E-sport Makin Digdaya

Selasa, 25 Agustus 2020 - 06:27 WIB
loading...
A A A
Di Indonesia, e-sport juga berkembang pesat. Ketua Umum Indonesia E-sport Association (IESPA) Eddy Lim mengatakan, semakin hari semakin banyak orang yang mengetahui e-sport. Dia menjelaskan lima tahun lalu tidak ada asosiasi olahraga yang mau menerima e-sport.

“Seiring berjalan waktu, sampai sekarang e-sport sudah diterima oleh hampir semua induk cabang olahraga. Terlepas (masih ada dari) mereka tidak terima e-sport sebagai olahraga karena tidak banyak gerak,” ucapnya saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.

Para orang tua pun sudah mengetahui jika e-sport sudah dianggap olahraga. Maraknya permainan games daring, baik di komputer maupun ponsel pintar, membuat hampir semua orang mempunyai peluang untuk menjadi atlet e-sport. Beberapa atlet e-sport Indonesia antara lain Kevin Susanto, Tobias Justin alias Jess No Limit, dan Hansel Ferdinand.

Mereka sudah malang melintang di kompetisi e-sport internasional. Beberapa kompetisi dunia, yakni The International, Fortnite World Cup Finals, M1 World Championship, dan PUBG Global Championship.

IESPA berusaha untuk mencari bakat-bakat dari berbagai daerah sejak usia dini. IESPA menyelenggarakan Smartfren IES Indonesia Championship. Kompetisi digelar selama 4-5 bulan di 21 provinsi. Kategori games yang dipertandingkan adalah PUBG Mobile, Dota 2, Mobile Legend, dan Autochess. (Baca juga: Diawali Jakarta, Deklarasi Koalisi Din Syamsuddin Dkk Terus Meluas)

“Itu adalah kompetisi nasional untuk amatir. Tujuannya, menjaring talenta-talenta baru. Selama ini e-sport yang dilihat pronya karena paling menarik. Pronya tidak akan jalan kalau dari generasi bawah tidak ada. Generasi bawah bisa muncul kalau ada event-event amatir. Kalau enggak event amatir, Anda jago juga enggak ketahuan,” tuturnya.

Eddy mengungkapkan salah satu pembinaan profesional yang pernah dilakukan itu pada saat persiapan Sea Games Manila 2019. Para atlet dikumpulkan di pelatnas. Mereka tidak hanya dilatih kemampuan games yang akan dipertandingkan. Asosiasi memberikan pendampingan psikolog dan gizi atlet diperhatikan. Setiap pagi para atlet melakukan olahraga fisik bersama instruktur profesional.

Belakangan muncul atlet-atlet e-sport top yang berasal dari daerah seperti Kalimantan Utara dan Aceh. Jakarta dan Pulau Jawa memang mendominasi pada saat awal-awal e-sport berkembang di Indonesia. Eddy membandingkan basket dan e-sport. Lapangan basket itu banyak di wilayah perkotaan.

Sedangkan orang-orang yang ingin menjadi e-sport tidak bergantung pada lapangan karena mereka bisa bermain di mana saja. “E-sport itu bicara komputer dan smartphone, sampai Nusa Tenggara Timur ada handphone. Jadi seakan-akan setiap orang mempunyai lapangan basket sendiri di kantong masing-masing. Semua orang punya kesempatan yang sama untuk latihan,” imbuhnya. (Baca juga: Duel Maut, Pemuda Ini Tewas di Jalan dengan Kepala Belakang Terbelah)

Kemudahan akses, gawai, dan iming-iming pendapatan besar membuat banyak anak muda ingin menjadi atlet e-sport. Eddy mewanti-wanti umur menjadi atlet e-sport itu tidak lama. Rata-rata di usia 27 tahun sudah dianggap tua dan kalah dari yang muda-muda. Ini yang sekarang sedang disosialisasikan IESPA kepada masyarakat Indonesia yang ingin terjun ke e-sport.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5842 seconds (0.1#10.140)