, yang berarti harapan, akan lepas landas dari Pulau Tanegashima, Jepang.

Pesawat seberat 1.350 kg akan menyelesaikan satu orbit setiap 55 jam dengan total satu tahun Mars atau 687 hari di Bumi. Amal akan fokus belajar lebih banyak tentang iklim Mars dengan berbagai sensor yang didedikasikan untuk memahami pola cuaca Planet Merah. Pesawat luar angkasa UAE akan dilengkapi dengan kamera yang bertugas memantau dan menganalisis iklim. Sensor infra merah dan ultraviolet juga diberikan untuk mendukung kerja kamera. (Baca: UEA Kirim Penjelajah Mars pada 2021)

Penelitian tentang Mars telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan yang lebih dulu mengirim pesawatnya ke sana. Sebagian besar misi Mars menilai geologi planet untuk mencoba dan memahami sejarahnya.

Ada pertanyaan mendasar dari para ilmuwan, apa yang membuat Mars begitu tandus? Penelitian dan pendalaman tentang Mars pun menjadi salah satu hal menarik untuk dikaji.

Ketua Dewan Ilmuwan dan Wakil Manajer UEA untuk Misi Emirates Mars, Sarah al-Amiri mengatakan, UEA memiliki ketertarikan dengan planet mirip Bumi. Pembelajaran dan penelitian untuk menemukan planet layak huni selain Bumi menjadi daya tarik seluruh ilmuwan antariksa.

“Kami sedang mempelajari sebuah planet yang terlihat sangat mirip dengan milik kita, tetapi telah mengalami beberapa bentuk perubahan pada titik yang dapat ia lakukan. Tidaklagi memiliki air, salah satu unsur bangunan utama kehidupan,” katanya dikutip dari Dailymail.

Sarah juga masih menyimpan berbagai pertanyaan yang setidaknya harus dia jawab untuk melepaskan rasa penasarannya. “Misalnya, jika ada badai debu besar di Mars apakah itu meningkatkan laju pelepasan hidrogen dan oksigen,” katanya.

Pertanyaan dan pernyataan Sarah didukung oleh Sir Ian Blatchford, Direktur Kelompok Museum Sains Inggris. Ia mengatakan, misi UEA akan memberikan gambaran holistik iklim Mars yang paling komprehensif dan menyeluruh. Para pejabat di UEA mengungkapkan bahwa peluncuran Amal sangat penting untuk status dan kelangsungan ekonomi negara itu. Salah satunya adalah menjalin dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain. (Baca juga: Ini Negara Arab pertama yang Bertekad Pergi ke Mars)

“Proyek ini sangat menantang karena sekitar setengah dari semua misi ke Mars berakhir dengan kegagalan,” kata manajer proyek, Omran Sharaf.

Pada misi awal ini, UEA tidak akan mendaratkan pesawatnya di Mars, tetapi lebih memilih sebagai pengorbit yang berfungsi. Itu adalah risiko yang layak diambil UEA, yang merupakan negara muda dan belum berusia 50 tahun (dalam antariksa). (Lihat foto: Bus Trans Patriot Bekasi Kembali Beroperasi)

“Tujuannya adalah untuk merayakan ulangtahun ke-50 kami pada 2 Desember 2021, dengan pesan yang sangat besar untuk mencapai Mars,” kata Sharaf.

Sharaf mengambil sebuah pelajaran di masa lalu, di mana wilayah UEA digunakan sebagai penghasil pengetahuan lebih dari 800 tahun silam. Seluruh orang dari berbagai agama membangun wilayah tersebut.

“Saat kami berhenti melakukan itu, kami mundur. Untuk misi Mars, syarat selama ini adalah kamu harus membangunnya, bukan membelinya,” katanya.

Saat ini, hanya ada delapan misi Mars yang aktif dan UEA berharap bisa bergabung dengan klub eksklusif ini. Hal itu datang ketika dominasi eksplorasi ruang angkasa oleh pemerintah Rusia dan Amerika Serikat (AS) akan segera berakhir. (Baca juga: Video Suara Mengerikan di Langit, Netizen Sebut Jeritan dari Neraka)

Bulan lalu, SpaceX, sebuah perusahaan swasta yang dimiliki oleh miliarder Elon Musk, telah meluncurkan dua astronot Amerika ke International Space Station (ISS). Itu adalah pertama kalinya astronot AS dikirim ke luar angkasa dari tanah Amerika sejak 2011.

Selain Space X, Blue Origin milik Jeff Bezos dan Virgin Galactic serta Richard Branson, membuat terobosan dalam memprivatisasi perjalanan ruang angkasa. Negara-negara lain juga mencoba membuat tanda mereka di ruang angkasa. Salah satunya adalah China, yang menjadi berita utama global ketika negara itu berhasil mendaratkan pesawatnya di sisi Bulan yang agak jauh pada tahun lalu.

India dan Israel juga telah mengembangkan program luar angkasa dengan meluncurkan keduanya untuk misi ke Bulan tahun 2019. Namun, keduanya berakhir dengan kegagalan.

Sejauh ini UAE sudah memiliki beberapa keberhasilan eksplorasi ruang angkasa yang dilakukan sebelumnya. Prestasi itu adalah peluncuran empat satelit pengamatan bumi dan mengirim astronotnya sendiri, Hazzaa al-Mansoori, ke ISS. (Baca juga: Dua Astronot AS Tiba di Stasiun ISS)

Namun, Sharaf menyadari bahwa prestasi itu masih jauh dari kata berhasil. Tingkat kesulitan teknis saat menjelajahke ISS sejauh 250 mil dan Bulan sejauh 238.855 masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perjalanan antarplanet.

Mars memiliki jarak sekitar 308 juta mil dari Bumi. Hal ini menjadikan UEA bermitra dengan tangan-tangan perjalanan ruang angkasa yang berpengalaman di Jepang dan AS agar peluang misi Amal berjalan sukses. (Fandy)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1910 seconds (0.1#10.140)